Aku menyebutnya begitu karena ban memenuhi hampir sebagian besar rumah kakek itu. Dimulai dari bagian paling kanan yang sebenarnya adalah garasi, tapi kemudian dialih fungsikan menjadi gudang ban bekas. Begitu juga dengan ruang sebelahnya juga dipenuhi dengan material karet yang telah diolah kasar untuk menjadi bermacam-macam barang kerajinan.
Belakang warung nenek pun menjadi korban untuk tempat penyimpanan. Tapi karena nenek orangnya kalem dan lembut, tak pernah sekalipun mengomel apalagi ngambek karena sebagian lahan usahanya dipakai untuk gudang ban bekas tadi.
Disamping dapur begitu juga, dipenuhi dengan lagi-lagi ban bekas. Termasuk jika sedang banyak stok, ban-ban bekas yang masih bagus kondisinya akan disimpan kakek di ruang tamu atau ruang keluarga. bahkan lantai dua yang pada awalnya kosong, kemudian dipakai untuk gudang galon air, pada akhirnya sebelum beralih fungsi dari rumah singgah merpati yang jumlahnya ratusan ekor menjadi gudang ban bekas juga.
Ban-ban bekas atau unused itu, disusun seperti gelang-gelang memanjang ke atas. Kami biasanya memanfaatkannya untuk tempat persembunyian ketika main "petak umpet". Padahal bahayanya luar biasa, karena jika kita sampai jatuh ke dalam susunan ban yang tingginya hingga 5 meter dan jumlah susunanya puluhan, itu, maka kita bisa tak diketahui oleh orang lain, karena selain pengap ban bisa membuat lemas dan pingsan, terutama dengan baunya yang khas ban mobil. Kecuali jika ukurannya besar, bahkan berbalik badan didalam pun kita masih bisa. Kita bahkan bisa menjadikannya rumah-rumahan. Kami kadang-kadang membawa nasi siang kesana dan berandai-andai seperti sebuah rumah yang aneh. Karena kami selalu berada dalam lingkungan ban-ban bekas, kami beradaptasi dengan baunya maupun dengan berbagai bahaya yang ada.
Ban-ban itu biasanya tak bertahan lama, dalam waktu sebentar habis dan kemudian kakek akan memesannya lagi. Jika pesanan datang kakek akan memimpin pemilahan jenis ban. Ban-ban yang baru disimpan lebih baik karena kakek akan mengolahnya lagi, jika tidak menjadikannya ban-ban untuk bendi pengangkut barang, kakek akan menjualnya kepada para pemilik truk atau colt yang membutuhkan ban bekas untuk mengganti sementara ban-ban mobil yang aus, karena membeli ban baru lebih mahal, bisa tiga atau empat kali lipat harganya.
Kakek memang dikenal lihai dalam berbisnis ban ini, tidak itu saja, kakek juga sangat menghormati rekanan sesama pedagang dan pesaing, terutama jika para pedagang mainan anak-anak datang ke kota kami menjelang 17 Agustusan untuk memeriahkan hari kemerdekaan dan pameran-pameran kecil di kota dengan menjual mainan anak, berupa gasing seng berbentuk miniatur sepeda motor yang harus diputar dengan tali di rodanya, maupun kapal-kapalan yang harus dipanaskan dulu dengan minyak sebelum akhirnya berjalan dan berputar sendiri di air dalam baskom.
Kakek membiarkan para pedagang musiman itu, mangkal dan bekerja di rumahnya, tetapi dengan perjanjian sewa yang ringan, karena mereka rutin setiap tahunnya menginap di rumah. Mereka tidur dimana saja terutama di bagian tengah rumah yang juga berfungsi sebagai ruang tamu. Dan jika musim hujan tiba, para pedagang itu memanfaatkan ban-ban bekas dengan menyusunnya menjadi empat bagian dan memasang lembaran papan di atasnya menjadikannya seperti tempat tidur sungguhan.
Produk ban bekas memang komoditi dagang andalan kakek, sampai kakek begitu mahir menguasai jalur pembelian dan pemasarannya. Dan ilmu dagang yang kami pelajari adalah fokus dan kuasai minat dagang pada satu hal dengan serius. Jaga kepercayaan dan jadilah profesional. Dengan ilmu itu rumah menjadi kantor dan kantor menjadi rumah sebagai salah satu bentuk pengorbanan dan perjuangan bisnis pun terpaksa dilakukan. Maka jadilah rumah itu "Rumah Ban", "Tire House" bukan "Tired House".
Tire House Or Tired House?
by hans@acehdigest
I call them that because the tire meets most of the grandfather's house. Starting from the far right is actually a garage, but later converted into warehouses of used tires. So is the next room is also filled with a rubber material that has been processed coarse to be a variety of handicrafts.
Rear stalls grandmother was a victim for storage. But because the person calm and gentle grandmother, never once complaining much less cranky because most of its land used for storage of used tires earlier.
Besides the kitchen as well, again filled with old tires. Including if it is a lot of stock, tires are still in good condition will be stored grandfather in the living room or family room. even the second floor that was originally empty, then used to shed gallons of water, in the end before switching function of the halfway house tailed pigeons by the hundreds into the warehouse of used tires as well.
Old tires or unused it, arranged like the rings extends upward. We usually use it for a hiding place when playing "hide and seek". Though extraordinary danger, because if we fall into the composition of tires up to 5 meters high and tens the arrangement, it is, then we can not be known by others, because in addition airless tire can make a weak and fainting, especially with a distinctive smell car tires. Except if the size is large, even turned inside we still can. We can even make the playhouse. We sometimes bring rice lunch there and wished such a strange house. Because we are always in old tires environment, we adapt to the smell and the various dangers that exist.
Tires usually do not last long, in a short time runs out and then grandfather would order it again. If the order comes grandpa will lead the division type of tire. The new tires are better because the grandfather saved will process it again, if it does not make the tires for the gig carrier, grandfather would sell them to the owners of the truck or the colt who need to replace tires while car tires are worn, because the purchase The new tire is more expensive, could be three or four times the price.
Grandpa was known for shrewd in business these tires, not only that, my grandfather also had great respect for fellow merchant partners and competitors, especially if the traders children's toys come to our town before 17 Agustus-an to enliven the day of independence and small exhibitions in the city with selling children's toys, a miniature top-shaped zinc motorcycle must be played with a strap on wheels, as well as ship-calloused to be heated with oil first before finally walking and turning himself in deep water basin.
Grandpa let's seasonal traders, hung and worked at his house, but with a lease agreement that lightly, because they routinely every year to stay at home. They sleep anywhere, especially in the middle of the house that also serves as a living room. And if the rainy season arrives, the traders use old tires to compile them into four parts and put a board on it to make sheets like a real bed.
The product is a commodity trading used tires mainstay grandfather, until Grandpa was so adept at mastering the purchase and marketing channels. And commercial science we learned was to focus and control the trade interests on the one thing seriously. Keep the faith and be professional. With that knowledge into the office and home office into the home as a form of sacrifice and struggle were forced to do business. Then be the house was "House of Tires", "Tire House" instead of "Tired House".
Label
10 tahun tsunami.
(1)
2013
(1)
acehku
(1)
Adikku.
(1)
Aku
(5)
Among-among
(1)
Anak-anak
(1)
Anak-Anak Dikutuk
(1)
Angka ajaib
(1)
aqiqahku
(1)
Ayahku
(1)
babak baru
(1)
bakso
(1)
Barzanji
(1)
batu cincin
(1)
belimbing
(1)
Belut Loch Ness
(1)
Belut Sawah; Mancing Belut
(1)
Bibiku
(2)
bioskop misbar
(1)
birtdhday party
(1)
bisnis keluarga
(1)
busur dan panah
(1)
cafe
(1)
capung
(1)
Celengan bambu
(1)
China's Neighbords
(1)
Cibugel 1979
(1)
Cibugel Sumedang
(2)
cinta bunda
(1)
coffee
(1)
cracker
(1)
Curek; Inflammation
(1)
Dapur nenek
(1)
dejavu
(1)
Dian Kurung
(1)
distant relatives
(1)
Dremolem Or Dream Of Land
(1)
es dogger
(1)
es goyang
(1)
es serut
(1)
Fried Sticky Rice
(1)
Gadis Kecil
(1)
gambar desain
(1)
gambarku
(1)
Gandrung Mangu
(2)
golek;nugget cassava
(1)
harmonika kecilku
(1)
Ibuku
(11)
Ibuku Atau Kakakku?
(1)
Ikan
(2)
ikan dan ular
(1)
iseng
(1)
jalan kolopaking
(2)
Jalan Kusuma
(2)
jangkrik Jaribang Jaliteng
(1)
Jenang Candil
(1)
jogging
(1)
Juadah
(1)
Juz Amma
(1)
kakek dan nenek
(3)
kakekku
(3)
kecelakaan fatal
(2)
kelahiranku
(1)
Kelas Terakhir; the last class
(1)
Kembang api
(1)
kenangan
(1)
Kerupuk Legendar
(1)
kilang padi
(1)
Klapertart Cake
(1)
kolam ikan masjid
(1)
koleksi stiker
(1)
koleksi unik
(1)
koplak dokar dan colt
(1)
kota kecil dan rumahku
(1)
Kue tape
(1)
Kutawinangun
(1)
Lanting
(1)
Lebaran
(1)
little cards
(1)
Loteng rumah
(1)
lotere
(1)
lottery
(1)
mainan anak-umbul
(1)
makan
(1)
makkah
(1)
Malam Jum'at
(1)
Mancing Belut
(1)
masa kecil
(11)
masa kecil.
(1)
masa lalu
(3)
masjid kolopaking
(1)
meatballs
(1)
Mengaji
(1)
menu berbuka
(1)
Mercon
(1)
Minum Dawet
(1)
morning walk
(1)
my
(1)
my birth
(2)
my first notes
(6)
my mom
(4)
my note
(27)
Nama ibuku
(1)
Nenek Sumedang
(1)
new round
(1)
new year
(2)
others notes
(1)
ours home
(1)
padi sawah wetan
(2)
pande besi
(1)
Papan Tulis
(1)
Pasar dan Ibuku
(1)
Penculik dan Bruk
(1)
Pencuri
(1)
Perayaan
(1)
Perjalanan 25 Tahun Bag. Pertama
(1)
personal
(1)
Puasa
(3)
radio transistor
(1)
ramadhan
(1)
Roti dan Meriam Kauman
(1)
Rumah Ban
(1)
Rumah Kakek dan Nenek
(5)
rumah karang sari
(1)
rumah kecil di pojok jalan
(4)
rumah kelinci
(1)
rumah kutawinangun
(1)
Rumah Pojok
(1)
rumahku
(1)
Sarapan Apa Sahur?
(1)
saudara jauh
(1)
sawah utara
(1)
sawah wetan
(2)
SD Kebumen
(1)
Sepeda dan Meteor
(1)
shake es
(1)
shalat jamaah
(1)
sintren
(1)
special note
(1)
Starfruit for Mom
(1)
Stasiun Kereta Api
(2)
Sumedang 1979
(1)
Sungai Lukulo.
(1)
tahun awal
(17)
tahun baru
(1)
Taman Kanak-kanak
(1)
Tampomas I
(1)
tanteku
(2)
Tetangga Cina
(1)
The magic Number
(1)
tradisional
(1)
tsunami 2014
(1)
Ulang tahun
(1)
Visionary grandpa
(1)
Wayang Titi
(1)