Label

10 tahun tsunami. (1) 2013 (1) acehku (1) Adikku. (1) Aku (5) Among-among (1) Anak-anak (1) Anak-Anak Dikutuk (1) Angka ajaib (1) aqiqahku (1) Ayahku (1) babak baru (1) bakso (1) Barzanji (1) batu cincin (1) belimbing (1) Belut Loch Ness (1) Belut Sawah; Mancing Belut (1) Bibiku (2) bioskop misbar (1) birtdhday party (1) bisnis keluarga (1) busur dan panah (1) cafe (1) capung (1) Celengan bambu (1) China's Neighbords (1) Cibugel 1979 (1) Cibugel Sumedang (2) cinta bunda (1) coffee (1) cracker (1) Curek; Inflammation (1) Dapur nenek (1) dejavu (1) Dian Kurung (1) distant relatives (1) Dremolem Or Dream Of Land (1) es dogger (1) es goyang (1) es serut (1) Fried Sticky Rice (1) Gadis Kecil (1) gambar desain (1) gambarku (1) Gandrung Mangu (2) golek;nugget cassava (1) harmonika kecilku (1) Ibuku (11) Ibuku Atau Kakakku? (1) Ikan (2) ikan dan ular (1) iseng (1) jalan kolopaking (2) Jalan Kusuma (2) jangkrik Jaribang Jaliteng (1) Jenang Candil (1) jogging (1) Juadah (1) Juz Amma (1) kakek dan nenek (3) kakekku (3) kecelakaan fatal (2) kelahiranku (1) Kelas Terakhir; the last class (1) Kembang api (1) kenangan (1) Kerupuk Legendar (1) kilang padi (1) Klapertart Cake (1) kolam ikan masjid (1) koleksi stiker (1) koleksi unik (1) koplak dokar dan colt (1) kota kecil dan rumahku (1) Kue tape (1) Kutawinangun (1) Lanting (1) Lebaran (1) little cards (1) Loteng rumah (1) lotere (1) lottery (1) mainan anak-umbul (1) makan (1) makkah (1) Malam Jum'at (1) Mancing Belut (1) masa kecil (11) masa kecil. (1) masa lalu (3) masjid kolopaking (1) meatballs (1) Mengaji (1) menu berbuka (1) Mercon (1) Minum Dawet (1) morning walk (1) my (1) my birth (2) my first notes (6) my mom (4) my note (27) Nama ibuku (1) Nenek Sumedang (1) new round (1) new year (2) others notes (1) ours home (1) padi sawah wetan (2) pande besi (1) Papan Tulis (1) Pasar dan Ibuku (1) Penculik dan Bruk (1) Pencuri (1) Perayaan (1) Perjalanan 25 Tahun Bag. Pertama (1) personal (1) Puasa (3) radio transistor (1) ramadhan (1) Roti dan Meriam Kauman (1) Rumah Ban (1) Rumah Kakek dan Nenek (5) rumah karang sari (1) rumah kecil di pojok jalan (4) rumah kelinci (1) rumah kutawinangun (1) Rumah Pojok (1) rumahku (1) Sarapan Apa Sahur? (1) saudara jauh (1) sawah utara (1) sawah wetan (2) SD Kebumen (1) Sepeda dan Meteor (1) shake es (1) shalat jamaah (1) sintren (1) special note (1) Starfruit for Mom (1) Stasiun Kereta Api (2) Sumedang 1979 (1) Sungai Lukulo. (1) tahun awal (17) tahun baru (1) Taman Kanak-kanak (1) Tampomas I (1) tanteku (2) Tetangga Cina (1) The magic Number (1) tradisional (1) tsunami 2014 (1) Ulang tahun (1) Visionary grandpa (1) Wayang Titi (1)

Kamis, 27 Desember 2012

Aku dan Ibuku; me and my mom

Aku selalu merindukan waktu untuk bisa menuliskan banyak hal tentang ibuku, sosok yang selalu kukagumi dalam hati dan raganya. Ibuku berhati baja, namun juga lembut, aku mengaggumi luar biasa. Aku pernah melalui hari-hari dan waktu yang panjang dengan ibuku, meskipun kemudian jarak dan waktu memisahkan raga tapi bukan hatiku.

Jika aku boleh meminta aku ingin menyayangi selalu, membalas kasih sayang yang tak pernah bisa kubalas, tapi setidaknya harapan dan mimpi untuk membahagiakannya adalah salah satu harapan terbaikku.

Aku pernah merasakan suka dan duka yang mendalam ketika bersama dalam ruang dan waktu. Merasakan hangatnya air mata yang menetes setiap kali kesedihannya tertumpah dari tuturannya. Jatuh di pipiku yang sedang memandangnya dari bawah dagunya, sambil bertanya-tanya sebesar dan sesedih apa sesungguhnya hatinya. Dan betapa takjubnya aku mendapati bahwa dalam kesedihan yang dalam aku masih mendapatkan kasih sayang yang tiada taranya.

Sungguh benar, bahwa kasih sayang ibu seperti udara yang tak tergantikan, sinar matahari pagi yang menghangatkan. Aku selalu merindukan saat-saat itu, bersepeda berdua, berjalan-jalan berdua menyusuri malam di pinggiran kota tanpa tujuan apa-apa kecuali saling berbagi rasa, hati dan kegundahan, agar jatuh terlepas dari dalam hati yang berat.

Aku memang tak bisa mengulang waktu dan memberinya jalan terbaik, tapi setidaknya sebagai teman, dan anak yang selalu dekat aku bangga bisa membagi waktu dan ruang agar dapat merasakan kesedihannya yang dalam dan bisa sedikit meluruhkannya. Aku menjadi orang paling beruntung dan bahagia ketika bisa melihat senyum mengembang di wajah ibuku, mungkin bisa jadi itu karena aku, jika iya betapa bahagianya, di masa kecilku yang tak panjang bersamanya aku bisa memberikannya kenangan dan bisa menyimpan kenangan bersamanya.

Aku pernah berharap bisa mengulang waktu, bertemu dengan ibuku, menemaninya sepanjang yang aku bisa, memberinya apa saja yang bisa kubagi dan kupersembahkan untuk membuatnya bahagia dan tersenyum. Meskipun itu hanya mimpi tapi aku bahagia karena sebagian mimpiku itu pernah terwujudkan.

Hari ini aku menyadari bahwa aku ternyata belum sungguh-sungguh bisa membuatnya bangga, kecuali ketika seluruh pilihan hidupku ternyata adalah salah satu harapan dalam doanya, seorang istri dan seorang ibu yang sangat baik bagi anak-anakku. Sesederhana itulah harapan seorang ibu, sebuah kebaikan bagi anak-anaknya adalah kebahagian dalam kehidupannya. Sungguh aku masih ingin terus belajar tentang kecintaan, kasih sayang, berbagai, menggunakan hati untuk menyayangi orang lain, dan sesederhana apapun sebuah kebaikan bisa menjadi harapan bagi orang lain.

Dalam wajah keras ibuku, aku menemukan kasih sayang yang tak terbalas, kasih sayang ibu yang tak bisa kuukur dengan apapun untuk membalasnya. Pada waktunya aku menyadari bahwa ibuku adalah orang terbaik yang aku punya dalam hidupku, pun hingga sekarang, ketika kita dewasa dan berharap untuk menyayanginya ternyata kita justru selalu mendapatkan limpahan kasih sayangnya. Ternyata kita dan hati kita tak pernah bisa jauh dari ibu. Sebuah paket sempurna ciptaan Allah, yang didalam tangis dan peluk kasihnya kita mendapatkan kehangatan yang jauh melebihi seribu matahari jumlahnya.

Semogalah Allah selalu menaburkan kasih sayang dan kecintaanNya untuk memberkati para ibu dan ibuku, agar dipenuhi hatinya dengan kebahagiaan setiap detik, setiap menit, setiap jam dan setiap waktu dalam nafas hidupnya. Salam sayang ananda.

Me and My Mom
by hans-acehdigest


I always longed for the time to be able to write a lot about my mother, who always admired figure in your heart and body. My mom take steel, but soft, I admires incredible. I've been through the days and the length of time with my mom, though later time and distance separating the body but not my heart.

If I may ask I always wanted love, affection reply that will never be cleansed, but at least the hopes and dreams for her happy is one of the best hopes.

I never felt a love and deep sorrow when together in space and time. Feel the warmth of the tears that dripped from every grief spilled words. Falling down my face looking at her from under his chin, wondering what the real amount and sad heart. And amazement I found that in a deep sadness I still get the love unequaled.

It's true that a mother's love is irreplaceable, such as air, the warm morning sun. I always miss those moments, cycling together, walk together through the night on the outskirts of the city without any purpose except sharing their feeling, heart and anxiety, to fall in spite of a heavy heart.

I was not able to repeat time and gave him the best, but at least as a friend, and a child who was always near me proud to be able to share time and space in order to feel a deep sadness and can be a bit drop. I became the luckiest and happiest when able to see a smile on her face, maybe it could be because of me, if so very happy, in my childhood that I can not give it with long memories and can store memories with him.

I had hoped to repeat the time, met my mother, with her as long as I can, give what can I shared and I have offered to make him happy and smiling. Although it was just a dream but I'm happy because most of my dream never realized.

Today I realized that I had not yet truly be proud, except when the entire option life turns out is one of hope in prayer, a wife and a mother who was very good for my children. Simple as that's the hope of a mother, a kindness to her children is happiness in life. Indeed, I still want to continue to learn about love, love, share, use the heart to care for others, and no matter how straight a good can be hope for others.

In my mother's stern face, I find unrequited love, a mother's love can not I measure with anything to give in return. In time I realized that my mother was the best I've had in my life, even until now, when we grow up and expect to love it always turns out we get an abundance of affection. Apparently we and our hearts could never far from the capital. A perfect package creation God, in tears and embraced his love for us to get the warmth of a thousand suns were far exceeded in number.

Hopefully God always sow love and love to bless the mothers and mother, so that her heart was filled with happiness every second, every minute, every hour and every time in the breath of life. Love Yours Childs.

Aku, Ulang Tahunku dan Istriku; Me,My Birthday and My Wife

Untuk kesekian kalinya aku memperingati diriku sendiri berulang tahun, semakin menipis hari-hari di bumi dan terbayang tinggi langit tanpa batas, yang kelak menjadi tempat bersemanyam mahluk bernama manusia. Kebahagiaan terbesarku karena istriku selalu mengingatkan aku tentang hari itu. Ia akan menciumku mesra di hari peralihan antara hari ini dan besok yang berarti hari meretas tabir hari iniku menjadi kemarin dan masa lalu dan tiba-tiba dalam tabir yang tipis kita mendapat usia baru.

Mungkin setipis itulah hidup dan mati kita karena kita tak pernah bisa menduganya antara sekarang atau nanti. Dan dalam tabir yang tipis itu kita memiliki kesombongan seolah kita bisa mengelak dari waktu, kita berlaku buruk tanpa aral dan henti seolah-olah kita punya waktu selamanya. Ketika tamu malaikat datang memberi salam, tiba-tiba kita ingin bertobat seketika baik dan berharap masih ada waktu bagi kita bersiap-siap agar Tuhan mau menerima kita dalam keadaan baik. kecuali takdir dan keberuntungan banyak orang tersesat dalam tabir tipis kehidupan dan kematian itu.

Menyembah dan menyungkur memohon sekalipun tak akan bisa mengembalikan kehidupan kita semula untuk berbaik hati dan laku. Dan dalam tabir tipis itulah banyak manusia tersesat. masuk kedalam ruang kosong diantaranya dan mendapati dirinya tak sadar, pitam dengan segala kesenangan yang melenakan dan membiarkan kebaikan hanyut jauh di belakang jejak langkahnya.

Waktu tak berulang dan ketika menyadari bahwa betapa kita makin tak bisa menyadari siapa diri kita sesungguhnya, maka ketika itulah kita sungguh-sungguh tengah tersesat dalam pusaran kehidupan yang membuat kita hampa dan fana, tapi dalam saat bersamaan kita juga besar dengan segala kesombongan yang kita punya.

Ketika memandang galaksi yang jauh dan kemudian mengamati diri kita yang kecil, maka sungguh kita seperti buih dalam samudera kehidupan. dan dalam buih itu, masihkah kita punya kekuatan? dibanding Tuhan yang segala Maha di ArsyNya

Tiba-tiba aku menyadari, bahwa kado terindah adalah istriku, ketika dia selalu bilang " sudah shalat sayang?".

Me,My Birthday and My Wife
by hans-acehdigest


For the umpteenth time I myself commemorate her birthday, dwindling days on the earth and the high heavens imagine without limits, which later became the place live called human beings. Greatest happiness as my wife always reminds me of that day. He would kiss me tenderly on the transition day between today and tomorrow, which means today to pave the veil my day yesterday and the past and suddenly the veil is thin we got a new age.

Maybe that's as thin of life and death because we can never expect between now and then. And in a thin veil of arrogance that we have as we can circumvent the time, we behave badly without hindrance and stop as if we have forever. When the angels come to greet guests, all of a sudden we want to repent immediately and hope there's still time to get ready for God to accept us in good shape. but fate and luck many people get lost in a thin veil of life and death.

Worship and fall down even plead not be able to restore our lives to be kind and originally sold. And the thin veil that many people get lost. them into space and found himself unconscious, furious with all pleasure complacent and let goodness drift further behind in his footsteps.

Time is not repeated and to realize that what we are increasingly unable to realize who we really are, then that's when we really were lost in the vortex of life that makes us hollow and ephemeral, but in the same time we are also great with all the arrogance that we have .

When looking at distant galaxies and then observe ourselves a little, so we really like the bubbles in the ocean of life. and the froth that, we still have power? than God Almighty in all ArsyNya.

Suddenly I realized, that my wife is the most beautiful gift, when she always says 've prayers dear? "

Kamis, 20 Desember 2012

Ibuku dan Ketabahan ;Mother and fortitude

Sungguh yang tak pernah bisa kubayangkan adalah ketabahan ibuku, aku tak bisa dengan pasti memilih kata apa yang tepat untuk menggambarkan ketabahannya. Mungkin bagi banyak orang tak ada yang bisa sebaik ibuku, mungkin banyak hal yang dipertimbangkannya sehingga beliau menjadi begitu kuat. Mungkin juga ada harapan di hati kecilnya bahwa semua hal yang sedang terjadi adalah cuma mimpi dan tak sungguh-sungguh sedang terjadi padahal sedang dirasakan dan dialaminya langsung.

Menurut yang bisa kuingat, dari cerita ibukku, ketika adikku yang ketiga lahir dan ayahku harus meninggalkan ibuku untuk "sekolah" dan kemudian aku ketahui menjadi perjumpaannya yang terakhir karena "perpisahan" yang tak kuketahui alasannya. Aku tak bisa bayangkan bagaimana perasaanya, sendiri, tanpa teman kecuali ketiga anak yang pastinya juga sangat merepotkan, karena masih kecil. rumah juga sebenarnya tak nyaman betul karena kondisinya yang sederhana dan serba kekurangan. Aku bayangkan tak ada satupun hal yang bisa diharapkan dari rumah dan kemungkinan masa depannya, kecuali kekuatan dan ketabahan dari ibuku demi ketiga anak laki-lakinya.

Tapi dengan semua beban itu ibuku masih mengangkatkan koper-kopernya ke becak yang juga diusahakan dicarinya untuk mengantarkan suaminya berangkat jauh. Hari masih gelap, karena baru usai subuh, bahkan menurut kisah yang lain ibuku bahkan mengantarkan ayahku ke stasiun untuk perjumpaannya yang terakhir. Aku tak pernah bisa membayangkan bagaimana kesedihan, suasana hati dan pikiran ibuku. Apakah sungguh-sungguh akan bisa hidup dengan ketiga anaknya?, bagiku karena ibuku sebaik malaikat semuanya bisa dilaluinya dengan hati yang keras atau dipaksakan agar keras menghadapi cobaan.

Aku bayangkan seandainya aku besar ketika itu, aku akan membantunya dengan apapun yang aku bisa, sayangnya ketika itu aku kecil dan aku justru yang mengganggu pikiran karena tingkah lakuku yang belum memahami bagaimana hidup getir yang sedang berlaku. Begitupun aku mengalami kisah sedih dan dapat merasakannya, makan sebungkus bersama, membeli susu sapi segar untuk menjaga adik-adik tetap sehat dan banyak hal yang dilakukan ibuku agar membuat kami tetap membuatnya bahagia dan sehat.

Menurutku itu adalah saat yang paling menggetarkan dari seluruh kisah ibuku karena dihari-hari sesudahnya kami menghadapi banyak kisah dan rasa yang sulit kami harapkan bisa kami ingat dengan baik, bahkan jika bisa kami lupakan dan buang jauh. Tapi itulah masa lalu, tempat dimana kita pernah berpijak, sehingga kita bisa terus melangkah menciptakan hari-hari baru satu demi satu hingga kita sampai di masa depan yang sungguh sangat berbeda.

My mother and fortitude
by hans-acehdigest

It could never imagine was grit my mother, I can not exactly choose what the right words to describe perseverance. Perhaps for many people there's nothing can be as good mother, maybe a lot of things into consideration that he is so strong. There may also be hope in his heart that everything that is happening is just a dream and not actually happening when being felt and experienced directly.

According as I can remember, from the story ibukku, when the third sister was born and my father had left my mother for a "school" and then I know to be the last encounter as "farewell" I did not know why. I can not imagine how her feelings, alone, with no friends except the three children must also be very troublesome, because it is still small. the uncomfortable truth is also true because the condition is simple and underprivileged. I imagine there was no single thing that can be expected from the home and possible future, but the strength and fortitude of the mother for the sake of three sons.

But with all that she still mengangkatkan load his luggage into the rickshaw which also attempted to deliver her husband left looking away. It was still dark, as new after dawn, even according to another story that my mom even drove my father to the station for the last encounter. I never could imagine how sadness, mood and thoughts of my mother. Was this really going to be able to live with her three children?, As an angel to me because my mom has taken to heart everything can be harsh or forced to be hard to face trial.

I imagine if I was big at the time, I'll help with whatever I can, unfortunately, but I was small, and it bothers her because of the behavior of children who do not understand how bitter life is valid. Likewise I had a sad story and can feel it, eat a pack together, buy fresh milk for guard brothers stay healthy and a lot of things my mother did to make us keep him happy and healthy.

I think it was the most thrilling moment of the whole story of her early days afterward because we face many difficult stories and flavors that we hope we can remember it well, even if we could forget and throw away. But that's the past, the place where we never rests, so that we can continue to step creates a new day one by one until we get to the future that it is very different

Minggu, 16 Desember 2012

Kembang Api dan Mercon Lebaran; Eid Without fireworks?

Sebenarnya kembang api, memang bukan  tradisi, cuma kebiasaan.  Mungkin yang mula sekali  para orang Pecinaan di Jalan Kolopaking yang memulainya, mereka cuma ingin berbagi dengan membakar petasan agar suasana lebaran jadi meriah, itu saja. selanjutnya itu jadi kebiasaan.

Kami tak pernah secara khusus membelinya, tapi malam itu aku diajak kakek mengunjungi temannya seorang kepala polisi di kantor polisi di pinggiran terminal di pusat kota. Kami berbasa-basi, bersalaman dan kami mendapat hadiah bungkusan berisi mercon super besar dan beberapa mercon kecil hasil sitaan dari para pedagang yang melampui batas, menyimpan kembang api dan mercon "kebanyakan".

Meskipun sudah berkali-kali ada kasus rumah meledak atau kecelakaan karena kembang api dan mercon, tapi orang dan anak-anak seperti kami tak pernah jera. Selama itu bisa membuat lebaran meriah maka kami akan membakar mercon dan kembang api itu.

Anak-anak seperti kami bahkan lebih tahu mana yang bisa meledak dengan  suara keras dan mana yang melempem. Yang suaranya keras harganya lebih mahal, yang aku ingat mereknya Kuda Terbang, dan kami biasanya berimprovisasi, memasukkan  mercon kecil dan berbahaya dalam tabung bambu dan membiarkannya meledak di dalamnya, hasilnya bambu bulat itu akan pecah berkeping-keping. sedangkan untuk mercon kecil kami akan membakarnya langsung di tangan dan saling  melemparkan untuk mengganggu teman. Jika kami melemparnya ke jalanan dan para pejalan kaki kaget dibuatnya kami bersiap-siap menerima makian dan marah yang besar. Bukan lantaran terluka tapi karena kaget luar biasa di sebabkan oleh ledakan mercon cabe rawit (nanti aku akan menuliskannya lagi di lain waktu), kenapa dinamai begitu, pokoknya karena bentuknya yang kecil.

Dimasa depan , kemudian mercon dan kembang api seperti menjadi tradisi yang tak bisa lagi ditinggalkan oleh orang banyak dalam apapun momentnya, apakah pertandingan bola, lebaran, natal, tahun baru masehi dan Tahun baru Islam maupun karnaval dalam apapun eventnya.

Sebagian orang merasa itu sesuatu yang saloah, sementara para pedagang berpikir ini  moment dagang yang tak boleh dilewatkan. Benturan untung rugi, duit banyak duit sedikit, akhirnya membiarkan semuanya berjalan sendiri mengikuti "pasar" lalu terbentuklah "tradisi", yang kelahirannya tak dikehendaki tapi lahir juga, tanpa pernah peduli  dan tak punya tendensi, ini budaya siapa, jelek buat siapa, tak cocok dengan lebaran dan tahun baru Islam. Tapi setiap kali momentum itu datang, maka dibeli beramai-ramai dan meledakkan kemeriahan, meskipun dibenci dan dicela.

Begitu juga kami yang anak-anak, tak pernah tahu apakah sesungguhnya mercon dan kembang api itu cocok dengan lebaran kami?, tapi tanpa mercon itu lebaran menjadi sunyi, itu hanya menurutku yang "sudah rusak memori" karena di jejali kebiasaan dari kecil. bahwa mercon tak identik dengan perayaan kelompok tertentu, agama tertentu, misi kelompok tertentu, pokoknya selama itu bisa membuat meriah anak-anak, maka disanalah kesenangan dan kegembiraan dilahirkan. Tapi itu hanya menurut dugaanku, dan aku cuma menggambarkan apa yang kurasakan. Meskipun persisnya dan mestinya tak begitu.

Tapi dimasaku kemudian aku tak membelikan anak-anak-anakku mercon dan kembang api, tapi sayangnya, aku mengajak mereka ke malam perayaan lebaran di bundaran Simpang Lima di Pusat Kota Banda Aceh untuk melihat pertunjukkan kembang api menyambut Malam Uroe Raya, dan sialnya lagi para pejabat yang melarang membakar, ikut menjadi penonton dan mungkin ikut menyumbang membelikan mercon super besar biar Malam lebarannya lebih "terasa meriah". Siapa yang salah akhirnya, karena virus mercon dan kembang api telah merembes kemana saja dan menjangkiti siapapun yang mencintai kemeriahan dan kegembiraan. Tapi itu tidak berarti yang tidak membakar mercon tidak mencintai kemeriahan dan kegembiraan, cuma ada caranya sendiri untuk menikmati kemeriahan dan kegembiraan, pastinya di malam lebaran ya dengan takbir memenuhi mesjid dan meunasah, langgar dan bertakbir hingga pagi menjelang.

Karena suara keras dan percikan kembang api memang diciptakan di Cina sana pada mulanya untuk menciptakan kegembiraan dan kemeriahan di tengah sunyi dan syahdu perayaan, jadi ketika kita meniru, mengadopsi, tak ada sesiapa yang bisa disalahkan kecuali kita sendiri yang terbawa arus!. Atau sekali waktu kita coba berlebaran tanpa kembang api dan mercon, apakah sudah terlambat dicoba?. Mungkin, bisa ya bisa tidak tergantung  kita tentunya.

Eid Without fireworks?
by hans-acehdigest

Actually fireworks, is not tradition, but a habit. Probably the first one of the people's Chinatown in Jalan Kolopaking started it, they just want to share with burning firecracker that Eid so festive mood, that's all. later it became a habit.

We never bought it specifically, but that night I was invited to visit his grandfather's police chief at the police station on the outskirts of downtown terminal. We exchanged pleasantries, shook hands, and we got a prize pack of firecrackers super large and some small fireworks confiscated from traders who exceed the limit, store fireworks and firecrackers "most".

Although it has been many times there are cases of accidents caused by the explosion or fireworks and firecrackers, but the people and children as we were never a deterrent. As long as it can make the festive Eid we will burn firecrackers and fireworks.

Children like we even know where that can explode with a loud voice and which fizzled. A loud voice is more expensive, which I remember Flying Horse brand, and we usually improvise, put a small firecracker and dangerous in a bamboo tube, and let it explode in it, the result is rounded bamboo will break into pieces. while for small firecrackers we will burn it directly in the hands and throw each other to annoy your friends. If we threw him into the street and pedestrians surprised we made ready to accept the great curses and angry. Not because injured but exceptional shock caused by the explosion of firecrackers cayenne pepper (I'll write it again at another time), why so named, because of its small anyway.

In the future, then the firecrackers and fireworks as a tradition that could no longer be left to the people in any moment, whether the match ball, Eid, Christmas, New Years BC and New Year carnival in Islam or any eventnya.

Some people feel that something is wrong, while the traders think trading this moment not to be missed. Conflict of profit and loss, a lot of money a little money, finally let it all go alone to follow the "market" and formed the "tradition", whose birth was unwanted but born too, without ever caring and have no tendency, this culture who, bad for everyone, not suitable the Eid and the Islamic new year. But every time the momentum was coming, then purchased a gang and blow up the excitement, though hated and denounced.

Likewise we were kids, you never know what the real firecrackers and fireworks were matched with our Eid?, But without the fireworks that Eid be quiet, I think it's just a "broken memory" because of the small stuffed habit. that is not synonymous with the celebration firecrackers particular group, religion, mission specific group, as long as it can make a festive children, then that's where the fun and excitement of being born. But that's just guess, and I just describe what I felt. Although the exact and should not be.

Dimasaku But then I do not buy my kids firecrackers and fireworks, but unfortunately, I took them to a night of celebration of Eid at Simpang Lima roundabout in central Banda Aceh to see the fireworks display welcoming Night Uroe Kingdom, and unfortunately again the officials prohibiting burning, come into the audience and may contribute to buy a super-sized firecrackers let more lebarannya Night "feels festive". Who the wrong end, as firecrackers and fireworks virus has leaked anywhere and infect anyone who loves excitement and joy. But that does not mean that it does not burn firecrackers not love the excitement and joy, but there own way to enjoy the excitement and joy, certainly on the night of Eid with takbir meet ya mosques and meunasah langgar and bertakbir until daybreak.

Since loud noises and fireworks spark is created in China there at the beginning to create excitement and festivity in the quiet and serene celebration, so when we imitate, adopt, Anybody nobody to blame but ourselves washed downstream!. Or once in a while we try berlebaran without fireworks and firecrackers, is it too late to try?. Maybe, could ya we certainly can not depend.