Label

10 tahun tsunami. (1) 2013 (1) acehku (1) Adikku. (1) Aku (5) Among-among (1) Anak-anak (1) Anak-Anak Dikutuk (1) Angka ajaib (1) aqiqahku (1) Ayahku (1) babak baru (1) bakso (1) Barzanji (1) batu cincin (1) belimbing (1) Belut Loch Ness (1) Belut Sawah; Mancing Belut (1) Bibiku (2) bioskop misbar (1) birtdhday party (1) bisnis keluarga (1) busur dan panah (1) cafe (1) capung (1) Celengan bambu (1) China's Neighbords (1) Cibugel 1979 (1) Cibugel Sumedang (2) cinta bunda (1) coffee (1) cracker (1) Curek; Inflammation (1) Dapur nenek (1) dejavu (1) Dian Kurung (1) distant relatives (1) Dremolem Or Dream Of Land (1) es dogger (1) es goyang (1) es serut (1) Fried Sticky Rice (1) Gadis Kecil (1) gambar desain (1) gambarku (1) Gandrung Mangu (2) golek;nugget cassava (1) harmonika kecilku (1) Ibuku (11) Ibuku Atau Kakakku? (1) Ikan (2) ikan dan ular (1) iseng (1) jalan kolopaking (2) Jalan Kusuma (2) jangkrik Jaribang Jaliteng (1) Jenang Candil (1) jogging (1) Juadah (1) Juz Amma (1) kakek dan nenek (3) kakekku (3) kecelakaan fatal (2) kelahiranku (1) Kelas Terakhir; the last class (1) Kembang api (1) kenangan (1) Kerupuk Legendar (1) kilang padi (1) Klapertart Cake (1) kolam ikan masjid (1) koleksi stiker (1) koleksi unik (1) koplak dokar dan colt (1) kota kecil dan rumahku (1) Kue tape (1) Kutawinangun (1) Lanting (1) Lebaran (1) little cards (1) Loteng rumah (1) lotere (1) lottery (1) mainan anak-umbul (1) makan (1) makkah (1) Malam Jum'at (1) Mancing Belut (1) masa kecil (11) masa kecil. (1) masa lalu (3) masjid kolopaking (1) meatballs (1) Mengaji (1) menu berbuka (1) Mercon (1) Minum Dawet (1) morning walk (1) my (1) my birth (2) my first notes (6) my mom (4) my note (27) Nama ibuku (1) Nenek Sumedang (1) new round (1) new year (2) others notes (1) ours home (1) padi sawah wetan (2) pande besi (1) Papan Tulis (1) Pasar dan Ibuku (1) Penculik dan Bruk (1) Pencuri (1) Perayaan (1) Perjalanan 25 Tahun Bag. Pertama (1) personal (1) Puasa (3) radio transistor (1) ramadhan (1) Roti dan Meriam Kauman (1) Rumah Ban (1) Rumah Kakek dan Nenek (5) rumah karang sari (1) rumah kecil di pojok jalan (4) rumah kelinci (1) rumah kutawinangun (1) Rumah Pojok (1) rumahku (1) Sarapan Apa Sahur? (1) saudara jauh (1) sawah utara (1) sawah wetan (2) SD Kebumen (1) Sepeda dan Meteor (1) shake es (1) shalat jamaah (1) sintren (1) special note (1) Starfruit for Mom (1) Stasiun Kereta Api (2) Sumedang 1979 (1) Sungai Lukulo. (1) tahun awal (17) tahun baru (1) Taman Kanak-kanak (1) Tampomas I (1) tanteku (2) Tetangga Cina (1) The magic Number (1) tradisional (1) tsunami 2014 (1) Ulang tahun (1) Visionary grandpa (1) Wayang Titi (1)

Selasa, 10 Juli 2012

Belimbing Untuk Ibu; Starfruit for Mom

Pohon belimbing berbuah ranum di depan sekolah selalu menarik perhatianku, aku sebenarnya tak tertarik seratus persen dengan buah belimbing itu. Tapi aku teringat di rumahku tak punya pohon buah bersegi itu, dan aku pikir ibuku mungkin akan sangat gembira jika aku bisa membawa belimbing untuknya. Jadi di hari keberuntunganku aku diajak kerumahnya dan dibolehkan mengambil berapapun yang aku mau.

Luar biasa, bisa jadi karena niat baikku untuk ibuku aku dapat kesempatan langka itu, maka aku dengan cepat memanjat setiap dahan dan memilih buah terbaik dan masak. Hampir satu jam barangkali aku memanjat dari satu pohon ke pohon lain, karena di bagian belakang rumah temanku itu juga ada batang belimbing lainnya. Ibunya temanku bahkan bilang kalau aku boleh mengambilnya lain waktu, karena dilihatnya aku begitu bersemangat dan gembira.

Akhirnya aku kewalahan, ketika itu kantong plastik belanjaan belum begitu populer jadi masih susah mendapatkannya, maka tak ada jalan lain aku memasukkan sebagian belimbing itu kedalam tas dan sisanya aku masukan ke kantong baju dan celana. Bahkan Aku kemudian mengeluarkan bajuku dan mengikatnya dengan simpul dibagian bawah dan kemudian aku memasukkan semua buah yang tersisa ke dalam bajuku. Aku tak ingat bahwa getah belimbing bisa membuat baju putihku bergetah.

Aku atak ingat apa-apa, dengan kegembiraan meluap aku berlari pulang dengan badan menggelembung karena dipenuhi buah belimbing dan setiap kali bertemu teman aku memamerkan keberuntunganku dengan banyaknya belimbing yang kudapat. Aku juga tak ingat apakah ibuku marah karena melihat kecerobohanku memasukkan belimbing ke baju seragamku atau membiarkannya karena toh bisa dicuci dengan pemutih, dan ibuku bergembira karena mendapatkan belimbing yang tidak cuma banyak tapi juga belimbing pilihan.

Belimbing muda yang berjatuhan juga aku ambil, sayang kupikir karena ketika merontokkan buah besar aku juga ikut menjatuhkan belimbing muda, jadi kupikir tak ada salahnya juga kubawa.

Saat itu aku merasakan kegembiraan semua orang, karena kali ini akulah yang membawa kegembiraan ke rumah jadi pastilah aku menjadi orang paling berbahagia ketika itu. Sayangnya aku lupa nama temanku itu, mungkin di kali lain aku ingin bertemu lagi dengannya, tapi entah kapan!.

Starfruit for Mom
by hans-acehdigest

Star fruit tree ripe fruit in front of the school has always interested me, I'm actually not interested in one hundred percent with that of star fruit. But I remember in my house do not have a multifaceted fruit trees, and I think my mother will probably be very happy if I could bring her star fruit. So I invited my lucky day to his house and was allowed to take whatever I want.

Extraordinary, it could be because my good intentions for my mother I can be a rare opportunity, so I quickly climbed every limb and pick the best fruit and ripe. I probably almost an hour to climb from one tree to another, because in the back of my friend's house there are also other stem star fruit. His mother even told my friend if I may take it another time, because she saw that I was so excited and happy.

Finally I was overwhelmed, when it was plastic bags of groceries has not been so popular so it is still hard to get it, then there is no other way that I put some star fruit into the bag and the rest I input into the pockets of shirts and pants. In fact, I then remove my shirt and tie with a knot at the bottom and then I put all the remaining fruit into my shirt. I do not remember that the leatherback could sap to make my white clothes.

I do not remember anything, overflowing with joy I ran home with a bulging body as filled with star fruit and meet friends every time I show off my good fortune that I got with the number of star fruit. I do not remember whether my mother angry to see the leatherback my carelessness put my uniform shirt or leave it because I would not be washed with bleach, and she rejoiced that a leatherback is not just a lot of choices but also starfruit.

Young starfruit falling too I take it, unfortunately I think because when I was knocked out of the fruit also dropped the young star fruit, so I figured it could not hurt to also take.

At that moment I felt the joy of all people, because this time I'm the one who brings joy to the house so I must be the happiest person at the time. Unfortunately I forgot the name of my friend, maybe at other times I wanted to see him again, but who knows when!

Senin, 09 Juli 2012

Lotere; Lottery

Di bawah pohon asam besar di depan SD Wiroyudan menjadi tempat mangkal para penjaja jalanan. Begitu bel bunyi maka berhamburan semua anak dari kelas, persis seperti semut berebutan lari dari sarang. Dan semuanya berlari ke bawah pohon asam tadi.

Dari semua penjaja yang selalu menarik perhatianku adalah, penjual makanan tapi tak pernah menjualnya makanannya secara langsung, kita harus melakukan trik menarik satu benda yang diinginkan dengan sebelumnya membayarnya. Jika benda yang diminta itu benar maka kita boleh memilih jenis makanan apa saja yang tersedia yang boleh diambil. Permainan ini seperti lotere sederhana, berhadiah makanan dan jika gagal berarti kita pulang dengan tangan kosong dan hilangnya jatah 1 rupiah kita.

Aku memang menyukai petualangan dan tantangan, bahkan seringkali aku berjalan di hamparan sawah seolah sedang melakukan sebuah ekspedisi berbahaya, melintasi hutan belukar dengan membawa sepotong kayu yang aku pakai untuk menyibak semak dan menakuti ular yang kadang-kadang juga berpapasan dan melintas di pematang, jika ular tak mengalah maka satu-satunya cara menggunakan kayu tadi untuk mengusirnya. Dan dengan kesal biasanya ular akan berlari  ke dalam air di persawahan, tapi jika ularnya besar maka kamilah yang harus berlarian menghindarinya hingga harus berjatuhan di sawah dan pulang dengan baju dan basah dipenuhi lumpur sawah.

Dengan sedikit bakat petualang itu, aku mencoba peruntungan. Aku mencoba pertama kalinya dan diharuskan mengambil sebuah kelereng berwarna hitam diantara kelereng merah yang diletakkan dalam sebuah kantung kusam dengan tali di atasnya, yang setiap kali selesai di pakai, disimpan dengan mengikatnya agar kumpulan kelereng itu tak tumpah. Menakjubkan dengan sekali lihat dan secepat kilat aku mengambilnya dari dalam kantong yang dengan cepat juga dikatupkan, begitu aku bilang sudah dapat!, dibukanya katup kantung dan di tanganku telah terpegang sebuah kelereng hitam. Aku dan beberapa teman bersorak, dan hadiah pertamaku adalah permen seperti mentos, panjang dengan beberapa deret permen di dalamnya yang aku bagikan dengan senang hati ke beberapa teman yang menyaksikan kemenangan pertamaku itu.

Dan selanjutnya aku menjadi ketagihan, aku selalu berusaha ingin mengulang permainan itu, dan ajaibnya setiap kali main, aku selalu bisa melakukannya dengan baik. Bahkan aku kadang-kadang bermain trik, menjadi perantara bagi teman yang ingin membeli lotere dan mengharapkan keberuntungan dari kecepatan tanganku. Aku tentu saja berusaha menjadi perantara yang baik, karena hanya sekedar berusaha menarik kelereng hitam dan boleh memilih jenis makanan apa saja yang tersedia di atas etalase gerobak dan mendapat dua keuntungan bisa main lotere dan dapat setengah bagian dari hadiah, semuanya gratis!. Makin hari makin banyak teman yang menggunakan jasaku, dan yang paling kesal dari semuanya pastilah si penjual lotere yang setiap kali melihat wajahku merasa tak nyaman. Dan pada akhirnya melarangku untuk membelinya lagi, sudah yang lain saja katanya setiap kali aku mendekati gerobaknya, meskipun kemudian aku juga sadar diri tak mau merugikannya terus menerus. Maka aku tak lagi tertarik untuk mencoba tantangan yang tak lagi menantang itu. Aku sudah menaklukkanya, jadi buat apa aku mencobanya lagi!.

Lottery
by hans-acehdigest

Under the big tamarind tree in front of the SD Wiroyudan become a hangout street vendors. Once the buzzer sounds then flew all the children of the class, just like ants scrambling away from the nest. And it all ran down the tamarind tree earlier.

Of all the vendors that always strikes me is, food vendors selling food but never directly, we should do the trick attract a desired object with the previous pay. If the requested object is true then we can choose what kinds of foods are available that can be taken. This game is such a simple lottery, with prizes of food and if that fails then we go home empty handed and the loss of allotments 1 rupiah us.

I do like the adventure and challenge, and even when I walk in the paddy field as if he were doing a dangerous expedition, through the woods with a piece of wood that I use to uncover the bushes and scare the snake which sometimes ran into and crossed the ridge, if the snake do not budge then the only way to use wood had to throw him out. And to upset the snake will usually run into the water in the paddies, but if the snake is big then we who should be running to avoid falling in the fields and came home with wet clothes and mud fields.

With a few adventurers talent, I try my luck. I tried the first time and ordered to take a black marble placed between red marbles in a bag worn with the strap on it, that every time you finish in life, saved by binding to a collection of marbles had not spilled. Amazing to see and lightning-fast once I took it from the bag as fast clenched, so I can tell already!, The opening of the valve pockets have been held in check in my hand and a black marble. Me and some friends cheering, and first prize is candy such as Mentos, a long with several rows of candy in it that I am happy to share with some friends who witnessed the first victory.

And then I became addicted, I'm always trying to repeat the game, and miraculously every time around, I could always do well. I even sometimes play tricks, to intercede for a friend who wanted to buy a lottery and hope to get lucky from my hand speed. I of course tried to be a good intermediary, because just trying to attract black marbles and can choose what type of food available in the window of the wagon and got two advantages to playing the lottery and can be half of the prize, all for free!. Increasingly many friends who use my services, and the most upset of all the lottery must be the seller every time I see my face feel uncomfortable. And in the end told me not to buy it again, it was something else he said every time I approached the wagon, though later I realized myself not adverse continuously. So I'm no longer interested in trying the challenge that is no longer challenging. I've conquer the game, so why should I try it again!.


Saudara Jauh; Distant Relatives

Ibuku bilang mengunjungi kerabat bagian dari silaturrahmi!. Aku tak tahu apa-apa jadi aku mengiyakan saja. Di tahun berapa aku tak begitu yakin bisa mengingat, ketika itu aku masih tinggal di Gandrungmangu, aku memulai sebuah perjalanan panjang menuju rumah saudara jauh, mungkin di Lampung? entahlah.

Dengan menaiki dokar yang harus dipanggil dari stasiun, biasanya ada orang suruhan nenek, orangnya hitam agak pendek tapi cekatan luar biasa. Begitu nenek memberikan perintah secapat kilat dia berlari ke sepeda kumbangnya dan setengah mengebut melarikan sepeda ke stasiun. Dan tak lama kemudian kembali lagi dengan diikuti dokar dan langsung berhenti persis di halaman rumah, di depan pematang yang dibuat dari potongan batang kelapa. Depan rumah itu terdiri dari pagar dari pepohonan hijau, dengan parit panjang tapi jarang terisi air kecuali di musim hujan atau ketika irigasi sawah dibuka dan airnya mengalir kepenjuru kampung.

Begitu dokar sampai aku langsung melompat ke kedalam, aku memang terkenal gesit, mungkin sedikit nakal untuk anak seukuran usiaku. Aku tak pernah takut dengan apapun kecuali hantu, bahkan pepohonan tinggi tak menyurutkan niatku untuk memanjatnya dan bergelantungan seperti simpanse. Terutama di pohon karsen atau cheery di depan rumah. Nenek cuma bisa menggelengkan kepala melihat tingkahku.

Sejak kecil aku terbiasa naik dokar atau sepeda, jadi aku tak begitu menyukai kendaraan bermesin, seringkali aku pusing dibuatnya dan kemudian mabuk darat. Dan kunjungan kerumah saudara jauh kali ini mengharuskan aku naik kendaraan bermesin, aku sebenarnya menolak ikut tapi dengan siapa tinggal dirumah karena nenek juga ikut malah jadi ketua rombongan.

Dimulai dari depan stasiun, kami mencari minibus, dengan beberapa kursi beratap rendah, panas dan hiasan kain rumbai-rumbai di sekeliling jendela malah membuatku tambah lemas dan pusing, karena menurutku bukannya menambah indah, malah membuat pengab dan mobil jadi aneh, terutama dengan bau dan warna kursi yang tidak lagi karuan, biru, hitam atau abu-abu. Mungkin sudah ribuan orang memakainya dan pemiliknya tak sempat membersihkan dan mengganti jok dengan kain lain. Peduli apa mereka toh mereka juga tak pernah duduk di kursi itu kecuali penumpang. Belum apa-apa aku sudah mulai uring-uringan, selain diam membisu aku tak punya pilihan lain. Karena begitu buka mulut bisa-bisa langsung mual dan muntah.

Aku duduk dengan nenek di dekat jendela, nenek sudah mempersiapkan plastik beberapa buah untuk menjaga kemungkinan aku muntah. Dan anehnya setiap kali melakukan perjalanan jauh, seperti ritual, nenek tak pernah ketinggalan membawa nasi timbel, kering tempe dan tak lupa telur ayam rebus. Aku paling benci dengan yang terakhir itu, terutama ketika di buka kulitnya akan mengeluarkan aroma yang menurutku tidak berbau makanan tapi justru, maaf berbau kentut. Dan di dalam mobil yang panas, pengab dan bercampur dengan bau solar atau bensin ditambah telur rebus membuatku seperti di neraka.

Nenek tak pernah peduli dengan hal itu, malah selalu menawarkan telur rebus setiap masuk jam makan atau aku terbangun dari tidur lelap dalam perjalanan. Aku bahkan kadang-kadang marah, karena kesal dengan baunya. Aku bilang tak boleh ada yang makan telur di mobil!, terserah di luar. Tapi aku tak menolak jika disuguhi nasi timbel dengan kering tempe, karena bau daunnya membuat nasi tidak cuma pulen tapi juga lezat. Apalagi padi diambil dari sawah sendiri, tanpa pestisida, mungkin sekarang dikenal dengan padi organik. Masa tanamnya lebih lama tapi hasilnya luar biasa sehat.

Perjalanan panjang itu memakan waktu berjam-jam, jangan tanyakan kemana arahnya karena aku tak tahu sama sekali, cuma ketika mendekati tujuan, aku lihat hamparan jalannya terdiri dari butiran pasir lembut tanpa rumput sedikitpun bahkan cenderung gersang. Di sebuah rumah sederhana yang didepannya ada mesjid kami berhenti, kata nenek itulah rumah saudara kami.

Rumahnya itu di Lampung kalau tak salah, beberapa anak-anak kecil lain berlarian tak peduli pusing, sementara aku masih tak kuat untuk berjalan karena rasa kantuk akibat pusing berat masih terasa di kepala. Aku disodori teh panas, katanya untuk menyegarkan kepala, tapi tidak bisa membuang angin di perut yang masih terasa mual tak karuan. Anak-anak berlarian, mereka bilang di belakang rumah ada hamparan laut!. Aku penasaran tapi tetap tak bisa banyak bergerak, aku pikir aku ingin melihat laut, karena dalam hidupku aku jarang melihat laut. Karena sebenarnya aku anak yang tinggal di pinggiran kota, tak jauh dari jalan kota utama, mungkin sekitar 1 kilo meter. Makanya aku tak pernah melihat laut, paling-paling juga sungai atau sawah yang luas membentang di belakang pertokoan di belakang rumah.

Kami malam itu tak ingat apakah menginap atau tidak, tapi kami memang beristirahat cukup lama di rumah itu. Aku tak ingat juga apakah kemudian sempat melihat laut atau tidak, karena sebenarnya daya tarik kunjungan itu adalah lautnya. Karena keseharian kami adalah melihat ladang, sawah dan hutan kecil di perkampungan yang ketika itu memang layaknya hutan kecil. Jalanan yang rapi dan lebar  dengan pagar bambu dan pagar tanaman hidup menghiasi seluruh kampung dengan jalanan tanah. Listrik bahkan tak masuk ke kampung itu untuk waktu yang sangat lama. Ini aneh juga buatku kemudian karena aku sadari sebenarnya kampung itu tak jauh dari stasiun kereta api yang punya penerangan lumayan dari listrik tapi tak pernah bisa mengirimkan arusnya hingga ke kampung yang cuma berjarak 1 blok.

Kisah perjalanan panjang itu adalah kisahku pertama, jika boleh memilih aku lebih senang memilih kereta api, karena kita masih bisa memilih, bisa duduk di gerbong dengan membuka jendela, duduk di sambungan kereta api yang langsung bisa menghirup segarnya udara luar sambil melihat pepohonan dan tiang listrik yang seperti berlarian dan berkejaran tak pernah lelah dan berhenti. Padahal kereta apilah yang berlari kencang dan meninggalkan setiap tiang di tempatnya.

Tapi sayangnya rumah saudara jauh kami itu tak tersambung dengan jalur kereta api sehingga mau tak mau harus memilih jalur darat dengan minibus yang sangat menjengkelkan. Hingga sekarangpun aku tak suka perjalanan dengan mobil, kecuali aku yang membawanya sendiri, dengan mobil sendiri juga.

Aku menyimpan kenangan perjalanan itu sebagai kisah masa kecilku ketika masih tinggal dengan nenek jauh dari dua orang adikku yang tinggal di kota lain dengan nenek dari pihak ibu. Itu juga yang membuat kami, maksudku aku dan nenek menjadi begitu dekat, bahkan hingga besar dan terakhir kali bersama beliau di tahun 1980-an.

To Visit Distant Relatives
by hans-acehdigest

My mother told me to visit the relatives of silaturrahmi!. I do not know anything so I said yes. In what year I'm not so sure I can remember, when I was living in Gandrungmangu, I started a long journey to distant relative's house, probably in Lampung? I do not know.

With a gig that had to be called up from the station, there is usually a messenger grandmother, a black person rather short but remarkable nimble. So grandma gave express orders secapat he ran into a bike race beetle and a half to run the bike to the station. And soon returned with the gig followed and stopped right in the yard, in front of the embankment is made of pieces of palm trunks. Front of the house consists of a fence of green trees, with a long trench filled with water but rarely except in the rainy season or when the open fields and irrigation water is flowing circumnavigating the village.

Once the gig until I jumped on the inside, I was well-known agile, maybe a little naughty for the size of a child my age. I was never afraid of anything except the ghost, even tall trees is not my intention to discourage climbing and swinging like a chimpanzee. Especially in karsen or cheery tree in front of the house. Grandma could only shake his head to see my whimsy.

Since childhood I used to ride carts or bicycles, so I'm not so fond of motorized vehicles, often made me dizzy and then carsick. And home visits distant relatives this time require me to ride motorized vehicles, I actually refused to participate but who were living at home because my grandmother also actually be the group leader.

Starting from the front of the station, we are looking for minibuses, low-roofed with a few chairs, hot and decorative fabric tassels around the window actually made me weak and dizzy, because I think instead of adding beautiful, and even make stuffy car so weird, especially with the smell and color of the chair is no longer known, blue, black or gray. May have thousands of people use it and the owner did not have time to clean and replace the seat with another cloth. Matter what they are yet they also never sat in that seat unless the passenger. Already I'm getting grumpy, silent except I had no other choice. Because it is so open-mouth can be directly nausea and vomiting.

I sat with my grandmother near the window, my grandmother had prepared a few pieces of plastic to keep the chance of my vomiting. And oddly enough each time to travel long distances, such as ritual, grandma never missed bringing timbel, dry tempeh and do not forget the hard-boiled chicken eggs. I hate with the latter, especially when in the open skin will release the scent which I think does not smell food, but instead, sorry smelly fart. And in a hot car, stuffy and mixed with the smell of diesel or petrol plus a hard-boiled eggs made me like hell.

Grandma was never concerned with it, even hard-boiled eggs are always offering to come at every meal or I woke up from deep sleep on the way. I sometimes even anger, disgust with the smell. I say there should not eat eggs at cars!, It's up to the outside. But I could not resist when presented with dry rice with tempe lead, because the smell of its leaves make fluffier rice is not only delicious but also. Moreover, rice is taken from the field itself, without pesticides, may now be known as organic rice. Cropping period longer but the results are astounding sound.

The long journey that took many hours, do not ask where because I do not know him at all, just as they neared the goal, I see a stretch of the course consists of grains of soft sand with no grass at all tends to even arid. In a modest house that we stopped in front of any mosque, said her grandmother's house we.

Her home was in Lampung I think, some other little kids running around no matter dizziness, while I still can not afford to walk because of severe dizziness drowsiness effect still felt in the head. I was presented with hot tea, he said to refresh the head, but could not get rid of wind in the stomach still feels queasy abysmally. Children running around, they say behind the house there is a stretch of the sea!. I was curious, but still could not move much, I think I want to see the sea, because in my life I rarely see the sea. Because I'm a child living in the suburbs, not far from the main city street, perhaps About a 1 kilo meter. So I've never seen the sea, at most, a river or broad fields stretching behind the shops at the back of the house.

We can not remember the night whether to stay or not, but we had rested long enough in the house. I do not remember well what then could see the sea or not, because the real attraction is the sea trip. Because of our daily life is to see the fields, rice fields and small woods in the township that when it was like a small forest. The streets are clean and wide with bamboo fences and hedges around the village life adorn the dirt road. Electricity did not even get into the village for a very long time. It was strange to me then that I realized the actual village not far from the railway station rather than have electric lighting, but was never able to send the current down to the village only one block away.

The long journey that is my story first, if allowed to choose I prefer to choose the train, because we can still choose, can sit in the car with the windows open, sitting on a direct rail connection to breathe the fresh air outside, looking at trees and power lines like running around and chasing each other was never tired and quit. Though trains are running hard and the trains leave each pole in place.

Distant relative's house but unfortunately we were not connected with the railway line that inevitably have to choose a landline with a minibus which is very annoying. Until now I do not like traveling by car, unless I bring it yourself, with your own car as well.

I have memories of the trip as the story of my childhood when my grandmother was still living with my brothers away from two people who lived in another town with the maternal grandmother. That's also what makes us, I mean me and my grandmother became very close, even to the great and last time with her in the 1980's

Es Serut atau Dogger?

Aneh aku tak ingat sama sekali bagaimana bentuk es ini entah sekedar es serut atau es dogger atau es krim yang diolah kasar?. Padahal aku bukan cuma tergila-gila tapi juga melakukan hal gila untuk bisa meminumnya lebih dari sekali!. Di jual dengan gerobak pikul, dengan deretan pikul di kanan-kirinya digunakan untuk menyangkutkan gelas jadi kita sebagai pembeli dengan mudah dapat mengambil gelas dan menyodorkannya ke penjualnya untuk mendapat layanan pertama.

Karena kalau menunggu penjualnya yang mengambilnya itu berarti kita harus antri betul, padahal peraturan tak tertulis adalah, siapa yang memegang gelas dahulu dan dengan cepat menyodorkannya kepada penjual berarti dialah yang harus dilayani duluan. Akibatnya, perselisihan dan persaingan berebut posisi menjadi pemandangan yang seru juga menjengkelkan, belum lagi diwarnai pertengkaran dan perkelahian. tapi begitulah anak-anak memainkan masanya, sepertinya semuanya serba boleh. Padahal untuk pembelajaran antri lebih baik, tapi siapa mau antri jika yang datang duluan diserobot oleh yang datang belakangan. Jadi model berebut gelas menjadi satu pilihan dan kisah tersendiri.

Di dalam blunder inilah seringkali kecurangan juga bermain, aku pernah mencobanya. Sebenarnya kejadian persisnya tak pernah aku rencanakan, karena aku termasuk jenis anak baik, begitu menurut pendapat teman-temanku, jadi "peristiwa aneh" ini tak pernah masuk dalam rencana jahatku sekalipun.

Ketika rebutan gelas tengah berlangsung dan penjual disibukkan dengan mengisi gelas dengan es serut manis, aku juga menyodorkan gelasku, aku menyodorkan asal tanpa maksud apapun tapi kebetulan terisi dengan cepat karena diantara kerumunan tangan mungkin aku mendorong gelasku agak maju ke depan dan menyebabkan terkesan aku anak paling duluan menyorongkan gelas jadi dengan cepat diisi, dan setelahnya, inilah saat yang tak kulupakan itu tiba-tiba, si penjual juga menyodorkan aku kembalian 4 rupiah, padahal aku cuma membayarnya dengan satu rupiah persis seharga 1 gelas kecil es serut tadi. Maka tanpa aku komentari aku langsung menarik dan mengiyakan saja kalau aku memang membayar dengan keping 5 rupiahan dan 4 rupiah itu adalah jatah kembalian uangku.

Nah disitulah aku mulai menyadari bahwa ternyata jahat itu bisa "diciptakan" oleh keadaaan atau ketidaksengajaan. Berikutnya aku memainkan trik aneh itu setiap kali aku tak punya pilihan lain, uang tak ada sementara rasa haus tak tertahankan. Aha, anehnya aku selalu berhasil setiap kali menggunakan trik memanfaatkan blunder rebutan gelas, tapi aku akui aku cuma melakukan beberapa kali dalam kondisi terdesak, selain itu aku tak berani khusus untuk iseng atau tak butuh benar es serut itu. Begitulah aku rupanya pernah memainkan trik berbahaya dan jahat, tapi aku berusaha untuk memaafkan diriku sendiri dengan tak pernah melakukannya lagi karena aku sadari kemudian penjual es serut pastilah sudah bekerja keras untuk menjualnya dan aku dengan jahat 'mempermainkannya'.

Shaved ice or Dogger?
by hans-acehdigest

Strange I can not remember at all how this form of either ice or ice just shaved ice or ice cream dogger treated rough?. Though I'm not only crazy but also do something crazy to be drinking more than once!. Sold with carts bear, bear with rows on either side are used for glass to associate as a buyer so we can easily pick up a glass and handed it to the dealer to get service first.

Because if you wait for the seller to take it that means we have to queue very well, but the unwritten rule is, who's holding the glass first and quickly handed it to the seller means he who should be served first. As a result, disputes and competition jockeyed for position to be an exciting scene is also annoying, not to mention the quarrels and fights marred. but that's how the kids play time, it seems everything is allowed. Yet for better line learning, but who would come first in line if that came appropriated by the latter. So the scramble model of glass into an option and its own story.

In the blunders often fraud is also playing, I never tried it. Actually, the exact events I never want to, because I'm including the kind of good kids, so in the opinion of my friends, so "unusual event" was never included in the malicious intent though.

When the fight was in progress and sellers glasses preoccupied with filling a glass with shaved ice sweetened, I also held out my glass, I thrust home without any intention but it happened quickly filled with hand among the crowd because maybe I pushed my glass slightly forward and cause the child impressed me the most first pushed the glass to be filled quickly, and after that, it's time to forget that not all of a sudden, the seller also offered me return four rupiahs, and I just paid him one rupiah just for a small glass of shaved ice earlier. So I went without my commentary interesting and just said yes if I was paying with a chip 5 rupiah and 4 rupiah return my money it is allotted.

Well that's where I began to realize that in fact it could mean "created" by the circumstances or inadvertence. Next I played a strange trick that every time I had no other choice, there's no money while the thirst is unbearable. Aha, strangely I always managed to trick each time using a bone of contention glass using a blunder, but I admit I just did a few times in a desperate condition, other than that I dared not for fun or shaved ice really did not need it. Apparently that's how I've played a dangerous and wicked trick, but I'm trying to forgive myself to never do it again because I realized then shaved ice vendor must have worked hard to sell and I mean 'a trick'


Es Goyang, shake ice

Begitulah kami menyebutnya, penjual berusaha menggoyangkan gerobaknya untuk membuat es krim batangannya membeku. terus terang aku penasaran, bagaimana bisa begitu. Setiap kali aku membeli aku berusaha memperhatikan dengan sungguh-sungguh seperti apa persisnya.

Dari pinggiran gerobak aku cuma bisa melihat ada deretan cetakan es terbuat dari alumunium keperakan, dengan lubang sejajar berbentuk es krim batangan, mungkin jumlahnya ada lima puluh bahkan lebih dalam satu cetakan.

Penjual dengan cekatan akan mengisi setiap lubang es beserta stik kayu disetiap lubang dan kemudian menggoyangkannya, dan ajaib cairan itu lama kelamaan akan membeku dan kemudian kami berebut untuk mendapatkan per batangnya. Ketika itu harganya tak lebih dari 1 rupiah. Mungkin seribu dibandingkan dengan harga hari ini.

Lama aku tak melihatnya lagi, menurutku mesin itu mesin ajaib dan menakjubkan, bagaimana bisa proses yang rumit menjadi begitu mudah, tanpa mesin pendingin? tanpa kulkas?. Karena aku cuma melihat cetakan es dan campuran bahan terdiri dari  sitrun atau santan dan tambahan rasa yang biasanya nagka, atau durian atau juga buah alpukat yang bisa membuat berbeda warna tergantung pilihan bahan tambahan tadi, termasuk juga rasanya yang pasti beda. Di sekeliling cetakan es, terdapat air memenuhi seluruh bagian cetakan, apakah mungkin di bagian bawah ada es balok yang dicampur garam pekat, yang sejak lama aku tahu bisa membuat es lebih dan tetap dingin untuk waktu yang lebih lama dari biasanya.

Selain es lilin, es yang dimasukkan ke dalam plastik kecil dan panjang berukuran 20 sentimeter dan dicampur dengan limun atau kacang hijau, es goyang adalah es favorit kami ketika kecil di SD 14 Wiroyudan, sebenarnya ada satu jenis lagi mungkin aku ceritakan lain kali. Karena yang mau aku ceritakan bukan cuma soal es, tapi bagaimana meminumnya berulang kali dengan cukup membayarnya dengan 1 rupiah!.

Shake Ice
by hans-acehdigest

That's how we call it, the salesman tried to wiggle his cart to make ice cream freeze batangannya. frankly I'm curious, how could so. Every time I buy I try to pay attention to really like what exactly.

From the edge of the cart, I can only see a row of ice molds are made of silver aluminum, with a parallel hole-shaped ice cream bars, perhaps fifty in number even more in a single mold.

The seller will deftly fill every hole with a stick of timber of ice in every hole and then swing it, and it magically fluid over time will freeze and then we scramble to get a trunk. When that price is not more than 1 rupiah. Maybe a thousand compared with today's prices.

I long to see it again, I think the machine was magical and wonderful machine, how can the complicated process becomes so easy, with no refrigeration? without a refrigerator?. Because I just saw the ice mold and consists of a mixture of coconut milk and lemon or additional flavors are usually nagka, or durian or avocado can also create different colors depending on the choice of additional ingredients before, as well as the taste is definitely different. Mold around the ice, there is water to meet all parts of the mold, is it possible there is ice at the bottom of the mixed beam of concentrated salts, which for a long time I knew I could make more and keep ice cold for a longer time than usual.

In addition to Popsicles, ice is put into a small plastic and measuring 20 centimeters long and mixed with lemonade or green beans, ice is ice shake our favorites as a child in elementary school 14 Wiroyudan, actually there is one kind of another way I tell you another time. Because that would tell me not just about the ice, but how many times the drink simply pay the one rupiah!