Label

10 tahun tsunami. (1) 2013 (1) acehku (1) Adikku. (1) Aku (5) Among-among (1) Anak-anak (1) Anak-Anak Dikutuk (1) Angka ajaib (1) aqiqahku (1) Ayahku (1) babak baru (1) bakso (1) Barzanji (1) batu cincin (1) belimbing (1) Belut Loch Ness (1) Belut Sawah; Mancing Belut (1) Bibiku (2) bioskop misbar (1) birtdhday party (1) bisnis keluarga (1) busur dan panah (1) cafe (1) capung (1) Celengan bambu (1) China's Neighbords (1) Cibugel 1979 (1) Cibugel Sumedang (2) cinta bunda (1) coffee (1) cracker (1) Curek; Inflammation (1) Dapur nenek (1) dejavu (1) Dian Kurung (1) distant relatives (1) Dremolem Or Dream Of Land (1) es dogger (1) es goyang (1) es serut (1) Fried Sticky Rice (1) Gadis Kecil (1) gambar desain (1) gambarku (1) Gandrung Mangu (2) golek;nugget cassava (1) harmonika kecilku (1) Ibuku (11) Ibuku Atau Kakakku? (1) Ikan (2) ikan dan ular (1) iseng (1) jalan kolopaking (2) Jalan Kusuma (2) jangkrik Jaribang Jaliteng (1) Jenang Candil (1) jogging (1) Juadah (1) Juz Amma (1) kakek dan nenek (3) kakekku (3) kecelakaan fatal (2) kelahiranku (1) Kelas Terakhir; the last class (1) Kembang api (1) kenangan (1) Kerupuk Legendar (1) kilang padi (1) Klapertart Cake (1) kolam ikan masjid (1) koleksi stiker (1) koleksi unik (1) koplak dokar dan colt (1) kota kecil dan rumahku (1) Kue tape (1) Kutawinangun (1) Lanting (1) Lebaran (1) little cards (1) Loteng rumah (1) lotere (1) lottery (1) mainan anak-umbul (1) makan (1) makkah (1) Malam Jum'at (1) Mancing Belut (1) masa kecil (11) masa kecil. (1) masa lalu (3) masjid kolopaking (1) meatballs (1) Mengaji (1) menu berbuka (1) Mercon (1) Minum Dawet (1) morning walk (1) my (1) my birth (2) my first notes (6) my mom (4) my note (27) Nama ibuku (1) Nenek Sumedang (1) new round (1) new year (2) others notes (1) ours home (1) padi sawah wetan (2) pande besi (1) Papan Tulis (1) Pasar dan Ibuku (1) Penculik dan Bruk (1) Pencuri (1) Perayaan (1) Perjalanan 25 Tahun Bag. Pertama (1) personal (1) Puasa (3) radio transistor (1) ramadhan (1) Roti dan Meriam Kauman (1) Rumah Ban (1) Rumah Kakek dan Nenek (5) rumah karang sari (1) rumah kecil di pojok jalan (4) rumah kelinci (1) rumah kutawinangun (1) Rumah Pojok (1) rumahku (1) Sarapan Apa Sahur? (1) saudara jauh (1) sawah utara (1) sawah wetan (2) SD Kebumen (1) Sepeda dan Meteor (1) shake es (1) shalat jamaah (1) sintren (1) special note (1) Starfruit for Mom (1) Stasiun Kereta Api (2) Sumedang 1979 (1) Sungai Lukulo. (1) tahun awal (17) tahun baru (1) Taman Kanak-kanak (1) Tampomas I (1) tanteku (2) Tetangga Cina (1) The magic Number (1) tradisional (1) tsunami 2014 (1) Ulang tahun (1) Visionary grandpa (1) Wayang Titi (1)

Kamis, 27 Desember 2012

Aku dan Ibuku; me and my mom

Aku selalu merindukan waktu untuk bisa menuliskan banyak hal tentang ibuku, sosok yang selalu kukagumi dalam hati dan raganya. Ibuku berhati baja, namun juga lembut, aku mengaggumi luar biasa. Aku pernah melalui hari-hari dan waktu yang panjang dengan ibuku, meskipun kemudian jarak dan waktu memisahkan raga tapi bukan hatiku.

Jika aku boleh meminta aku ingin menyayangi selalu, membalas kasih sayang yang tak pernah bisa kubalas, tapi setidaknya harapan dan mimpi untuk membahagiakannya adalah salah satu harapan terbaikku.

Aku pernah merasakan suka dan duka yang mendalam ketika bersama dalam ruang dan waktu. Merasakan hangatnya air mata yang menetes setiap kali kesedihannya tertumpah dari tuturannya. Jatuh di pipiku yang sedang memandangnya dari bawah dagunya, sambil bertanya-tanya sebesar dan sesedih apa sesungguhnya hatinya. Dan betapa takjubnya aku mendapati bahwa dalam kesedihan yang dalam aku masih mendapatkan kasih sayang yang tiada taranya.

Sungguh benar, bahwa kasih sayang ibu seperti udara yang tak tergantikan, sinar matahari pagi yang menghangatkan. Aku selalu merindukan saat-saat itu, bersepeda berdua, berjalan-jalan berdua menyusuri malam di pinggiran kota tanpa tujuan apa-apa kecuali saling berbagi rasa, hati dan kegundahan, agar jatuh terlepas dari dalam hati yang berat.

Aku memang tak bisa mengulang waktu dan memberinya jalan terbaik, tapi setidaknya sebagai teman, dan anak yang selalu dekat aku bangga bisa membagi waktu dan ruang agar dapat merasakan kesedihannya yang dalam dan bisa sedikit meluruhkannya. Aku menjadi orang paling beruntung dan bahagia ketika bisa melihat senyum mengembang di wajah ibuku, mungkin bisa jadi itu karena aku, jika iya betapa bahagianya, di masa kecilku yang tak panjang bersamanya aku bisa memberikannya kenangan dan bisa menyimpan kenangan bersamanya.

Aku pernah berharap bisa mengulang waktu, bertemu dengan ibuku, menemaninya sepanjang yang aku bisa, memberinya apa saja yang bisa kubagi dan kupersembahkan untuk membuatnya bahagia dan tersenyum. Meskipun itu hanya mimpi tapi aku bahagia karena sebagian mimpiku itu pernah terwujudkan.

Hari ini aku menyadari bahwa aku ternyata belum sungguh-sungguh bisa membuatnya bangga, kecuali ketika seluruh pilihan hidupku ternyata adalah salah satu harapan dalam doanya, seorang istri dan seorang ibu yang sangat baik bagi anak-anakku. Sesederhana itulah harapan seorang ibu, sebuah kebaikan bagi anak-anaknya adalah kebahagian dalam kehidupannya. Sungguh aku masih ingin terus belajar tentang kecintaan, kasih sayang, berbagai, menggunakan hati untuk menyayangi orang lain, dan sesederhana apapun sebuah kebaikan bisa menjadi harapan bagi orang lain.

Dalam wajah keras ibuku, aku menemukan kasih sayang yang tak terbalas, kasih sayang ibu yang tak bisa kuukur dengan apapun untuk membalasnya. Pada waktunya aku menyadari bahwa ibuku adalah orang terbaik yang aku punya dalam hidupku, pun hingga sekarang, ketika kita dewasa dan berharap untuk menyayanginya ternyata kita justru selalu mendapatkan limpahan kasih sayangnya. Ternyata kita dan hati kita tak pernah bisa jauh dari ibu. Sebuah paket sempurna ciptaan Allah, yang didalam tangis dan peluk kasihnya kita mendapatkan kehangatan yang jauh melebihi seribu matahari jumlahnya.

Semogalah Allah selalu menaburkan kasih sayang dan kecintaanNya untuk memberkati para ibu dan ibuku, agar dipenuhi hatinya dengan kebahagiaan setiap detik, setiap menit, setiap jam dan setiap waktu dalam nafas hidupnya. Salam sayang ananda.

Me and My Mom
by hans-acehdigest


I always longed for the time to be able to write a lot about my mother, who always admired figure in your heart and body. My mom take steel, but soft, I admires incredible. I've been through the days and the length of time with my mom, though later time and distance separating the body but not my heart.

If I may ask I always wanted love, affection reply that will never be cleansed, but at least the hopes and dreams for her happy is one of the best hopes.

I never felt a love and deep sorrow when together in space and time. Feel the warmth of the tears that dripped from every grief spilled words. Falling down my face looking at her from under his chin, wondering what the real amount and sad heart. And amazement I found that in a deep sadness I still get the love unequaled.

It's true that a mother's love is irreplaceable, such as air, the warm morning sun. I always miss those moments, cycling together, walk together through the night on the outskirts of the city without any purpose except sharing their feeling, heart and anxiety, to fall in spite of a heavy heart.

I was not able to repeat time and gave him the best, but at least as a friend, and a child who was always near me proud to be able to share time and space in order to feel a deep sadness and can be a bit drop. I became the luckiest and happiest when able to see a smile on her face, maybe it could be because of me, if so very happy, in my childhood that I can not give it with long memories and can store memories with him.

I had hoped to repeat the time, met my mother, with her as long as I can, give what can I shared and I have offered to make him happy and smiling. Although it was just a dream but I'm happy because most of my dream never realized.

Today I realized that I had not yet truly be proud, except when the entire option life turns out is one of hope in prayer, a wife and a mother who was very good for my children. Simple as that's the hope of a mother, a kindness to her children is happiness in life. Indeed, I still want to continue to learn about love, love, share, use the heart to care for others, and no matter how straight a good can be hope for others.

In my mother's stern face, I find unrequited love, a mother's love can not I measure with anything to give in return. In time I realized that my mother was the best I've had in my life, even until now, when we grow up and expect to love it always turns out we get an abundance of affection. Apparently we and our hearts could never far from the capital. A perfect package creation God, in tears and embraced his love for us to get the warmth of a thousand suns were far exceeded in number.

Hopefully God always sow love and love to bless the mothers and mother, so that her heart was filled with happiness every second, every minute, every hour and every time in the breath of life. Love Yours Childs.

Aku, Ulang Tahunku dan Istriku; Me,My Birthday and My Wife

Untuk kesekian kalinya aku memperingati diriku sendiri berulang tahun, semakin menipis hari-hari di bumi dan terbayang tinggi langit tanpa batas, yang kelak menjadi tempat bersemanyam mahluk bernama manusia. Kebahagiaan terbesarku karena istriku selalu mengingatkan aku tentang hari itu. Ia akan menciumku mesra di hari peralihan antara hari ini dan besok yang berarti hari meretas tabir hari iniku menjadi kemarin dan masa lalu dan tiba-tiba dalam tabir yang tipis kita mendapat usia baru.

Mungkin setipis itulah hidup dan mati kita karena kita tak pernah bisa menduganya antara sekarang atau nanti. Dan dalam tabir yang tipis itu kita memiliki kesombongan seolah kita bisa mengelak dari waktu, kita berlaku buruk tanpa aral dan henti seolah-olah kita punya waktu selamanya. Ketika tamu malaikat datang memberi salam, tiba-tiba kita ingin bertobat seketika baik dan berharap masih ada waktu bagi kita bersiap-siap agar Tuhan mau menerima kita dalam keadaan baik. kecuali takdir dan keberuntungan banyak orang tersesat dalam tabir tipis kehidupan dan kematian itu.

Menyembah dan menyungkur memohon sekalipun tak akan bisa mengembalikan kehidupan kita semula untuk berbaik hati dan laku. Dan dalam tabir tipis itulah banyak manusia tersesat. masuk kedalam ruang kosong diantaranya dan mendapati dirinya tak sadar, pitam dengan segala kesenangan yang melenakan dan membiarkan kebaikan hanyut jauh di belakang jejak langkahnya.

Waktu tak berulang dan ketika menyadari bahwa betapa kita makin tak bisa menyadari siapa diri kita sesungguhnya, maka ketika itulah kita sungguh-sungguh tengah tersesat dalam pusaran kehidupan yang membuat kita hampa dan fana, tapi dalam saat bersamaan kita juga besar dengan segala kesombongan yang kita punya.

Ketika memandang galaksi yang jauh dan kemudian mengamati diri kita yang kecil, maka sungguh kita seperti buih dalam samudera kehidupan. dan dalam buih itu, masihkah kita punya kekuatan? dibanding Tuhan yang segala Maha di ArsyNya

Tiba-tiba aku menyadari, bahwa kado terindah adalah istriku, ketika dia selalu bilang " sudah shalat sayang?".

Me,My Birthday and My Wife
by hans-acehdigest


For the umpteenth time I myself commemorate her birthday, dwindling days on the earth and the high heavens imagine without limits, which later became the place live called human beings. Greatest happiness as my wife always reminds me of that day. He would kiss me tenderly on the transition day between today and tomorrow, which means today to pave the veil my day yesterday and the past and suddenly the veil is thin we got a new age.

Maybe that's as thin of life and death because we can never expect between now and then. And in a thin veil of arrogance that we have as we can circumvent the time, we behave badly without hindrance and stop as if we have forever. When the angels come to greet guests, all of a sudden we want to repent immediately and hope there's still time to get ready for God to accept us in good shape. but fate and luck many people get lost in a thin veil of life and death.

Worship and fall down even plead not be able to restore our lives to be kind and originally sold. And the thin veil that many people get lost. them into space and found himself unconscious, furious with all pleasure complacent and let goodness drift further behind in his footsteps.

Time is not repeated and to realize that what we are increasingly unable to realize who we really are, then that's when we really were lost in the vortex of life that makes us hollow and ephemeral, but in the same time we are also great with all the arrogance that we have .

When looking at distant galaxies and then observe ourselves a little, so we really like the bubbles in the ocean of life. and the froth that, we still have power? than God Almighty in all ArsyNya.

Suddenly I realized, that my wife is the most beautiful gift, when she always says 've prayers dear? "

Kamis, 20 Desember 2012

Ibuku dan Ketabahan ;Mother and fortitude

Sungguh yang tak pernah bisa kubayangkan adalah ketabahan ibuku, aku tak bisa dengan pasti memilih kata apa yang tepat untuk menggambarkan ketabahannya. Mungkin bagi banyak orang tak ada yang bisa sebaik ibuku, mungkin banyak hal yang dipertimbangkannya sehingga beliau menjadi begitu kuat. Mungkin juga ada harapan di hati kecilnya bahwa semua hal yang sedang terjadi adalah cuma mimpi dan tak sungguh-sungguh sedang terjadi padahal sedang dirasakan dan dialaminya langsung.

Menurut yang bisa kuingat, dari cerita ibukku, ketika adikku yang ketiga lahir dan ayahku harus meninggalkan ibuku untuk "sekolah" dan kemudian aku ketahui menjadi perjumpaannya yang terakhir karena "perpisahan" yang tak kuketahui alasannya. Aku tak bisa bayangkan bagaimana perasaanya, sendiri, tanpa teman kecuali ketiga anak yang pastinya juga sangat merepotkan, karena masih kecil. rumah juga sebenarnya tak nyaman betul karena kondisinya yang sederhana dan serba kekurangan. Aku bayangkan tak ada satupun hal yang bisa diharapkan dari rumah dan kemungkinan masa depannya, kecuali kekuatan dan ketabahan dari ibuku demi ketiga anak laki-lakinya.

Tapi dengan semua beban itu ibuku masih mengangkatkan koper-kopernya ke becak yang juga diusahakan dicarinya untuk mengantarkan suaminya berangkat jauh. Hari masih gelap, karena baru usai subuh, bahkan menurut kisah yang lain ibuku bahkan mengantarkan ayahku ke stasiun untuk perjumpaannya yang terakhir. Aku tak pernah bisa membayangkan bagaimana kesedihan, suasana hati dan pikiran ibuku. Apakah sungguh-sungguh akan bisa hidup dengan ketiga anaknya?, bagiku karena ibuku sebaik malaikat semuanya bisa dilaluinya dengan hati yang keras atau dipaksakan agar keras menghadapi cobaan.

Aku bayangkan seandainya aku besar ketika itu, aku akan membantunya dengan apapun yang aku bisa, sayangnya ketika itu aku kecil dan aku justru yang mengganggu pikiran karena tingkah lakuku yang belum memahami bagaimana hidup getir yang sedang berlaku. Begitupun aku mengalami kisah sedih dan dapat merasakannya, makan sebungkus bersama, membeli susu sapi segar untuk menjaga adik-adik tetap sehat dan banyak hal yang dilakukan ibuku agar membuat kami tetap membuatnya bahagia dan sehat.

Menurutku itu adalah saat yang paling menggetarkan dari seluruh kisah ibuku karena dihari-hari sesudahnya kami menghadapi banyak kisah dan rasa yang sulit kami harapkan bisa kami ingat dengan baik, bahkan jika bisa kami lupakan dan buang jauh. Tapi itulah masa lalu, tempat dimana kita pernah berpijak, sehingga kita bisa terus melangkah menciptakan hari-hari baru satu demi satu hingga kita sampai di masa depan yang sungguh sangat berbeda.

My mother and fortitude
by hans-acehdigest

It could never imagine was grit my mother, I can not exactly choose what the right words to describe perseverance. Perhaps for many people there's nothing can be as good mother, maybe a lot of things into consideration that he is so strong. There may also be hope in his heart that everything that is happening is just a dream and not actually happening when being felt and experienced directly.

According as I can remember, from the story ibukku, when the third sister was born and my father had left my mother for a "school" and then I know to be the last encounter as "farewell" I did not know why. I can not imagine how her feelings, alone, with no friends except the three children must also be very troublesome, because it is still small. the uncomfortable truth is also true because the condition is simple and underprivileged. I imagine there was no single thing that can be expected from the home and possible future, but the strength and fortitude of the mother for the sake of three sons.

But with all that she still mengangkatkan load his luggage into the rickshaw which also attempted to deliver her husband left looking away. It was still dark, as new after dawn, even according to another story that my mom even drove my father to the station for the last encounter. I never could imagine how sadness, mood and thoughts of my mother. Was this really going to be able to live with her three children?, As an angel to me because my mom has taken to heart everything can be harsh or forced to be hard to face trial.

I imagine if I was big at the time, I'll help with whatever I can, unfortunately, but I was small, and it bothers her because of the behavior of children who do not understand how bitter life is valid. Likewise I had a sad story and can feel it, eat a pack together, buy fresh milk for guard brothers stay healthy and a lot of things my mother did to make us keep him happy and healthy.

I think it was the most thrilling moment of the whole story of her early days afterward because we face many difficult stories and flavors that we hope we can remember it well, even if we could forget and throw away. But that's the past, the place where we never rests, so that we can continue to step creates a new day one by one until we get to the future that it is very different

Minggu, 16 Desember 2012

Kembang Api dan Mercon Lebaran; Eid Without fireworks?

Sebenarnya kembang api, memang bukan  tradisi, cuma kebiasaan.  Mungkin yang mula sekali  para orang Pecinaan di Jalan Kolopaking yang memulainya, mereka cuma ingin berbagi dengan membakar petasan agar suasana lebaran jadi meriah, itu saja. selanjutnya itu jadi kebiasaan.

Kami tak pernah secara khusus membelinya, tapi malam itu aku diajak kakek mengunjungi temannya seorang kepala polisi di kantor polisi di pinggiran terminal di pusat kota. Kami berbasa-basi, bersalaman dan kami mendapat hadiah bungkusan berisi mercon super besar dan beberapa mercon kecil hasil sitaan dari para pedagang yang melampui batas, menyimpan kembang api dan mercon "kebanyakan".

Meskipun sudah berkali-kali ada kasus rumah meledak atau kecelakaan karena kembang api dan mercon, tapi orang dan anak-anak seperti kami tak pernah jera. Selama itu bisa membuat lebaran meriah maka kami akan membakar mercon dan kembang api itu.

Anak-anak seperti kami bahkan lebih tahu mana yang bisa meledak dengan  suara keras dan mana yang melempem. Yang suaranya keras harganya lebih mahal, yang aku ingat mereknya Kuda Terbang, dan kami biasanya berimprovisasi, memasukkan  mercon kecil dan berbahaya dalam tabung bambu dan membiarkannya meledak di dalamnya, hasilnya bambu bulat itu akan pecah berkeping-keping. sedangkan untuk mercon kecil kami akan membakarnya langsung di tangan dan saling  melemparkan untuk mengganggu teman. Jika kami melemparnya ke jalanan dan para pejalan kaki kaget dibuatnya kami bersiap-siap menerima makian dan marah yang besar. Bukan lantaran terluka tapi karena kaget luar biasa di sebabkan oleh ledakan mercon cabe rawit (nanti aku akan menuliskannya lagi di lain waktu), kenapa dinamai begitu, pokoknya karena bentuknya yang kecil.

Dimasa depan , kemudian mercon dan kembang api seperti menjadi tradisi yang tak bisa lagi ditinggalkan oleh orang banyak dalam apapun momentnya, apakah pertandingan bola, lebaran, natal, tahun baru masehi dan Tahun baru Islam maupun karnaval dalam apapun eventnya.

Sebagian orang merasa itu sesuatu yang saloah, sementara para pedagang berpikir ini  moment dagang yang tak boleh dilewatkan. Benturan untung rugi, duit banyak duit sedikit, akhirnya membiarkan semuanya berjalan sendiri mengikuti "pasar" lalu terbentuklah "tradisi", yang kelahirannya tak dikehendaki tapi lahir juga, tanpa pernah peduli  dan tak punya tendensi, ini budaya siapa, jelek buat siapa, tak cocok dengan lebaran dan tahun baru Islam. Tapi setiap kali momentum itu datang, maka dibeli beramai-ramai dan meledakkan kemeriahan, meskipun dibenci dan dicela.

Begitu juga kami yang anak-anak, tak pernah tahu apakah sesungguhnya mercon dan kembang api itu cocok dengan lebaran kami?, tapi tanpa mercon itu lebaran menjadi sunyi, itu hanya menurutku yang "sudah rusak memori" karena di jejali kebiasaan dari kecil. bahwa mercon tak identik dengan perayaan kelompok tertentu, agama tertentu, misi kelompok tertentu, pokoknya selama itu bisa membuat meriah anak-anak, maka disanalah kesenangan dan kegembiraan dilahirkan. Tapi itu hanya menurut dugaanku, dan aku cuma menggambarkan apa yang kurasakan. Meskipun persisnya dan mestinya tak begitu.

Tapi dimasaku kemudian aku tak membelikan anak-anak-anakku mercon dan kembang api, tapi sayangnya, aku mengajak mereka ke malam perayaan lebaran di bundaran Simpang Lima di Pusat Kota Banda Aceh untuk melihat pertunjukkan kembang api menyambut Malam Uroe Raya, dan sialnya lagi para pejabat yang melarang membakar, ikut menjadi penonton dan mungkin ikut menyumbang membelikan mercon super besar biar Malam lebarannya lebih "terasa meriah". Siapa yang salah akhirnya, karena virus mercon dan kembang api telah merembes kemana saja dan menjangkiti siapapun yang mencintai kemeriahan dan kegembiraan. Tapi itu tidak berarti yang tidak membakar mercon tidak mencintai kemeriahan dan kegembiraan, cuma ada caranya sendiri untuk menikmati kemeriahan dan kegembiraan, pastinya di malam lebaran ya dengan takbir memenuhi mesjid dan meunasah, langgar dan bertakbir hingga pagi menjelang.

Karena suara keras dan percikan kembang api memang diciptakan di Cina sana pada mulanya untuk menciptakan kegembiraan dan kemeriahan di tengah sunyi dan syahdu perayaan, jadi ketika kita meniru, mengadopsi, tak ada sesiapa yang bisa disalahkan kecuali kita sendiri yang terbawa arus!. Atau sekali waktu kita coba berlebaran tanpa kembang api dan mercon, apakah sudah terlambat dicoba?. Mungkin, bisa ya bisa tidak tergantung  kita tentunya.

Eid Without fireworks?
by hans-acehdigest

Actually fireworks, is not tradition, but a habit. Probably the first one of the people's Chinatown in Jalan Kolopaking started it, they just want to share with burning firecracker that Eid so festive mood, that's all. later it became a habit.

We never bought it specifically, but that night I was invited to visit his grandfather's police chief at the police station on the outskirts of downtown terminal. We exchanged pleasantries, shook hands, and we got a prize pack of firecrackers super large and some small fireworks confiscated from traders who exceed the limit, store fireworks and firecrackers "most".

Although it has been many times there are cases of accidents caused by the explosion or fireworks and firecrackers, but the people and children as we were never a deterrent. As long as it can make the festive Eid we will burn firecrackers and fireworks.

Children like we even know where that can explode with a loud voice and which fizzled. A loud voice is more expensive, which I remember Flying Horse brand, and we usually improvise, put a small firecracker and dangerous in a bamboo tube, and let it explode in it, the result is rounded bamboo will break into pieces. while for small firecrackers we will burn it directly in the hands and throw each other to annoy your friends. If we threw him into the street and pedestrians surprised we made ready to accept the great curses and angry. Not because injured but exceptional shock caused by the explosion of firecrackers cayenne pepper (I'll write it again at another time), why so named, because of its small anyway.

In the future, then the firecrackers and fireworks as a tradition that could no longer be left to the people in any moment, whether the match ball, Eid, Christmas, New Years BC and New Year carnival in Islam or any eventnya.

Some people feel that something is wrong, while the traders think trading this moment not to be missed. Conflict of profit and loss, a lot of money a little money, finally let it all go alone to follow the "market" and formed the "tradition", whose birth was unwanted but born too, without ever caring and have no tendency, this culture who, bad for everyone, not suitable the Eid and the Islamic new year. But every time the momentum was coming, then purchased a gang and blow up the excitement, though hated and denounced.

Likewise we were kids, you never know what the real firecrackers and fireworks were matched with our Eid?, But without the fireworks that Eid be quiet, I think it's just a "broken memory" because of the small stuffed habit. that is not synonymous with the celebration firecrackers particular group, religion, mission specific group, as long as it can make a festive children, then that's where the fun and excitement of being born. But that's just guess, and I just describe what I felt. Although the exact and should not be.

Dimasaku But then I do not buy my kids firecrackers and fireworks, but unfortunately, I took them to a night of celebration of Eid at Simpang Lima roundabout in central Banda Aceh to see the fireworks display welcoming Night Uroe Kingdom, and unfortunately again the officials prohibiting burning, come into the audience and may contribute to buy a super-sized firecrackers let more lebarannya Night "feels festive". Who the wrong end, as firecrackers and fireworks virus has leaked anywhere and infect anyone who loves excitement and joy. But that does not mean that it does not burn firecrackers not love the excitement and joy, but there own way to enjoy the excitement and joy, certainly on the night of Eid with takbir meet ya mosques and meunasah langgar and bertakbir until daybreak.

Since loud noises and fireworks spark is created in China there at the beginning to create excitement and festivity in the quiet and serene celebration, so when we imitate, adopt, Anybody nobody to blame but ourselves washed downstream!. Or once in a while we try berlebaran without fireworks and firecrackers, is it too late to try?. Maybe, could ya we certainly can not depend.


Jumat, 09 November 2012

Shalat Bareng; Praying Together

Tak setiap hari kami berkesempatan bisa shalat bersama, bukan karena ibuku tak perhatian, apalagi malas, tapi karena kami punya jadwal sendiri untuk mengaji dan shalat jamaah di mesjid. Begitupun kalau ada kesempatan bisa shalat bersama ibuku akan menjadi kisah yang tak bisa aku lupakan.

ibuku kadang-kadang memintaku untuk shalat didepan, padahal itu bukan maksud ibuku menjadikan aku imam, tapi agar aku bisa dibimbing gerakan dan bacaan shalatnya.

diruangan dibawah loteng kakek nenekku kami punya sebuah kamar berukuran kecil berdinding triplek. ruangan dipenuhi dengan risban atau tempat tidur dari kayu berukuran pendek, dan disisi-sisi tempat tidur itu kami jadikan tempat shalat berjamaah dan berkumpul sambil bercerita sambil bersandar ke dinding, belajar pelajaran sekolah dan  mengaji sekaligus. Ibuku sering mengajarkan kami doa-doa pendek, terutama yang bisa kuingat, doa sesudah bacaan tasyahud akhir. Doa itu berisi permohonan diberi keselamatan dan jalan dari bala kekuatan Dajjal, mahluk yang digambarkan ibuku bertubuh besar, dan selalu berusaha meloloskan diri dari dalam penjaranya di sebuah gunung yang kokoh. dan setiap kali azan subuh berkumandang, maka besi-besi penjara itu kembali utuh, begitulah kisahnya berulang.

Kata ibuku, jika kelak tak ada lagi orang yang azan dan shalat subuh, maka Dajjal akan keluar dari sarangnya dan mengajak banyak orang kepada kejelekan dan kemungkaran, dan ketika itulah Tuhan akan berkehendak kiamat akan segera dilakukan.

Kisah ini menurut ibuku bukan dongeng, tapi merupakan nubuah yang dikisahkan dalam kitab suci dan dikisahkan turun temurun melalui ayat-ayat yang mulia dalam Al Qur'an.

Ketika bumi asri yang kita tinggali berubah menjadi rusak dan dipenuhi bencana maka dimulailah fase datangnya hari akhir itu. Dan tak ada siapapun yang tahu.

Kisah penuh hikmah itulah yang selalu dikisahkan ibuku, di ruang kecil itu, sehabis magrib dan sehabis shalat bareng. Kesempatan itu sekaligus juga menjadi moment kami bermanja-manja dengan ibu, kami sangat menyadari bahwa ibuku adalah sosok yang luar biasa, kuat, tabah, lembut tapi juga bisa keras. Apalagi harus menghadapi tiga orang puteranya yang susah diatur dan sedang banyak aksinya.

Ketika besar aku menyadari bagaimana beratnya ibuku, sendirian membesarkan dan menangani kebandelan kami. Dan kami kemudian sangat menyadari bahwa moment kebersamaan sesederhana apapun bisa menjadi perekat kasih sayang ibu dan anak-anaknya. termasuk dengan shalat bareng, meskipun hanya dalam satu waktu, Maghrib.

Praying Together
by hans-acehdiges

Not every day we get the opportunity to pray together, not because she did not care, much less lazy, but because we have own timetable for pilgrims chanting and praying in a mosque. Likewise if there is a chance she can pray with her would be a story that I can not forget.

sometimes my mom asked me to pray in front, but it was not the intention of my mother made me a priest, but that I may be guided movements and reading prayers.

under the attic room of our grandparents had a small room walled plywood. risban or room filled with beds of short-sized timber, and hand-side of the bed that we made prayers in congregation and gathering place to tell me, leaning against the wall, learn school lessons and study at the same time. My mother used to instruct our short prayers, especially as I can remember, after reading tasyahud final prayer. Prayer requests were contained and the safety of the Dajjal army forces, which depicted her being a big man, and always trying to escape from the prison in a solid mountain. and each time the dawn call to prayer rang out, the iron-iron prison back in one piece, that is the story over and over.

My mother said, if one day there is no longer the call to prayer and dawn prayer, the Antichrist will come out of the nest and bring more people to the ugliness and munkar, and that's when God will willed doom is imminent.

This story is not a fairy tale according to my mother, but it is nubuah told in scripture and is told from generation to generation through the glorious verses in the Qur'an.

When the beautiful earth that we live in turned out to be defective and covered disaster then began the final phase of the coming day's. And no one knows anyone.

The story is full of wisdom that's what my mother always told, in the small room, after sunset and after praying together. The opportunity was simultaneously a moment we were spoiled with the mother, we are very aware that she is a remarkable figure, strong, resilient, soft but also tough. Moreover, to face three sons were unruly and was a lot of action.

As great as I realized how hard my mother alone to raise and handle our obstinacy. And then we are well aware that any moment could be as simple togetherness adhesive affection mother and her children. including by praying together, even if only at a time, Maghrib.

Selasa, 23 Oktober 2012

Hujan Mekkah; Rainy Mecca

Kemarin kami bertelepon setelah hampir sebulan tanpa komunikasi. Kata ibu Mekkah sedang hujan, setelah hampir tiga tahun kering kerontang. Semula ku pikir tak ada yang aneh dengan kata-kata ibu yang dengan gembira menceritakan bahwa mereka baru saja mendapat berkah "hujan".

Karena di tempat kita hujan bisa mengucur berhari-hari jika musimnya tiba, begitupun jika kering paling hanya dalam hitungan bulan, tak berlama-lama menunggunya. Namun jika telah kering benar maka kami beristisqa, memohon hujan setelah sebelumnya didahului dengan shalat dua rakaat. Maka setelahnya hujan akan mengucur dengan deras membasahi tanah kering.

Selasa, 25 September 2012

Rumah Besar Kusuma 31; Big House

Jalan besar itu tepat di depan rumah, memanjang hingga ke Karang Sari di utara dan di titik timurnya berupa bundaran dengan sebuah patung besar gua dengan beberapa burung walet beterbangan di sisi-sisinya. Di bawahnya terdapat taman dengan lampu hias warna-warna yang memancarkan cahaya memenuhi monumen itu. Indah! meskipun sederhana. Di kanan kiri jalan dipenuhi deretan pertokoan.

sedangkan di deretan nomor 31 adalah rumah kakekku, besar tapi bersahaja, karena dipenuhi dengan barang dagangan yang teronggok begitu saja di halaman depannya. Tak ada taman sama sekali, bahkan di kemudian hari nenekku malah menambahnya dengan sebuah warung nasi ala warung tegal.

Sebagian besar bangunan itu terdiri dari bilah papan yang dipaku menjadi gudang, dengan pintu bukaan juga menggunakan bahan karet dan engsel besar. Sedangkan bagian lainnya berisi bilah papan yang bisa dibongkar pasang., dengan sebagiannya lagi dibiarkan ditempatnya tertutup, untuk menghalangi orang dari arah luar ke deretan lemari pajang yang dipenuhi perabot dan alat dari karet bekas.

Dan disisi paling kiri dibuat persis warung dengan bagian tengah memiliki bukaan papan yang dibuka sebagian lalu dijarangkan sehingga menjadi mirip terali papan, sedangkan di kanan kirinya terdapat pintu yang terbuka.

Bagian dalamnya terdiri dari deretan bangku panjang, dengan meja makan yang menjadi satu dengan meja pajangan keripik, telur asin, makanan sejenis kerupuk. dan sebuah kaleng persegi dengan tutup berbahan baku kaleng berisi kerupuk udang terkadang legendar, sejenis kerupuk dari bahan tepung dengan campuran ragi yang membuatnya agak terasa pahit di lidah.

Hampir seluruh ruangan dipenuhi meja dan kursi hampir melingkar memenuhi seluruh sudut, kecuali disudut selatan yang berisi kursi bambu sejenis "amben" dengan pegangan tangan di setiap pinggirnya. Setiap pengunjung yang masuk harus melangkah ke dalam bagian dalam kursi untuk dapat memilih tempat di tengah, kemudian akan memilih panganan ringan, juadah dan lainnya sebelum diantar teh manis dan nasi dengan sayur tumis kacang atau labu jepang.

Bagian paling belakang dari warung terdapat lemari, untuk pembatas ruang dan di depannya di letakkan bakul nasi dibuat dari anyaman bambu, yang selalu ditutup dengan kain kotak untuk menjaga tetap hangat dan terutama dari debu yang bisa terbang dari jalanan besar di depan rumah. sedangkan sayuran tumis diletakkan nenek di bagian belakang dari meja pengunjung.

Meja kasir juga terdapat di bagaian belakang meja dekat tempat saji sayur tumis, berupa laci kayu.

Bagian belakang warung langsung tembus ke ruang samping rumah, berbatas dengan ruang kerja karyawan barang olah bekas karet. Di ruangan itu terdapat meja dan kursi terbuat dari karet, tempat tukang beristirahat sambil makan siang. terkadang menjadi tempat kami bermain, atau kakek bermain gaple dengan teman sebayanya di hari minggu .

Bagian belakang itu memiliki batas genteng yang tidak penuh hingga ke rumah belakang, sehingga di hari hujan ketika kita hendak masuk ke bagian tengah rumah harus berbasah-basah terguyur hujan, kakek tak pernah berinisiatif untuk membuat sekedar penutup rumah. Disiang hari terik matahari langsung masuk kedalam beranda rumah dan dimalam hari dingin malam terasa langsung menembus kulit. Namun begitulah uniknya rumah kakeh. Sebagian beratap beton, sebagian lainnya beratap langit. Mirip rumah jepang yang asri.

The Big House Kusuma 31
by hans-acehdigest

The big road right in front of the house, extending to the north and at Karang Sari eastern point in the form of a roundabout with a statue to be some huge cave swiftlets flying around the edges. At the bottom there is a garden with decorative light colors emit light meets the monument. Beautiful! though simple. On both sides of the road were lined with shops.

whereas in row number 31 is my grandfather's house, a large but understated, as it was filled with merchandise just sitting on the front lawn. There was no garden at all, even in the later days my grandmother instead supplement it with a rice shop tegal style stalls.

Most of the buildings that comprise the board slats nailed to the barn, the door openings are also using a large rubber and hinges. While the other contains the board that can be assembled., With partly closed left in place, to prevent the people from the outside to the row of display cabinets filled with furniture and equipment from the former rubber.

And the far left side stalls made exactly with the center of the board has openings which opened last part so it becomes like a trellis dijarangkan board, while on either side there is a door that opens.

The inside consists of a long row, with the dining table together with the counter chips, salted eggs, crackers such foods. and a square tin with a lid made from tin sometimes Legendar prawn crackers, a kind of cracker made from flour with the yeast mixture which makes it a little bitter on the tongue.

Almost the entire room was filled with tables and chairs almost circular fulfill all angles, except for the southern corner contains a type of bamboo chairs "divan" with handrails on each edge. Every visitor who comes in must step into the inside of the seat to be able to choose where in the middle, and then will choose light snacks, and other juadah before delivery of sweet tea and rice with beans or squash sauteed vegetables japan.

The rear of the shop there is a closet, for and in front of a room divider in place rice basket made of plaited bamboo, which is always covered with a cloth to keep warm box and mainly from dust that can fly from big street in front of the house. while the sauteed vegetables grandmother placed at the rear of the table visitors.

Counter is also present in this part of the table near the back of the sautéed vegetable food, in the form of wooden drawers.

The back of the stalls directly penetrating into the side of the house, the space bounded by the employee if the former rubber goods. In that room there are tables and chairs made of rubber, spot welder rest and eat lunch. sometimes be our place to play, or play gaple grandfather with his peers on Sunday.

The back of the tile that has a limit that is not fully up to the back of the house, so on rainy days when we are about to go into the center of the house should be wet rain washed grandfather never took the initiative to make just cover the house. Direct sun during the day into the porch of the house and at night cold night is directly through the skin. But such is the unique the grandfather's home. Some concrete roofs, others roofed sky. Similar homes a beautiful Japanese

Rabu, 05 September 2012

Ibuku dan Kerja; My Mom and Works

Ibuku paling tak bisa diam, dinamis, terus bergerak, mengikuti hati dan pikiran. aku melihatnya tak pernah lelah, selalu saja ada yang menarik perhatian dan minatnya. aku sempat berpikir, barangkali dalam diamnya bisa memancing ibu memikirkan terlalu banyak hal yang membebani sehingga ibu berusaha melupakannya dengan melakukan banyak hal.

Pagi diantara riuh dan kesibukan dapur, rumah, membangunkan anak-anak sekolah dan menyiapkan sarapan pagi dengan sesekali mengomel karena kami semua lalai, dengan ritual mandi pagi, dan terutama sarapan karean dilalaikan dengan membuang-buang waktu. dan seringkali membuat kami terburu-buru ke sekolah, tapi tetap dibekali dengan senyum mengembang.

Mungkin waktu-waktu diantara kami sekolah dan sebelum pulang adalah waktu yang melegakan, tidak diganggu dengan riuh dan kenakalan anak-anak. Tapi rumah biasanya juga menjadi senyap, kecuali para pekerja di workshop kakek yang tengah bekerja sambil bercanda-canda sesama pekerja yang sebaya.

Tapi tetap saja ibuku dipenuhi kesibukan membereskan rumah, menyiapkan bakal makan siang sebelum kami pulang. sesekali jika luang dihari libur minggu, ibuku engajakku jalan-jalan ke rumah kerabat atau teman di Karang Sari. membebaskan diri dari rutinitas, karena sebagai ibu rumah tangga sejati ibuku memang tak pernah bekerja formal di luar rumah. Meskipun itu kemudian menjadi sisi lemahnya, karena kami kekurangan secara finansial untuk kebutuhan-kebutuhan kami selain makanan.

Tapi ibuku mewariskan kerja keras, semangat, gigih dalam banyak hal yang sedikit banyak aku warisi hingga hari ini. Sungguh sebuah kebanggaan dan kebahagiaan jika kita bisa memenuhi harapan, atau setidaknya ada bagian dari ibuku yang bisa aku ikuti dan membawa kami menjadi lebih baik di sebuah masa nanti.


My Mom and Works
by hans-acehdigest

My mom can not keep quiet most dynamic, constantly moving, to follow their hearts and minds. I saw it was never tired, there's always that attracts attention and interest. I was thinking, maybe the mother's silence may provoke thinking about too many things that weighed so she tried to forget it by doing a lot of things.

Morning amongst the hectic and busy kitchen, home, wake up the kids school and preparing breakfast with occasional grumbling because we were all negligent, the ritual bath in the morning, and especially breakfast because neglected by wasting time. and always made ​​us rush to school, but still armed with a smile.

Maybe time to time between our school and before going home was a relief, is not bothered by boisterous and juvenile delinquents. But the house is usually also a silent, except the workers who were working grandfather workshop playfully joked co-workers the same age.

But still busy cleaning the house she met, will prepare lunch before we went home. occasionally if spare the Day holiday week, my mother took me a walk to the homes of relatives or friends in Karang Sari. break free from the routine, because as a true housewife mother had never worked outside the home formal. Although it later became weak side, because we lack financially for our needs other than food.

But my mother bequeathed hard work, enthusiasm, indomitable in many ways is a bit much I have inherited today. It's a pride and joy if we could meet expectations, or at least a part of her that I can follow and take us to be better at a later time.

Tentang Sebuah "Kehilangan"; About A "Lost"

Aku seringkali merasa terlalu berkeras hati. ayahku mengganggapnya justru "cuek", bisa jadi mungkin apatis. aku sadari memang begitu, karena jika aku mendengar ada saudara atau siapapun terkena musibah, aku dengan cepat menerjemahkannya dengan memang sudah begitu adanya.

Orang-orang bertanya apa aku tidak merasa sedih dengan kepergian nenekku?, aku bilang aku bisa merasakannya dengan normal, hanya saja aku tak mau berpanjang-panjang dengan kesedihan. jadi aku berusaha mengobatinya dengan membuat semuanya tidak terlalu berlebihan dan lumrah.

Aku juga tak pernah merasa tak seharusnya orang berlama-lama sedih, karena itu hak orang dan orang juga berbeda-beda dalam merasakan sebuah kesedihan, jadi apa pasal aku harus merasa kesal dengan kesedihan orang, berlebihan sekalipun karena barangkali begitulah ekpresi dan caranya menghilangkan kesedihan dan beban hati.

Namun aku tak pernah bisa membayangkan jika aku kehilangan ibuku, karena dalam hati kecilku, ketakutanku yang paling dalam adalah kehilangan ibuku, karena banyak cerita dan masa lalu yang kami bagi dua dalam banyak catatan tertulis maupun tidak. Apalagi dengan kondisiku hari ini yang lama tidak bertemu, aku memimpikan pertemuan itu meskipun entah kapan saatnya.

Aku merasa masih punya hutang budi yang harus aku balas, meskipun ibuku seperti juga matahari tak pernah meminta balasan apapun untuk semua kasih sayang dan kehangatan yang sudah dicurahkan. justru karena itulah cinta, kasih sayang kita sudah seharusnya untuk ibu.

Untuk satu hal ini, sekalipun berandai-andai kehilangan aku tak sanggup memikirkannya dan untuk yang satu ini juga aku tak pernah menahan jika aku meneteskan air mata. karena itu satu-satunya cara untuk bisa meringankan bebanku.

Kecuali jika saatnya memang "harus" tiba, tak sesiapun bisa berkehendak, dan aku hanya bisa mengirim doa, berharap Allah mendengarkan dan mengabulkan doa-ku, agar memberi tempat paling mulia disisi-Nya.

Begitulah kehidupan memiliki caranya sendiri untuk mengingatkan kita, mengajarkan kita tentang bagaimana seharusnya memilih sebuah sikap menjadi bagian dari kepribadian kita dan memberi warna yang berbeda-beda bagi setiap pribadi yang berlainan

About A "Lost"
by hans-acehdigest

I often feel too dead-set. My father actually consider it "cool", it could be possible apathy. I realize it is, because if I hear any relatives or anyone else affected, I quickly translated it already so there.

People ask me what I do not feel sad at leaving my grandmother?, I said I can feel normal, it's just that I do not want a long-winded with grief. so I tried to treat it with to make it all not too excessive and habitual.

I also never felt people should not linger sad, because it is the right of people and people also vary in feel a sadness, so what chapter I should feel annoyed with sadness, because maybe that's overkill though expressions and how to eliminate the grief and the burden of liver.

But I never could have imagined when I lost my mom, because in my little heart, the deepest fear is losing my mother, because a lot of stories and past us for two in many written records or not. Especially with my condition today that long time no see, I dreamed of meeting although who knows when it's time.

I feel they have a debt of gratitude that I have to reply, although my mother as well as the sun never asked any replies for all the love and warmth that has been poured. precisely because of that love, our love for granted to the mother.

For one thing, despite losing suppose I could not think about it, and for this one as well I never hold back when I was moved to tears. because it was the only way to get relieve my burden.

Unless time is a "must" arrive, not sesiapun be willing, and I can only send a prayer, hoping that God hears and answers prayer me, in order to give the most precious of his hand.

That life has its own way to remind us, to teach us about how to choose an attitude to be part of our personality and give a different color for each person in different


Kamis, 02 Agustus 2012

Ramadhan Dulu; Ramadhan First

Ramadhan di masaku dulu tak mengenalkanku dengan malam seribu bulan, sehingga aku menikmati puasa dengan cuma bertarawih seperti layaknya anak-anak lainnya. Aku menikmati puasa dengan bermain, karena aku pikir itu satu-satunya cara membuat ramadhan meriah, dan tarawih menjadi satu kesenangan tersendiri.

Waktu aku ber-ramadhan ria dan mengunjungi mesjid aku justru menikmatinya dengan membeli rujak manis di samping mesjid. Disebelah kanan mesjid ada seorang ibu tua yang menjual rujak buah yang tak bisa kulupakan rasanya. buah-buah itu dipotong kecil diatas cobek batu, kemudian ditambahkan kacang, cabe dan adonan bumbu yang khas, yang tak membuat rujak itu basah tapi rasanya luar biasanya. Makanan itu yang justru membuat aku kangen dengan ramadhan. Biasanya aku membelinya sebelum memulai shalat tarawih.

Satu hal lagi yang membuat ramadhan dipenuhi dengan kegembiraan karena di mesjidku dulu, ada semacam tradisi membagikan kue untuk anak-anak yang bertarawih dan itu dilakukan setiap hari. Aku tidak tahu apakah itu memang disediakan oleh mesjid atau berasal dari sumbangan. Karena mesjid itu berada di sekitar kota yang bahkan gerbangnyapun langsung berada di mulut daerah niaga yang sibuk, jalan kolopaking, jadinya bisa saja banyak dermawan yang menyumbang sekedar panganan berbuka.

Ramadhan First
by hans-acehdigest

Ramadan in my day the night before did not introduce me to a thousand months, so I enjoy the fast with bertarawih just like other children. I enjoy playing the fast with, because I think it's the only way to create a festive Ramadan, and tarawih be a pleasure.

When I air-ria and visit mosques ramadan I actually enjoy it by buying a sweet salad alongside mosques. To the right of the mosque there was an old lady who sells fruit salad taste that can not be forgotten. fruits were cut into the rock above the mortar, then add beans, chilies and seasonings typical dough, which did not make the salad was soggy but it was remarkable. The food that actually makes me miss the Ramadan. Usually I buy it before you start tarawih prayers.

One more thing that makes Ramadan filled with joy because mesjidku first, there is a tradition of distributing cakes for children bertarawih and it's done every day. I do not know if it was provided by mosques or endowments. Since the mosque was located in the vicinity of an even gerbangnyapun directly at the mouth of a busy commercial area, Kolopaking way, it would be just a lot of donors who helped break just snacks.


Menu Berbuka; Iftar Menu

Aneh aku tak ingat bagaimana menikmati berbuka ramadhan di rumah dengan ibuku. Barangkali ketika itu aku memang belum berpuasa penuh. Sehari berpuasa dihari yang lain hanya setengah hari bahkan tak berpuasa sama sekali.

Tapi ibuku selalu membangunkanku sahur, dan membiarkan aku menikmati puasaku sampai aku benar-benar tak kuat dan kemudian membiarkan aku menikmati makan siang atau bahkan makan sore jika aku hanya berpuasa tak penuh.

Waktu yang paling menggembirakan adalah ketika menunggu berbuka, menunggu meriam di tembakkan dari Kauman, mesjid tua di selatan rumah. Ketika suaranya berdentum keras dan asap gelap membumbung dan sebelum asap benar-benar hilang ditelan angin kami akan berlarian masuk kedalam rumah untuk berbuka. Tapi aku sama sekali tak ingat apa menu yang menjadi favorit dan biasanya ibuku sediakan. Apakah kami langsung berbuka dengan makan nasi, atau menikmati bubur atau kue untuk pembuka.

Karena di rumahku dulu tak ada tradisi menjual penganan atau kue, atau aku yang tak ingat. Namun seingatku memang tak ada yang khusus menjual kue basah untuk berbuka. Aku biasanya diajak tanteku ke toko Gombong di pusat kota, membeli kue tape favoritku sebagai sogokan karena aku telah berpuasa penuh.

Iftar Menu
hans-acehdigest

Strange I do not remember how to enjoy Ramadan Iftar at home with my mother. Maybe when I was not yet a full fast. Another day of fasting on the day only half a day of fasting was not even at all.

But my mom always woke dawn, and let me enjoy puasaku until I really can not afford and then let me enjoy lunch or afternoon meal even if I'm just not fast full.

The most exciting time is when the wait break, waiting cannon fired from Kauman, an old mosque in the south of the house. When his voice boomed loud and dark smoke rising and before the smoke actually lost in the wind we would run into the house for a break. But I really do not remember what the menu is a favorite and my mom usually provide. Do we immediately break by eating rice, or enjoy porridge or cakes for appetizers.

Because in my first no tradition of selling confectionery or cake, or I do not remember. But as I recall there was no special selling cakes to break. I usually asked my aunt to Gombong shop in downtown, buy a tape favorite cookies as a bribe because I had a full fasting.



Selasa, 10 Juli 2012

Belimbing Untuk Ibu; Starfruit for Mom

Pohon belimbing berbuah ranum di depan sekolah selalu menarik perhatianku, aku sebenarnya tak tertarik seratus persen dengan buah belimbing itu. Tapi aku teringat di rumahku tak punya pohon buah bersegi itu, dan aku pikir ibuku mungkin akan sangat gembira jika aku bisa membawa belimbing untuknya. Jadi di hari keberuntunganku aku diajak kerumahnya dan dibolehkan mengambil berapapun yang aku mau.

Luar biasa, bisa jadi karena niat baikku untuk ibuku aku dapat kesempatan langka itu, maka aku dengan cepat memanjat setiap dahan dan memilih buah terbaik dan masak. Hampir satu jam barangkali aku memanjat dari satu pohon ke pohon lain, karena di bagian belakang rumah temanku itu juga ada batang belimbing lainnya. Ibunya temanku bahkan bilang kalau aku boleh mengambilnya lain waktu, karena dilihatnya aku begitu bersemangat dan gembira.

Akhirnya aku kewalahan, ketika itu kantong plastik belanjaan belum begitu populer jadi masih susah mendapatkannya, maka tak ada jalan lain aku memasukkan sebagian belimbing itu kedalam tas dan sisanya aku masukan ke kantong baju dan celana. Bahkan Aku kemudian mengeluarkan bajuku dan mengikatnya dengan simpul dibagian bawah dan kemudian aku memasukkan semua buah yang tersisa ke dalam bajuku. Aku tak ingat bahwa getah belimbing bisa membuat baju putihku bergetah.

Aku atak ingat apa-apa, dengan kegembiraan meluap aku berlari pulang dengan badan menggelembung karena dipenuhi buah belimbing dan setiap kali bertemu teman aku memamerkan keberuntunganku dengan banyaknya belimbing yang kudapat. Aku juga tak ingat apakah ibuku marah karena melihat kecerobohanku memasukkan belimbing ke baju seragamku atau membiarkannya karena toh bisa dicuci dengan pemutih, dan ibuku bergembira karena mendapatkan belimbing yang tidak cuma banyak tapi juga belimbing pilihan.

Belimbing muda yang berjatuhan juga aku ambil, sayang kupikir karena ketika merontokkan buah besar aku juga ikut menjatuhkan belimbing muda, jadi kupikir tak ada salahnya juga kubawa.

Saat itu aku merasakan kegembiraan semua orang, karena kali ini akulah yang membawa kegembiraan ke rumah jadi pastilah aku menjadi orang paling berbahagia ketika itu. Sayangnya aku lupa nama temanku itu, mungkin di kali lain aku ingin bertemu lagi dengannya, tapi entah kapan!.

Starfruit for Mom
by hans-acehdigest

Star fruit tree ripe fruit in front of the school has always interested me, I'm actually not interested in one hundred percent with that of star fruit. But I remember in my house do not have a multifaceted fruit trees, and I think my mother will probably be very happy if I could bring her star fruit. So I invited my lucky day to his house and was allowed to take whatever I want.

Extraordinary, it could be because my good intentions for my mother I can be a rare opportunity, so I quickly climbed every limb and pick the best fruit and ripe. I probably almost an hour to climb from one tree to another, because in the back of my friend's house there are also other stem star fruit. His mother even told my friend if I may take it another time, because she saw that I was so excited and happy.

Finally I was overwhelmed, when it was plastic bags of groceries has not been so popular so it is still hard to get it, then there is no other way that I put some star fruit into the bag and the rest I input into the pockets of shirts and pants. In fact, I then remove my shirt and tie with a knot at the bottom and then I put all the remaining fruit into my shirt. I do not remember that the leatherback could sap to make my white clothes.

I do not remember anything, overflowing with joy I ran home with a bulging body as filled with star fruit and meet friends every time I show off my good fortune that I got with the number of star fruit. I do not remember whether my mother angry to see the leatherback my carelessness put my uniform shirt or leave it because I would not be washed with bleach, and she rejoiced that a leatherback is not just a lot of choices but also starfruit.

Young starfruit falling too I take it, unfortunately I think because when I was knocked out of the fruit also dropped the young star fruit, so I figured it could not hurt to also take.

At that moment I felt the joy of all people, because this time I'm the one who brings joy to the house so I must be the happiest person at the time. Unfortunately I forgot the name of my friend, maybe at other times I wanted to see him again, but who knows when!

Senin, 09 Juli 2012

Lotere; Lottery

Di bawah pohon asam besar di depan SD Wiroyudan menjadi tempat mangkal para penjaja jalanan. Begitu bel bunyi maka berhamburan semua anak dari kelas, persis seperti semut berebutan lari dari sarang. Dan semuanya berlari ke bawah pohon asam tadi.

Dari semua penjaja yang selalu menarik perhatianku adalah, penjual makanan tapi tak pernah menjualnya makanannya secara langsung, kita harus melakukan trik menarik satu benda yang diinginkan dengan sebelumnya membayarnya. Jika benda yang diminta itu benar maka kita boleh memilih jenis makanan apa saja yang tersedia yang boleh diambil. Permainan ini seperti lotere sederhana, berhadiah makanan dan jika gagal berarti kita pulang dengan tangan kosong dan hilangnya jatah 1 rupiah kita.

Aku memang menyukai petualangan dan tantangan, bahkan seringkali aku berjalan di hamparan sawah seolah sedang melakukan sebuah ekspedisi berbahaya, melintasi hutan belukar dengan membawa sepotong kayu yang aku pakai untuk menyibak semak dan menakuti ular yang kadang-kadang juga berpapasan dan melintas di pematang, jika ular tak mengalah maka satu-satunya cara menggunakan kayu tadi untuk mengusirnya. Dan dengan kesal biasanya ular akan berlari  ke dalam air di persawahan, tapi jika ularnya besar maka kamilah yang harus berlarian menghindarinya hingga harus berjatuhan di sawah dan pulang dengan baju dan basah dipenuhi lumpur sawah.

Dengan sedikit bakat petualang itu, aku mencoba peruntungan. Aku mencoba pertama kalinya dan diharuskan mengambil sebuah kelereng berwarna hitam diantara kelereng merah yang diletakkan dalam sebuah kantung kusam dengan tali di atasnya, yang setiap kali selesai di pakai, disimpan dengan mengikatnya agar kumpulan kelereng itu tak tumpah. Menakjubkan dengan sekali lihat dan secepat kilat aku mengambilnya dari dalam kantong yang dengan cepat juga dikatupkan, begitu aku bilang sudah dapat!, dibukanya katup kantung dan di tanganku telah terpegang sebuah kelereng hitam. Aku dan beberapa teman bersorak, dan hadiah pertamaku adalah permen seperti mentos, panjang dengan beberapa deret permen di dalamnya yang aku bagikan dengan senang hati ke beberapa teman yang menyaksikan kemenangan pertamaku itu.

Dan selanjutnya aku menjadi ketagihan, aku selalu berusaha ingin mengulang permainan itu, dan ajaibnya setiap kali main, aku selalu bisa melakukannya dengan baik. Bahkan aku kadang-kadang bermain trik, menjadi perantara bagi teman yang ingin membeli lotere dan mengharapkan keberuntungan dari kecepatan tanganku. Aku tentu saja berusaha menjadi perantara yang baik, karena hanya sekedar berusaha menarik kelereng hitam dan boleh memilih jenis makanan apa saja yang tersedia di atas etalase gerobak dan mendapat dua keuntungan bisa main lotere dan dapat setengah bagian dari hadiah, semuanya gratis!. Makin hari makin banyak teman yang menggunakan jasaku, dan yang paling kesal dari semuanya pastilah si penjual lotere yang setiap kali melihat wajahku merasa tak nyaman. Dan pada akhirnya melarangku untuk membelinya lagi, sudah yang lain saja katanya setiap kali aku mendekati gerobaknya, meskipun kemudian aku juga sadar diri tak mau merugikannya terus menerus. Maka aku tak lagi tertarik untuk mencoba tantangan yang tak lagi menantang itu. Aku sudah menaklukkanya, jadi buat apa aku mencobanya lagi!.

Lottery
by hans-acehdigest

Under the big tamarind tree in front of the SD Wiroyudan become a hangout street vendors. Once the buzzer sounds then flew all the children of the class, just like ants scrambling away from the nest. And it all ran down the tamarind tree earlier.

Of all the vendors that always strikes me is, food vendors selling food but never directly, we should do the trick attract a desired object with the previous pay. If the requested object is true then we can choose what kinds of foods are available that can be taken. This game is such a simple lottery, with prizes of food and if that fails then we go home empty handed and the loss of allotments 1 rupiah us.

I do like the adventure and challenge, and even when I walk in the paddy field as if he were doing a dangerous expedition, through the woods with a piece of wood that I use to uncover the bushes and scare the snake which sometimes ran into and crossed the ridge, if the snake do not budge then the only way to use wood had to throw him out. And to upset the snake will usually run into the water in the paddies, but if the snake is big then we who should be running to avoid falling in the fields and came home with wet clothes and mud fields.

With a few adventurers talent, I try my luck. I tried the first time and ordered to take a black marble placed between red marbles in a bag worn with the strap on it, that every time you finish in life, saved by binding to a collection of marbles had not spilled. Amazing to see and lightning-fast once I took it from the bag as fast clenched, so I can tell already!, The opening of the valve pockets have been held in check in my hand and a black marble. Me and some friends cheering, and first prize is candy such as Mentos, a long with several rows of candy in it that I am happy to share with some friends who witnessed the first victory.

And then I became addicted, I'm always trying to repeat the game, and miraculously every time around, I could always do well. I even sometimes play tricks, to intercede for a friend who wanted to buy a lottery and hope to get lucky from my hand speed. I of course tried to be a good intermediary, because just trying to attract black marbles and can choose what type of food available in the window of the wagon and got two advantages to playing the lottery and can be half of the prize, all for free!. Increasingly many friends who use my services, and the most upset of all the lottery must be the seller every time I see my face feel uncomfortable. And in the end told me not to buy it again, it was something else he said every time I approached the wagon, though later I realized myself not adverse continuously. So I'm no longer interested in trying the challenge that is no longer challenging. I've conquer the game, so why should I try it again!.


Saudara Jauh; Distant Relatives

Ibuku bilang mengunjungi kerabat bagian dari silaturrahmi!. Aku tak tahu apa-apa jadi aku mengiyakan saja. Di tahun berapa aku tak begitu yakin bisa mengingat, ketika itu aku masih tinggal di Gandrungmangu, aku memulai sebuah perjalanan panjang menuju rumah saudara jauh, mungkin di Lampung? entahlah.

Dengan menaiki dokar yang harus dipanggil dari stasiun, biasanya ada orang suruhan nenek, orangnya hitam agak pendek tapi cekatan luar biasa. Begitu nenek memberikan perintah secapat kilat dia berlari ke sepeda kumbangnya dan setengah mengebut melarikan sepeda ke stasiun. Dan tak lama kemudian kembali lagi dengan diikuti dokar dan langsung berhenti persis di halaman rumah, di depan pematang yang dibuat dari potongan batang kelapa. Depan rumah itu terdiri dari pagar dari pepohonan hijau, dengan parit panjang tapi jarang terisi air kecuali di musim hujan atau ketika irigasi sawah dibuka dan airnya mengalir kepenjuru kampung.

Begitu dokar sampai aku langsung melompat ke kedalam, aku memang terkenal gesit, mungkin sedikit nakal untuk anak seukuran usiaku. Aku tak pernah takut dengan apapun kecuali hantu, bahkan pepohonan tinggi tak menyurutkan niatku untuk memanjatnya dan bergelantungan seperti simpanse. Terutama di pohon karsen atau cheery di depan rumah. Nenek cuma bisa menggelengkan kepala melihat tingkahku.

Sejak kecil aku terbiasa naik dokar atau sepeda, jadi aku tak begitu menyukai kendaraan bermesin, seringkali aku pusing dibuatnya dan kemudian mabuk darat. Dan kunjungan kerumah saudara jauh kali ini mengharuskan aku naik kendaraan bermesin, aku sebenarnya menolak ikut tapi dengan siapa tinggal dirumah karena nenek juga ikut malah jadi ketua rombongan.

Dimulai dari depan stasiun, kami mencari minibus, dengan beberapa kursi beratap rendah, panas dan hiasan kain rumbai-rumbai di sekeliling jendela malah membuatku tambah lemas dan pusing, karena menurutku bukannya menambah indah, malah membuat pengab dan mobil jadi aneh, terutama dengan bau dan warna kursi yang tidak lagi karuan, biru, hitam atau abu-abu. Mungkin sudah ribuan orang memakainya dan pemiliknya tak sempat membersihkan dan mengganti jok dengan kain lain. Peduli apa mereka toh mereka juga tak pernah duduk di kursi itu kecuali penumpang. Belum apa-apa aku sudah mulai uring-uringan, selain diam membisu aku tak punya pilihan lain. Karena begitu buka mulut bisa-bisa langsung mual dan muntah.

Aku duduk dengan nenek di dekat jendela, nenek sudah mempersiapkan plastik beberapa buah untuk menjaga kemungkinan aku muntah. Dan anehnya setiap kali melakukan perjalanan jauh, seperti ritual, nenek tak pernah ketinggalan membawa nasi timbel, kering tempe dan tak lupa telur ayam rebus. Aku paling benci dengan yang terakhir itu, terutama ketika di buka kulitnya akan mengeluarkan aroma yang menurutku tidak berbau makanan tapi justru, maaf berbau kentut. Dan di dalam mobil yang panas, pengab dan bercampur dengan bau solar atau bensin ditambah telur rebus membuatku seperti di neraka.

Nenek tak pernah peduli dengan hal itu, malah selalu menawarkan telur rebus setiap masuk jam makan atau aku terbangun dari tidur lelap dalam perjalanan. Aku bahkan kadang-kadang marah, karena kesal dengan baunya. Aku bilang tak boleh ada yang makan telur di mobil!, terserah di luar. Tapi aku tak menolak jika disuguhi nasi timbel dengan kering tempe, karena bau daunnya membuat nasi tidak cuma pulen tapi juga lezat. Apalagi padi diambil dari sawah sendiri, tanpa pestisida, mungkin sekarang dikenal dengan padi organik. Masa tanamnya lebih lama tapi hasilnya luar biasa sehat.

Perjalanan panjang itu memakan waktu berjam-jam, jangan tanyakan kemana arahnya karena aku tak tahu sama sekali, cuma ketika mendekati tujuan, aku lihat hamparan jalannya terdiri dari butiran pasir lembut tanpa rumput sedikitpun bahkan cenderung gersang. Di sebuah rumah sederhana yang didepannya ada mesjid kami berhenti, kata nenek itulah rumah saudara kami.

Rumahnya itu di Lampung kalau tak salah, beberapa anak-anak kecil lain berlarian tak peduli pusing, sementara aku masih tak kuat untuk berjalan karena rasa kantuk akibat pusing berat masih terasa di kepala. Aku disodori teh panas, katanya untuk menyegarkan kepala, tapi tidak bisa membuang angin di perut yang masih terasa mual tak karuan. Anak-anak berlarian, mereka bilang di belakang rumah ada hamparan laut!. Aku penasaran tapi tetap tak bisa banyak bergerak, aku pikir aku ingin melihat laut, karena dalam hidupku aku jarang melihat laut. Karena sebenarnya aku anak yang tinggal di pinggiran kota, tak jauh dari jalan kota utama, mungkin sekitar 1 kilo meter. Makanya aku tak pernah melihat laut, paling-paling juga sungai atau sawah yang luas membentang di belakang pertokoan di belakang rumah.

Kami malam itu tak ingat apakah menginap atau tidak, tapi kami memang beristirahat cukup lama di rumah itu. Aku tak ingat juga apakah kemudian sempat melihat laut atau tidak, karena sebenarnya daya tarik kunjungan itu adalah lautnya. Karena keseharian kami adalah melihat ladang, sawah dan hutan kecil di perkampungan yang ketika itu memang layaknya hutan kecil. Jalanan yang rapi dan lebar  dengan pagar bambu dan pagar tanaman hidup menghiasi seluruh kampung dengan jalanan tanah. Listrik bahkan tak masuk ke kampung itu untuk waktu yang sangat lama. Ini aneh juga buatku kemudian karena aku sadari sebenarnya kampung itu tak jauh dari stasiun kereta api yang punya penerangan lumayan dari listrik tapi tak pernah bisa mengirimkan arusnya hingga ke kampung yang cuma berjarak 1 blok.

Kisah perjalanan panjang itu adalah kisahku pertama, jika boleh memilih aku lebih senang memilih kereta api, karena kita masih bisa memilih, bisa duduk di gerbong dengan membuka jendela, duduk di sambungan kereta api yang langsung bisa menghirup segarnya udara luar sambil melihat pepohonan dan tiang listrik yang seperti berlarian dan berkejaran tak pernah lelah dan berhenti. Padahal kereta apilah yang berlari kencang dan meninggalkan setiap tiang di tempatnya.

Tapi sayangnya rumah saudara jauh kami itu tak tersambung dengan jalur kereta api sehingga mau tak mau harus memilih jalur darat dengan minibus yang sangat menjengkelkan. Hingga sekarangpun aku tak suka perjalanan dengan mobil, kecuali aku yang membawanya sendiri, dengan mobil sendiri juga.

Aku menyimpan kenangan perjalanan itu sebagai kisah masa kecilku ketika masih tinggal dengan nenek jauh dari dua orang adikku yang tinggal di kota lain dengan nenek dari pihak ibu. Itu juga yang membuat kami, maksudku aku dan nenek menjadi begitu dekat, bahkan hingga besar dan terakhir kali bersama beliau di tahun 1980-an.

To Visit Distant Relatives
by hans-acehdigest

My mother told me to visit the relatives of silaturrahmi!. I do not know anything so I said yes. In what year I'm not so sure I can remember, when I was living in Gandrungmangu, I started a long journey to distant relative's house, probably in Lampung? I do not know.

With a gig that had to be called up from the station, there is usually a messenger grandmother, a black person rather short but remarkable nimble. So grandma gave express orders secapat he ran into a bike race beetle and a half to run the bike to the station. And soon returned with the gig followed and stopped right in the yard, in front of the embankment is made of pieces of palm trunks. Front of the house consists of a fence of green trees, with a long trench filled with water but rarely except in the rainy season or when the open fields and irrigation water is flowing circumnavigating the village.

Once the gig until I jumped on the inside, I was well-known agile, maybe a little naughty for the size of a child my age. I was never afraid of anything except the ghost, even tall trees is not my intention to discourage climbing and swinging like a chimpanzee. Especially in karsen or cheery tree in front of the house. Grandma could only shake his head to see my whimsy.

Since childhood I used to ride carts or bicycles, so I'm not so fond of motorized vehicles, often made me dizzy and then carsick. And home visits distant relatives this time require me to ride motorized vehicles, I actually refused to participate but who were living at home because my grandmother also actually be the group leader.

Starting from the front of the station, we are looking for minibuses, low-roofed with a few chairs, hot and decorative fabric tassels around the window actually made me weak and dizzy, because I think instead of adding beautiful, and even make stuffy car so weird, especially with the smell and color of the chair is no longer known, blue, black or gray. May have thousands of people use it and the owner did not have time to clean and replace the seat with another cloth. Matter what they are yet they also never sat in that seat unless the passenger. Already I'm getting grumpy, silent except I had no other choice. Because it is so open-mouth can be directly nausea and vomiting.

I sat with my grandmother near the window, my grandmother had prepared a few pieces of plastic to keep the chance of my vomiting. And oddly enough each time to travel long distances, such as ritual, grandma never missed bringing timbel, dry tempeh and do not forget the hard-boiled chicken eggs. I hate with the latter, especially when in the open skin will release the scent which I think does not smell food, but instead, sorry smelly fart. And in a hot car, stuffy and mixed with the smell of diesel or petrol plus a hard-boiled eggs made me like hell.

Grandma was never concerned with it, even hard-boiled eggs are always offering to come at every meal or I woke up from deep sleep on the way. I sometimes even anger, disgust with the smell. I say there should not eat eggs at cars!, It's up to the outside. But I could not resist when presented with dry rice with tempe lead, because the smell of its leaves make fluffier rice is not only delicious but also. Moreover, rice is taken from the field itself, without pesticides, may now be known as organic rice. Cropping period longer but the results are astounding sound.

The long journey that took many hours, do not ask where because I do not know him at all, just as they neared the goal, I see a stretch of the course consists of grains of soft sand with no grass at all tends to even arid. In a modest house that we stopped in front of any mosque, said her grandmother's house we.

Her home was in Lampung I think, some other little kids running around no matter dizziness, while I still can not afford to walk because of severe dizziness drowsiness effect still felt in the head. I was presented with hot tea, he said to refresh the head, but could not get rid of wind in the stomach still feels queasy abysmally. Children running around, they say behind the house there is a stretch of the sea!. I was curious, but still could not move much, I think I want to see the sea, because in my life I rarely see the sea. Because I'm a child living in the suburbs, not far from the main city street, perhaps About a 1 kilo meter. So I've never seen the sea, at most, a river or broad fields stretching behind the shops at the back of the house.

We can not remember the night whether to stay or not, but we had rested long enough in the house. I do not remember well what then could see the sea or not, because the real attraction is the sea trip. Because of our daily life is to see the fields, rice fields and small woods in the township that when it was like a small forest. The streets are clean and wide with bamboo fences and hedges around the village life adorn the dirt road. Electricity did not even get into the village for a very long time. It was strange to me then that I realized the actual village not far from the railway station rather than have electric lighting, but was never able to send the current down to the village only one block away.

The long journey that is my story first, if allowed to choose I prefer to choose the train, because we can still choose, can sit in the car with the windows open, sitting on a direct rail connection to breathe the fresh air outside, looking at trees and power lines like running around and chasing each other was never tired and quit. Though trains are running hard and the trains leave each pole in place.

Distant relative's house but unfortunately we were not connected with the railway line that inevitably have to choose a landline with a minibus which is very annoying. Until now I do not like traveling by car, unless I bring it yourself, with your own car as well.

I have memories of the trip as the story of my childhood when my grandmother was still living with my brothers away from two people who lived in another town with the maternal grandmother. That's also what makes us, I mean me and my grandmother became very close, even to the great and last time with her in the 1980's

Es Serut atau Dogger?

Aneh aku tak ingat sama sekali bagaimana bentuk es ini entah sekedar es serut atau es dogger atau es krim yang diolah kasar?. Padahal aku bukan cuma tergila-gila tapi juga melakukan hal gila untuk bisa meminumnya lebih dari sekali!. Di jual dengan gerobak pikul, dengan deretan pikul di kanan-kirinya digunakan untuk menyangkutkan gelas jadi kita sebagai pembeli dengan mudah dapat mengambil gelas dan menyodorkannya ke penjualnya untuk mendapat layanan pertama.

Karena kalau menunggu penjualnya yang mengambilnya itu berarti kita harus antri betul, padahal peraturan tak tertulis adalah, siapa yang memegang gelas dahulu dan dengan cepat menyodorkannya kepada penjual berarti dialah yang harus dilayani duluan. Akibatnya, perselisihan dan persaingan berebut posisi menjadi pemandangan yang seru juga menjengkelkan, belum lagi diwarnai pertengkaran dan perkelahian. tapi begitulah anak-anak memainkan masanya, sepertinya semuanya serba boleh. Padahal untuk pembelajaran antri lebih baik, tapi siapa mau antri jika yang datang duluan diserobot oleh yang datang belakangan. Jadi model berebut gelas menjadi satu pilihan dan kisah tersendiri.

Di dalam blunder inilah seringkali kecurangan juga bermain, aku pernah mencobanya. Sebenarnya kejadian persisnya tak pernah aku rencanakan, karena aku termasuk jenis anak baik, begitu menurut pendapat teman-temanku, jadi "peristiwa aneh" ini tak pernah masuk dalam rencana jahatku sekalipun.

Ketika rebutan gelas tengah berlangsung dan penjual disibukkan dengan mengisi gelas dengan es serut manis, aku juga menyodorkan gelasku, aku menyodorkan asal tanpa maksud apapun tapi kebetulan terisi dengan cepat karena diantara kerumunan tangan mungkin aku mendorong gelasku agak maju ke depan dan menyebabkan terkesan aku anak paling duluan menyorongkan gelas jadi dengan cepat diisi, dan setelahnya, inilah saat yang tak kulupakan itu tiba-tiba, si penjual juga menyodorkan aku kembalian 4 rupiah, padahal aku cuma membayarnya dengan satu rupiah persis seharga 1 gelas kecil es serut tadi. Maka tanpa aku komentari aku langsung menarik dan mengiyakan saja kalau aku memang membayar dengan keping 5 rupiahan dan 4 rupiah itu adalah jatah kembalian uangku.

Nah disitulah aku mulai menyadari bahwa ternyata jahat itu bisa "diciptakan" oleh keadaaan atau ketidaksengajaan. Berikutnya aku memainkan trik aneh itu setiap kali aku tak punya pilihan lain, uang tak ada sementara rasa haus tak tertahankan. Aha, anehnya aku selalu berhasil setiap kali menggunakan trik memanfaatkan blunder rebutan gelas, tapi aku akui aku cuma melakukan beberapa kali dalam kondisi terdesak, selain itu aku tak berani khusus untuk iseng atau tak butuh benar es serut itu. Begitulah aku rupanya pernah memainkan trik berbahaya dan jahat, tapi aku berusaha untuk memaafkan diriku sendiri dengan tak pernah melakukannya lagi karena aku sadari kemudian penjual es serut pastilah sudah bekerja keras untuk menjualnya dan aku dengan jahat 'mempermainkannya'.

Shaved ice or Dogger?
by hans-acehdigest

Strange I can not remember at all how this form of either ice or ice just shaved ice or ice cream dogger treated rough?. Though I'm not only crazy but also do something crazy to be drinking more than once!. Sold with carts bear, bear with rows on either side are used for glass to associate as a buyer so we can easily pick up a glass and handed it to the dealer to get service first.

Because if you wait for the seller to take it that means we have to queue very well, but the unwritten rule is, who's holding the glass first and quickly handed it to the seller means he who should be served first. As a result, disputes and competition jockeyed for position to be an exciting scene is also annoying, not to mention the quarrels and fights marred. but that's how the kids play time, it seems everything is allowed. Yet for better line learning, but who would come first in line if that came appropriated by the latter. So the scramble model of glass into an option and its own story.

In the blunders often fraud is also playing, I never tried it. Actually, the exact events I never want to, because I'm including the kind of good kids, so in the opinion of my friends, so "unusual event" was never included in the malicious intent though.

When the fight was in progress and sellers glasses preoccupied with filling a glass with shaved ice sweetened, I also held out my glass, I thrust home without any intention but it happened quickly filled with hand among the crowd because maybe I pushed my glass slightly forward and cause the child impressed me the most first pushed the glass to be filled quickly, and after that, it's time to forget that not all of a sudden, the seller also offered me return four rupiahs, and I just paid him one rupiah just for a small glass of shaved ice earlier. So I went without my commentary interesting and just said yes if I was paying with a chip 5 rupiah and 4 rupiah return my money it is allotted.

Well that's where I began to realize that in fact it could mean "created" by the circumstances or inadvertence. Next I played a strange trick that every time I had no other choice, there's no money while the thirst is unbearable. Aha, strangely I always managed to trick each time using a bone of contention glass using a blunder, but I admit I just did a few times in a desperate condition, other than that I dared not for fun or shaved ice really did not need it. Apparently that's how I've played a dangerous and wicked trick, but I'm trying to forgive myself to never do it again because I realized then shaved ice vendor must have worked hard to sell and I mean 'a trick'


Es Goyang, shake ice

Begitulah kami menyebutnya, penjual berusaha menggoyangkan gerobaknya untuk membuat es krim batangannya membeku. terus terang aku penasaran, bagaimana bisa begitu. Setiap kali aku membeli aku berusaha memperhatikan dengan sungguh-sungguh seperti apa persisnya.

Dari pinggiran gerobak aku cuma bisa melihat ada deretan cetakan es terbuat dari alumunium keperakan, dengan lubang sejajar berbentuk es krim batangan, mungkin jumlahnya ada lima puluh bahkan lebih dalam satu cetakan.

Penjual dengan cekatan akan mengisi setiap lubang es beserta stik kayu disetiap lubang dan kemudian menggoyangkannya, dan ajaib cairan itu lama kelamaan akan membeku dan kemudian kami berebut untuk mendapatkan per batangnya. Ketika itu harganya tak lebih dari 1 rupiah. Mungkin seribu dibandingkan dengan harga hari ini.

Lama aku tak melihatnya lagi, menurutku mesin itu mesin ajaib dan menakjubkan, bagaimana bisa proses yang rumit menjadi begitu mudah, tanpa mesin pendingin? tanpa kulkas?. Karena aku cuma melihat cetakan es dan campuran bahan terdiri dari  sitrun atau santan dan tambahan rasa yang biasanya nagka, atau durian atau juga buah alpukat yang bisa membuat berbeda warna tergantung pilihan bahan tambahan tadi, termasuk juga rasanya yang pasti beda. Di sekeliling cetakan es, terdapat air memenuhi seluruh bagian cetakan, apakah mungkin di bagian bawah ada es balok yang dicampur garam pekat, yang sejak lama aku tahu bisa membuat es lebih dan tetap dingin untuk waktu yang lebih lama dari biasanya.

Selain es lilin, es yang dimasukkan ke dalam plastik kecil dan panjang berukuran 20 sentimeter dan dicampur dengan limun atau kacang hijau, es goyang adalah es favorit kami ketika kecil di SD 14 Wiroyudan, sebenarnya ada satu jenis lagi mungkin aku ceritakan lain kali. Karena yang mau aku ceritakan bukan cuma soal es, tapi bagaimana meminumnya berulang kali dengan cukup membayarnya dengan 1 rupiah!.

Shake Ice
by hans-acehdigest

That's how we call it, the salesman tried to wiggle his cart to make ice cream freeze batangannya. frankly I'm curious, how could so. Every time I buy I try to pay attention to really like what exactly.

From the edge of the cart, I can only see a row of ice molds are made of silver aluminum, with a parallel hole-shaped ice cream bars, perhaps fifty in number even more in a single mold.

The seller will deftly fill every hole with a stick of timber of ice in every hole and then swing it, and it magically fluid over time will freeze and then we scramble to get a trunk. When that price is not more than 1 rupiah. Maybe a thousand compared with today's prices.

I long to see it again, I think the machine was magical and wonderful machine, how can the complicated process becomes so easy, with no refrigeration? without a refrigerator?. Because I just saw the ice mold and consists of a mixture of coconut milk and lemon or additional flavors are usually nagka, or durian or avocado can also create different colors depending on the choice of additional ingredients before, as well as the taste is definitely different. Mold around the ice, there is water to meet all parts of the mold, is it possible there is ice at the bottom of the mixed beam of concentrated salts, which for a long time I knew I could make more and keep ice cold for a longer time than usual.

In addition to Popsicles, ice is put into a small plastic and measuring 20 centimeters long and mixed with lemonade or green beans, ice is ice shake our favorites as a child in elementary school 14 Wiroyudan, actually there is one kind of another way I tell you another time. Because that would tell me not just about the ice, but how many times the drink simply pay the one rupiah!


Jumat, 22 Juni 2012

Rumah Kutawinangun; The Rabbit House

Rumah yang banyak menyimpan romantika itu berada di kampung di pinggiran kota. Persisnya di jalan menuju kota bukan persis di kotanya, mungkin di tengah atau beberapa meter menuju kota entahlah aku tak ingat persis. Karena jalanan aspal licin itu merupakan jalur utama menuju kota Gombong atau kebumen atau juga Semarang. Aku seringkali tersesat setiap kali mengingat simpang itu, karena di penuhi dengan rimbunan pepohonan yang hampir serupa di beberapa tempat.

Seringkali begitu para pengantarku turun, barulah aku menyadari bahwa itulah simpang Kutawinangun itu. Beberapa kali aku mencoba mengingat bentuk dan suasananya tetapi tetap saja aku gagal dan kehilangan orientasi setiap kali aku hendak berkunjung kesana.

Bahkan beberapa kali kesana, jembatan di renovasi sehingga membuat aku makin sulit memastikan tempatnya dan tetap kehilangan orientasi setiap kali mencoba mengingat dengan sekuat apapun  caranya. Hal ini kemudian aku sadari sebagai salah satu kelemahan aku dalam mengingat tempat.

Dari jembatan di tikungan jalan yang berbatas dengan sungai kecil ada jalan menurun  menuju areal persawahan yang panjang dengan pinggiran sungai kecil tepatnya irigasi  dengan jalan berbatu dan berdebu.

Itulah makanya jika aku menyebut dekat kota dan desa bisa jadi benar bisa juga salah. Karena kontras sekali kondisi jalanan aspal licin dan begitu menurun sedikit langsung berubah jadi jalanan kampung berdebu dan jelek, dengan deretan rumah sederhana namun memadai, rumahnya hampir semuanya mirip rumah joglo seperti rumah joglo dalam sinetron Saur Sepuh, dengan deretan halaman rumah yang seragam terbuat dari pepohonan hijau.

Sebagian besar rumah terbuat dari  setengah papan dan setengah beton ringan dengan jendela kaca bertingkap dan berjeruji kayu menjadi ciri khasnya yang cukup banyak di beberapa tempat.

Beberapa rumah dilengkapi dengan kolam dan hampir sebagian pemiliknya berprofesi sebagai petani dan pemelihara ikan air tawar seperni nila yang bisa berukuran besar dan bahkan memanennya dengan cara yang unik dan tak biasa (nanti akan aku ceritakan sendiri di bagian lain cerita).

Begitu mulai menbayangkan Kutawinangun dan rumah bibi, aku langsung terkesan dapurnya. Aku masih bisa mengingat dengan sedikit jelas yang tak pernah lekang dari ingatanku. Sisi kiri rumahnya memiliki pintu yang terhubung langsung ke dapur, dengan lorong kecil yang kemudian langsung masuk kesebuah  ruang sedikit luas dengan bagian kanannya bisa langsung keluar ke kebun ubi di sisi kanan. Sementara di bagian depan dapur adalah sebuah kamar dengan penutup kain  yang biasanya aku gunakan untuk sembahyang. Ruangan berukuran 3 kali 4 dengan sebuah jendela yang langsung terhubung ke bagian kanan rumah dengan jendela berjeruji kayu dan penutup kain berwarna gelap yang selalu tersibak setiap kali angin sedikit keras bertiup menerpa masuk, menjadi satu-satunya udara segar yang membuat ruangan menjadi sedikit sejuk.

Sedangkan sampingnya aku tak ingat tapi bagian itu menjadi batas tengah ruang yang langsung terhubung ke ruang tamu super luas di rumah itu dengan dua bagian ruang tamu berisi beberapa sofa sederhana dari bambu.

Satu bagian di kiri dan satunya lagi diseberangnya. Tapi bagian yang kananlah yang paling sering kami pakai untuk tempat berkumpul dan bercanda.

Tentang dapur itu, aku bisa ceritakan kalau seluruh hamparan dapur itu lantainya terdiri dari tanah liat utuh yang mengeras karena sering diinjak, sehingga membuatnya licin permanen seperti bagian keramik alami. Aku tak ingat apakah aku harus mengenakan sandal setiap kali melewatinya karena lantainya berbeda dengan lantai ruang tamunya. Tapi seingatku setiap kali aku shalat aku tak bisa menggunakan lantainya aku harus naik ke atas tempat tidur yang aku gunakan sebagai tempat shalatku.

Dan uniknya diantara ruang yang besar hanya ada sebuah meja persegi panjang berwarna coklat kayu tanpa cat, dengan beberapa laci di kanan kirinya, dengan beberapa kursi seperti kursi di sekolahan, bersandaran bilah kayu tanpa sandaran tangan.

Dan dari sekian banyak permukaan tanah liat yang halus itu, di bagian bawah terdapat beberapa lubang, yang semula kusangka adalah tanah yang terbuka atau sarang sejenis binatang melata, ternyata justru dihuni oleh sekumpulan kelinci kecil berwarna putih dan abu-abu. Rupanya bibi membiarkan para kelinci tak cuma berkeliaran tapi juga bersarang dan beranak pinak sehingga banyaknya memenuhi seluruh bagian bawah dengan kumpulan kelinci-kelinci kecil. Aku baru menyadari kemudian ketika ruangan menjadi sepi setelah selesai jamuan makan dan kumpulan para kelinci mulai berkeliaran diantara ruangan besar kecil putih dan abu-abu, menakjubkan begitu alami dan indah.

Aku bahkan kemudian juga menyadari bahwa ternyata hampir seluruh bagian pinggiran ruang juga menjadi bagian dari lubang-lubang persembunyian yang barangkali labirinnya saling terhubung, sehingga setiap ekor dapat berjalan dibagian bawah tanah hampir ke seluruh bagian ruang. Jika masuk dari pinggir kiri bisa muncul di bagian kanan begitu seterusnya.

Aku tak bisa memastikan karena ukuran dan warna kelinci yang hampir seragam putih dan abu-abu dengan warna mata merah menyala. Dan para kelinci telah menjadi keluarga, karena hidupnya memang mengharapkan umpan dari sisa remah dan rumpun disekitar rumah.

Beberapa berukuran besar, mungkin pasangan induknya. Sementara beberapa berukuran sangat kecil, barangkali anakan yang baru lahir dalam ruang makan tersebut.

Menurut bibi mereka telah menjadi bagian dari keluarga sejak lama, tak bisa diingat awalnya sejak kapan pastinya ketika dapur itu mulai dibangun bibi, sejak itu pula  para kelinci masuk menjadi bagian rumah. Barangkali itu pula yang menyebabkan bibi tak pernah mengganti permukaan lantai dapur dengan semen untuk mempertahankan seluruh kehidupan keluarga  lainnya di bawah lantai yang telah menjadi keluarga bagian dari keluarga rumah Kutawinangun.

The Rabbit House
by hans-acehdigest

The house is a lot of romance store is located in the village on the outskirts of town. Exactly on the road to town is not exactly in the city, probably in the middle or a few meters to the city I do not know I do not remember exactly. Because it's slippery asphalt road is the main route into the city as well Gombong or Kebumen or Semarang. I often get lost every time a given intersection, because the trees are filled with similar hedges in several places.

Often the introduction so I go down, when I realized that it was Kutawinangun intersection. Several times I tried to remember the shape and atmosphere, but still I failed and disoriented every time I wanted to visit there.

Even the few times there, in the renovation of the bridge so that makes me more and more difficult to ensure his place and remained disoriented every time you try to remember no matter how hard way. It was then I realized as I was one of the weaknesses in the given place.

From the bridge on a street corner that is adjacent to the creek there is the descent into the rice field with the long edge of a small river with irrigation rather rocky and dusty road.

That's why when I called the nearby towns and villages could be true could be wrong. Because contrast asphalt slippery road conditions and so declined slightly turn into a dusty village streets and ugly, with a row of simple but adequate houses, house nearly all resemble a house like the house joglo Saur Sepuh joglo in the soap opera, with a uniform row of the home page is made from trees green.

Most of the houses are made of half-board and half-of lightweight concrete with barred windows and the glass timber casement bars become his trademark are quite a lot in some places.

Some homes are equipped with a pool and most of the owners living as farmers and keepers of freshwater fish such as tilapia that can be large and even harvest it in a unique and unusual (I would later tell his own in another part of the story).

Once I started to imagine Kutawinangun and aunt's house, I was immediately impressed her kitchen. I can still clearly remember a few that never cracked from my memory. The left side of the house has a door that is connected directly to the kitchen, with a small alley and then go straight into a little room with the right area can be directly out into the garden sweet on the right side. While at the front of the kitchen is a room with a cloth cover that usually I use to pray. Room size is 3 times 4 with a window that is directly connected to the right side of the house with wooden bars on the windows and dark-colored cloth cover is always uncovered every time the wind blew a bit harder hit enter, the only fresh air that made the room a little cooler.

While the side I can not remember but it's the middle of a limit space directly connected to the super spacious living room in the house with two parts of the living room contains a few simple couch of bamboo.

One section on the left and the other just opposite. But the right-most often we use for a gathering place and joking.

About the kitchen, I could tell that the kitchen floor carpet seluruhn consists of a hardened piece of clay because it is often applied, thus making it a permanent slippery as part of natural ceramics. I do not remember if I had to wear flip through it every time because the floor is different from the living room floor. But I remember every time I pray I can not use the floor I have to go up into the bed that I use as a place of my prayers.

And unique among the large room in just a rectangular table is brown wood without paint, with some drawers on either side, with a few chairs as seats in school, slat-back without armrests.

And of the many fine clay surface, at the bottom there are some holes, which was originally thought was an open ground or similar nesting reptiles, proved to be inhabited by a bunch of little white rabbit and the gray-abau. Apparently my aunt did not just let the rabbit roam but also nest and breed so much fill the entire bottom with a collection of small rabbits. I only realized later when the room became quiet after dinner and a collection of the rabbits began to roam between rooms are small white and gray, so natural and stunning beauty.

I also realize that even then was almost all parts of the edge of space is also part of the holes are probably hiding interconnected maze, so that each one can run at the bottom of the ground almost to all parts of space. If entering from the left edge can appear on the right and so on.

I can not tell because of the size and color of rabbit is almost uniformly white and gray with bright red eye color. And the rabbit has become a family, because his life is expecting feedback from the rest of the crumbs and clumps around the house.

Some are large, perhaps parent couples. While some very small, perhaps the new puppies born in the dining room.

According to their aunt had been part of the family for a long time, I can not remember when exactly when the first since it was built aunt kitchen, since it did the rabbit go into the house. Perhaps that is what causes the aunt never replace the kitchen floor with cement to keep the whole family lives under the floor that has become part of the family home family Kutawinangun

Rabu, 20 Juni 2012

Baju Capung; Dragonfly Shirt

Hal teraneh yang pernah aku buat dengan capung adalah menangkapnya dengan batang lidi yang ujungnya dilumuri getah nangka yang aku dapat dengan cara memotong bagian tangkai daun dan getah di pangkalnya dibiarkan sedikit mengering, barulah dibalutkan di ujung lidi untuk jadi perangkap mematikan!.

Capung bakal lengket cukup dengan sedikit getah , kebanyakan getah malah jadi berantakan sayapnya. Karena yang kita mau cuma untuk permainan adu terbang, gantole ala capung. Menangkapnya cukup dengan mendekatkan capung ke jebakan, jangan lupa tahan nafas jadi tak ada gerakan yang mengganggu dan capung dengan cepat menempel, dan  dengan gerak cepat juga kita melepaskan sebelum sayapnya terbalut getah.

Capung lalu diberi baju, dari bahan koran atau kertas layang yang ringan, jadi masih tetap bisa terbang, mengepak sayap dengan beban sedikit berat dari kertas, dan tak bisa terbang jauh. Lalu kami mengadu siapa terbang paling tinggi, paling jauh dan paling indah manuvernya. Begitulah berulang-ulang setiap kali dilepas harus dikejar beramai-ramai meskipun harus naik ke dahan pohon, karena seringkali capung-capung juga berusaha meloloskan diri dengan terbang ke bagian pucuk pohon yang tinggi.

Begitu bosan capung kami bebaskan dari baju mini dan melemparkannya jauh ke udara terbang bebas, meskipun nakal kami tak pernah dengan sengaja membunuhnya. Aku juga marah besar kalau ada teman yang sengaja memutus sayap agar dapat dengan mudah memasukan baju dari kertas.

Baju itu berbentuk persegi atau bulat tergantung kesukaan, dengan bagian tengah dilubangi setelah sebelumnya dilipat dua agar dapat lubang yang simetris, jangan lupa lubang jangan besar,pokoknya cukup untuk sayap bisa masuk tapi tak mudah keluar.

Jenis mainan ini tak lama, karena sedikit membosankan, paling juga  selingan sambil membuang waktu sebelum sampai ke pabrik padi di Wanayasa. Tapi sayangnya banyak capung yang ketika dibebaskan tak bisa ditangkap lagi, jadilah ada capung yang terlanjur masih pakai baju mini terbang kesana kemari, namun anehnya malah jadi bahan lelucon kami. Dasar anak-anak!

Mini Dragonfly Shirt
by hans-acehdigest


The weirdest thing I ever made for dragonfly was caught with a rod whose ends are covered with a stick, jackfruit sap that I can by cutting the petiole sap at the base and allowed to dry slightly, then wrapped the end of the stick to be a deadly trap!.

Dragonflies will be quite a bit sticky sap, many sap even so messy wings. Because we want only to play shoot-flying, hang gliding style dragonfly. Close enough to catch a dragonfly into a trap, do not forget to hold the breath so no movement is distracting and dragonflies quickly attached, and with fast motion well before we release the wings wrapped in latex.

Dragonflies and given clothing, paper or paper made from a lightweight kite, so it can still fly, flapping wings with a little heavy loads of paper, and can not fly away. Then we complain who flew highest, most remote and most beautiful maneuver. That is repeated every time the release to pursue a gang although it should be up on the branch, as well as dragonflies often tried to escape by flying to the tops of tall trees.

So tired of our dragonfly release of a mini dress and threw it far into the air to fly free, although we never naughty deliberately killed. I was also furious if someone is accidentally cut off the wings to be able to easily enter the clothes of the paper.

Dress, rectangular or round depending on preferences, with the center hollowed out after previously folded in half to a symmetrical hole, do not forget to do a big hole, just enough for the wing easy to get in but not out.

These types of toys soon, because a little boring, most are also a distraction while wasting time before getting to the rice mill in Wanayasa. But unfortunately a lot of dragonflies that when released can not be arrested again, be there already dragonfly still wear mini flying to and fro, but oddly enough we even become a joke. These kids