Label

10 tahun tsunami. (1) 2013 (1) acehku (1) Adikku. (1) Aku (5) Among-among (1) Anak-anak (1) Anak-Anak Dikutuk (1) Angka ajaib (1) aqiqahku (1) Ayahku (1) babak baru (1) bakso (1) Barzanji (1) batu cincin (1) belimbing (1) Belut Loch Ness (1) Belut Sawah; Mancing Belut (1) Bibiku (2) bioskop misbar (1) birtdhday party (1) bisnis keluarga (1) busur dan panah (1) cafe (1) capung (1) Celengan bambu (1) China's Neighbords (1) Cibugel 1979 (1) Cibugel Sumedang (2) cinta bunda (1) coffee (1) cracker (1) Curek; Inflammation (1) Dapur nenek (1) dejavu (1) Dian Kurung (1) distant relatives (1) Dremolem Or Dream Of Land (1) es dogger (1) es goyang (1) es serut (1) Fried Sticky Rice (1) Gadis Kecil (1) gambar desain (1) gambarku (1) Gandrung Mangu (2) golek;nugget cassava (1) harmonika kecilku (1) Ibuku (11) Ibuku Atau Kakakku? (1) Ikan (2) ikan dan ular (1) iseng (1) jalan kolopaking (2) Jalan Kusuma (2) jangkrik Jaribang Jaliteng (1) Jenang Candil (1) jogging (1) Juadah (1) Juz Amma (1) kakek dan nenek (3) kakekku (3) kecelakaan fatal (2) kelahiranku (1) Kelas Terakhir; the last class (1) Kembang api (1) kenangan (1) Kerupuk Legendar (1) kilang padi (1) Klapertart Cake (1) kolam ikan masjid (1) koleksi stiker (1) koleksi unik (1) koplak dokar dan colt (1) kota kecil dan rumahku (1) Kue tape (1) Kutawinangun (1) Lanting (1) Lebaran (1) little cards (1) Loteng rumah (1) lotere (1) lottery (1) mainan anak-umbul (1) makan (1) makkah (1) Malam Jum'at (1) Mancing Belut (1) masa kecil (11) masa kecil. (1) masa lalu (3) masjid kolopaking (1) meatballs (1) Mengaji (1) menu berbuka (1) Mercon (1) Minum Dawet (1) morning walk (1) my (1) my birth (2) my first notes (6) my mom (4) my note (27) Nama ibuku (1) Nenek Sumedang (1) new round (1) new year (2) others notes (1) ours home (1) padi sawah wetan (2) pande besi (1) Papan Tulis (1) Pasar dan Ibuku (1) Penculik dan Bruk (1) Pencuri (1) Perayaan (1) Perjalanan 25 Tahun Bag. Pertama (1) personal (1) Puasa (3) radio transistor (1) ramadhan (1) Roti dan Meriam Kauman (1) Rumah Ban (1) Rumah Kakek dan Nenek (5) rumah karang sari (1) rumah kecil di pojok jalan (4) rumah kelinci (1) rumah kutawinangun (1) Rumah Pojok (1) rumahku (1) Sarapan Apa Sahur? (1) saudara jauh (1) sawah utara (1) sawah wetan (2) SD Kebumen (1) Sepeda dan Meteor (1) shake es (1) shalat jamaah (1) sintren (1) special note (1) Starfruit for Mom (1) Stasiun Kereta Api (2) Sumedang 1979 (1) Sungai Lukulo. (1) tahun awal (17) tahun baru (1) Taman Kanak-kanak (1) Tampomas I (1) tanteku (2) Tetangga Cina (1) The magic Number (1) tradisional (1) tsunami 2014 (1) Ulang tahun (1) Visionary grandpa (1) Wayang Titi (1)

Jumat, 22 Juni 2012

Rumah Kutawinangun; The Rabbit House

Rumah yang banyak menyimpan romantika itu berada di kampung di pinggiran kota. Persisnya di jalan menuju kota bukan persis di kotanya, mungkin di tengah atau beberapa meter menuju kota entahlah aku tak ingat persis. Karena jalanan aspal licin itu merupakan jalur utama menuju kota Gombong atau kebumen atau juga Semarang. Aku seringkali tersesat setiap kali mengingat simpang itu, karena di penuhi dengan rimbunan pepohonan yang hampir serupa di beberapa tempat.

Seringkali begitu para pengantarku turun, barulah aku menyadari bahwa itulah simpang Kutawinangun itu. Beberapa kali aku mencoba mengingat bentuk dan suasananya tetapi tetap saja aku gagal dan kehilangan orientasi setiap kali aku hendak berkunjung kesana.

Bahkan beberapa kali kesana, jembatan di renovasi sehingga membuat aku makin sulit memastikan tempatnya dan tetap kehilangan orientasi setiap kali mencoba mengingat dengan sekuat apapun  caranya. Hal ini kemudian aku sadari sebagai salah satu kelemahan aku dalam mengingat tempat.

Dari jembatan di tikungan jalan yang berbatas dengan sungai kecil ada jalan menurun  menuju areal persawahan yang panjang dengan pinggiran sungai kecil tepatnya irigasi  dengan jalan berbatu dan berdebu.

Itulah makanya jika aku menyebut dekat kota dan desa bisa jadi benar bisa juga salah. Karena kontras sekali kondisi jalanan aspal licin dan begitu menurun sedikit langsung berubah jadi jalanan kampung berdebu dan jelek, dengan deretan rumah sederhana namun memadai, rumahnya hampir semuanya mirip rumah joglo seperti rumah joglo dalam sinetron Saur Sepuh, dengan deretan halaman rumah yang seragam terbuat dari pepohonan hijau.

Sebagian besar rumah terbuat dari  setengah papan dan setengah beton ringan dengan jendela kaca bertingkap dan berjeruji kayu menjadi ciri khasnya yang cukup banyak di beberapa tempat.

Beberapa rumah dilengkapi dengan kolam dan hampir sebagian pemiliknya berprofesi sebagai petani dan pemelihara ikan air tawar seperni nila yang bisa berukuran besar dan bahkan memanennya dengan cara yang unik dan tak biasa (nanti akan aku ceritakan sendiri di bagian lain cerita).

Begitu mulai menbayangkan Kutawinangun dan rumah bibi, aku langsung terkesan dapurnya. Aku masih bisa mengingat dengan sedikit jelas yang tak pernah lekang dari ingatanku. Sisi kiri rumahnya memiliki pintu yang terhubung langsung ke dapur, dengan lorong kecil yang kemudian langsung masuk kesebuah  ruang sedikit luas dengan bagian kanannya bisa langsung keluar ke kebun ubi di sisi kanan. Sementara di bagian depan dapur adalah sebuah kamar dengan penutup kain  yang biasanya aku gunakan untuk sembahyang. Ruangan berukuran 3 kali 4 dengan sebuah jendela yang langsung terhubung ke bagian kanan rumah dengan jendela berjeruji kayu dan penutup kain berwarna gelap yang selalu tersibak setiap kali angin sedikit keras bertiup menerpa masuk, menjadi satu-satunya udara segar yang membuat ruangan menjadi sedikit sejuk.

Sedangkan sampingnya aku tak ingat tapi bagian itu menjadi batas tengah ruang yang langsung terhubung ke ruang tamu super luas di rumah itu dengan dua bagian ruang tamu berisi beberapa sofa sederhana dari bambu.

Satu bagian di kiri dan satunya lagi diseberangnya. Tapi bagian yang kananlah yang paling sering kami pakai untuk tempat berkumpul dan bercanda.

Tentang dapur itu, aku bisa ceritakan kalau seluruh hamparan dapur itu lantainya terdiri dari tanah liat utuh yang mengeras karena sering diinjak, sehingga membuatnya licin permanen seperti bagian keramik alami. Aku tak ingat apakah aku harus mengenakan sandal setiap kali melewatinya karena lantainya berbeda dengan lantai ruang tamunya. Tapi seingatku setiap kali aku shalat aku tak bisa menggunakan lantainya aku harus naik ke atas tempat tidur yang aku gunakan sebagai tempat shalatku.

Dan uniknya diantara ruang yang besar hanya ada sebuah meja persegi panjang berwarna coklat kayu tanpa cat, dengan beberapa laci di kanan kirinya, dengan beberapa kursi seperti kursi di sekolahan, bersandaran bilah kayu tanpa sandaran tangan.

Dan dari sekian banyak permukaan tanah liat yang halus itu, di bagian bawah terdapat beberapa lubang, yang semula kusangka adalah tanah yang terbuka atau sarang sejenis binatang melata, ternyata justru dihuni oleh sekumpulan kelinci kecil berwarna putih dan abu-abu. Rupanya bibi membiarkan para kelinci tak cuma berkeliaran tapi juga bersarang dan beranak pinak sehingga banyaknya memenuhi seluruh bagian bawah dengan kumpulan kelinci-kelinci kecil. Aku baru menyadari kemudian ketika ruangan menjadi sepi setelah selesai jamuan makan dan kumpulan para kelinci mulai berkeliaran diantara ruangan besar kecil putih dan abu-abu, menakjubkan begitu alami dan indah.

Aku bahkan kemudian juga menyadari bahwa ternyata hampir seluruh bagian pinggiran ruang juga menjadi bagian dari lubang-lubang persembunyian yang barangkali labirinnya saling terhubung, sehingga setiap ekor dapat berjalan dibagian bawah tanah hampir ke seluruh bagian ruang. Jika masuk dari pinggir kiri bisa muncul di bagian kanan begitu seterusnya.

Aku tak bisa memastikan karena ukuran dan warna kelinci yang hampir seragam putih dan abu-abu dengan warna mata merah menyala. Dan para kelinci telah menjadi keluarga, karena hidupnya memang mengharapkan umpan dari sisa remah dan rumpun disekitar rumah.

Beberapa berukuran besar, mungkin pasangan induknya. Sementara beberapa berukuran sangat kecil, barangkali anakan yang baru lahir dalam ruang makan tersebut.

Menurut bibi mereka telah menjadi bagian dari keluarga sejak lama, tak bisa diingat awalnya sejak kapan pastinya ketika dapur itu mulai dibangun bibi, sejak itu pula  para kelinci masuk menjadi bagian rumah. Barangkali itu pula yang menyebabkan bibi tak pernah mengganti permukaan lantai dapur dengan semen untuk mempertahankan seluruh kehidupan keluarga  lainnya di bawah lantai yang telah menjadi keluarga bagian dari keluarga rumah Kutawinangun.

The Rabbit House
by hans-acehdigest

The house is a lot of romance store is located in the village on the outskirts of town. Exactly on the road to town is not exactly in the city, probably in the middle or a few meters to the city I do not know I do not remember exactly. Because it's slippery asphalt road is the main route into the city as well Gombong or Kebumen or Semarang. I often get lost every time a given intersection, because the trees are filled with similar hedges in several places.

Often the introduction so I go down, when I realized that it was Kutawinangun intersection. Several times I tried to remember the shape and atmosphere, but still I failed and disoriented every time I wanted to visit there.

Even the few times there, in the renovation of the bridge so that makes me more and more difficult to ensure his place and remained disoriented every time you try to remember no matter how hard way. It was then I realized as I was one of the weaknesses in the given place.

From the bridge on a street corner that is adjacent to the creek there is the descent into the rice field with the long edge of a small river with irrigation rather rocky and dusty road.

That's why when I called the nearby towns and villages could be true could be wrong. Because contrast asphalt slippery road conditions and so declined slightly turn into a dusty village streets and ugly, with a row of simple but adequate houses, house nearly all resemble a house like the house joglo Saur Sepuh joglo in the soap opera, with a uniform row of the home page is made from trees green.

Most of the houses are made of half-board and half-of lightweight concrete with barred windows and the glass timber casement bars become his trademark are quite a lot in some places.

Some homes are equipped with a pool and most of the owners living as farmers and keepers of freshwater fish such as tilapia that can be large and even harvest it in a unique and unusual (I would later tell his own in another part of the story).

Once I started to imagine Kutawinangun and aunt's house, I was immediately impressed her kitchen. I can still clearly remember a few that never cracked from my memory. The left side of the house has a door that is connected directly to the kitchen, with a small alley and then go straight into a little room with the right area can be directly out into the garden sweet on the right side. While at the front of the kitchen is a room with a cloth cover that usually I use to pray. Room size is 3 times 4 with a window that is directly connected to the right side of the house with wooden bars on the windows and dark-colored cloth cover is always uncovered every time the wind blew a bit harder hit enter, the only fresh air that made the room a little cooler.

While the side I can not remember but it's the middle of a limit space directly connected to the super spacious living room in the house with two parts of the living room contains a few simple couch of bamboo.

One section on the left and the other just opposite. But the right-most often we use for a gathering place and joking.

About the kitchen, I could tell that the kitchen floor carpet seluruhn consists of a hardened piece of clay because it is often applied, thus making it a permanent slippery as part of natural ceramics. I do not remember if I had to wear flip through it every time because the floor is different from the living room floor. But I remember every time I pray I can not use the floor I have to go up into the bed that I use as a place of my prayers.

And unique among the large room in just a rectangular table is brown wood without paint, with some drawers on either side, with a few chairs as seats in school, slat-back without armrests.

And of the many fine clay surface, at the bottom there are some holes, which was originally thought was an open ground or similar nesting reptiles, proved to be inhabited by a bunch of little white rabbit and the gray-abau. Apparently my aunt did not just let the rabbit roam but also nest and breed so much fill the entire bottom with a collection of small rabbits. I only realized later when the room became quiet after dinner and a collection of the rabbits began to roam between rooms are small white and gray, so natural and stunning beauty.

I also realize that even then was almost all parts of the edge of space is also part of the holes are probably hiding interconnected maze, so that each one can run at the bottom of the ground almost to all parts of space. If entering from the left edge can appear on the right and so on.

I can not tell because of the size and color of rabbit is almost uniformly white and gray with bright red eye color. And the rabbit has become a family, because his life is expecting feedback from the rest of the crumbs and clumps around the house.

Some are large, perhaps parent couples. While some very small, perhaps the new puppies born in the dining room.

According to their aunt had been part of the family for a long time, I can not remember when exactly when the first since it was built aunt kitchen, since it did the rabbit go into the house. Perhaps that is what causes the aunt never replace the kitchen floor with cement to keep the whole family lives under the floor that has become part of the family home family Kutawinangun

Rabu, 20 Juni 2012

Baju Capung; Dragonfly Shirt

Hal teraneh yang pernah aku buat dengan capung adalah menangkapnya dengan batang lidi yang ujungnya dilumuri getah nangka yang aku dapat dengan cara memotong bagian tangkai daun dan getah di pangkalnya dibiarkan sedikit mengering, barulah dibalutkan di ujung lidi untuk jadi perangkap mematikan!.

Capung bakal lengket cukup dengan sedikit getah , kebanyakan getah malah jadi berantakan sayapnya. Karena yang kita mau cuma untuk permainan adu terbang, gantole ala capung. Menangkapnya cukup dengan mendekatkan capung ke jebakan, jangan lupa tahan nafas jadi tak ada gerakan yang mengganggu dan capung dengan cepat menempel, dan  dengan gerak cepat juga kita melepaskan sebelum sayapnya terbalut getah.

Capung lalu diberi baju, dari bahan koran atau kertas layang yang ringan, jadi masih tetap bisa terbang, mengepak sayap dengan beban sedikit berat dari kertas, dan tak bisa terbang jauh. Lalu kami mengadu siapa terbang paling tinggi, paling jauh dan paling indah manuvernya. Begitulah berulang-ulang setiap kali dilepas harus dikejar beramai-ramai meskipun harus naik ke dahan pohon, karena seringkali capung-capung juga berusaha meloloskan diri dengan terbang ke bagian pucuk pohon yang tinggi.

Begitu bosan capung kami bebaskan dari baju mini dan melemparkannya jauh ke udara terbang bebas, meskipun nakal kami tak pernah dengan sengaja membunuhnya. Aku juga marah besar kalau ada teman yang sengaja memutus sayap agar dapat dengan mudah memasukan baju dari kertas.

Baju itu berbentuk persegi atau bulat tergantung kesukaan, dengan bagian tengah dilubangi setelah sebelumnya dilipat dua agar dapat lubang yang simetris, jangan lupa lubang jangan besar,pokoknya cukup untuk sayap bisa masuk tapi tak mudah keluar.

Jenis mainan ini tak lama, karena sedikit membosankan, paling juga  selingan sambil membuang waktu sebelum sampai ke pabrik padi di Wanayasa. Tapi sayangnya banyak capung yang ketika dibebaskan tak bisa ditangkap lagi, jadilah ada capung yang terlanjur masih pakai baju mini terbang kesana kemari, namun anehnya malah jadi bahan lelucon kami. Dasar anak-anak!

Mini Dragonfly Shirt
by hans-acehdigest


The weirdest thing I ever made for dragonfly was caught with a rod whose ends are covered with a stick, jackfruit sap that I can by cutting the petiole sap at the base and allowed to dry slightly, then wrapped the end of the stick to be a deadly trap!.

Dragonflies will be quite a bit sticky sap, many sap even so messy wings. Because we want only to play shoot-flying, hang gliding style dragonfly. Close enough to catch a dragonfly into a trap, do not forget to hold the breath so no movement is distracting and dragonflies quickly attached, and with fast motion well before we release the wings wrapped in latex.

Dragonflies and given clothing, paper or paper made from a lightweight kite, so it can still fly, flapping wings with a little heavy loads of paper, and can not fly away. Then we complain who flew highest, most remote and most beautiful maneuver. That is repeated every time the release to pursue a gang although it should be up on the branch, as well as dragonflies often tried to escape by flying to the tops of tall trees.

So tired of our dragonfly release of a mini dress and threw it far into the air to fly free, although we never naughty deliberately killed. I was also furious if someone is accidentally cut off the wings to be able to easily enter the clothes of the paper.

Dress, rectangular or round depending on preferences, with the center hollowed out after previously folded in half to a symmetrical hole, do not forget to do a big hole, just enough for the wing easy to get in but not out.

These types of toys soon, because a little boring, most are also a distraction while wasting time before getting to the rice mill in Wanayasa. But unfortunately a lot of dragonflies that when released can not be arrested again, be there already dragonfly still wear mini flying to and fro, but oddly enough we even become a joke. These kids

Rumah dan Isinya; Home and contents

Yang kumaksud adalah semua koleksi unik didalamnya. Ketika belum dikenal galon, kakek ternyata telah memiliki galon kaca berjumlah puluhan yang entah di dapat darimana dan diperuntukkan untuk apa. Galon kaca itu disimpan di lantai dua, dibiarkan terbuka terbakar matahari dan jika hujan sebagian galon akan berisi air dan menyebabkan sebagiannya berlumut karena air yang masuk ke dalam galon tergenang cukup lama dan matahari kemudian menyuburkan ganggang yang berada dalam galon kaca itu.

Piring-piring keramik juga cukup banyak memenuhi lemari kuno yang juga dijadikan pajangan televisi di ruang tamu utama yang berbentuk perahu raksasa. piring-piring itu memenuhi hampir seluruh bagian rak bawah, dengan sedikit bagian kaca sehingga deretan koleksi piring keramik kuno itu bisa sedikit terlihat dari luar.

Kakek juga memiliki koleksi kesukaanku, yang pada akhirnya juga aku rusakkan, karena aku tak memahami bahwa bagian belakang radio transistor raksasa itu berisi, tabung transistor yang sangat rapuh dan mudah pecah dan sialnya lagi barang itu tak lagi diproduksi pada masa itu, sehingga jika rusak maka tak akan ada lagi suku cadang penggantinya. Maka radio transistor super besar itu pada akhirnya hanya menjadi meja pajang di bagian rumah belakang dan diatasnya diletakkan radio transistor baru yang dibeli kakek sebagai pengganti radio lama, dan menjadi hiburannya di kala malam ketika membersihkan halaman dengan memilih setelah siaran wayang kulit atau wayang orang, yang seolah-olah dapat dinikmati  visualnya. Karena radio transistor itu pulalah, televisi di rumah menjadi tontonan yang tidak menarik ditambah tak ada anggota keluarga lain yang tertarik untuk menonton televisi kecuali "Dunia Dalam Berita" , klop dengan aturan larangan menonton yang selalu diributkan oleh ibuku, jika malam belajar, belajar, belajar dan tak ada nonton televisi, akibatnya aku menjadi penggila televisi liar yang selalu harus kupuaskan dengan menonton tivi di rumah tetangga, jika tidak dirumah pak haji yang terbatas waktunya cuma hingga sore hari, maka aku main hingga larut malam dan terpaksa harus kucing-kucingan di rumah subekti di deretan toko dekat jalan Kolopaking.

Rumah itu juga punya koleksi, sebenarnya sih bukan koleksi, tapi bisa disebut barang rongsokan, tapi bukan barang sembarangan karena ini jenis mobil mewah pada masanya dulu. Karena kakek berbisnis barang daur ulang berbahan baku karet, sehingga kadang-kadang mendapatkan bukan cuma ban mobil tapi dengan mobilnya sekalian, menurut kakek mobil bisa dimanfaatkan bagian per bagian. tapi entah kenapa khusus yang satu ini mobil itu dibiarkan untuk waktu yang lama dibiarkan utuh. Aku menyukainya setengah mati, karena aku bisa langsung bermain mobil-mobilan dengan mobil asli, holden lagi. Mungkin tak akan ada duanya karena jenis mobil ini memang langka.

Home and contents
by hans-acehdigest

I mean all the unique collection in it. When the unknown gallon, grandfather turned out to have had tens of gallons of glass that can be either on where and destined for nothing. Gallon glass was deposited on the second floor, left open burning sun and if the rain will contain most of gallons of water and caused in part because of mossy water into gallons of stagnant long enough and the sun and fertilize algae in glass gallon.

Ceramic plates is also enough to meet the old cabinets are also used as a display of the main television in the living room in the form of a giant boat. plates that meet almost every part of the bottom shelf, with a bit of the glass so that the rows of a collection of ancient ceramic plates that can be slightly visible from the outside.

Also has a collection of my favorite grandfather, who in turn also I rusakkan, because I do not understand that the back of the giant transistor radio shows, tube transistors that are very fragile and easily broken again and unfortunately it is no longer manufactured goods at the time, so if it breaks then there will be no replacement parts. Then the transistor radio was super great in the end only a counter at the back of the house and laid on top of a new transistor radio that my grandfather bought as a replacement for the old radio, and a consolation in times of night when the cleaning page by selecting the broadcast shadow puppets or wayang people, who as if to enjoy the visual. Because the transistor radio that also, television in the home becomes an unattractive spectacle plus there was no other family members who are interested to watch television except for "The World In The News", fit the rules that ban watching my mother always fuss, if the night studying, learning, learning and no watching television, television as a result I became a wild enthusiast who always have to kupuaskan by watching a television at a neighbor's house, if not at home pack pilgrimage limited time only until late afternoon, so I was playing late into the night and forced to cat and mouse in the house subekti in a row of shops near the Kolopaking.

The house also has a collection, actually, not a collection, but it could be called a junkyard, but not things haphazardly as this type of luxury cars in his time first. Because grandparents do business goods made from recycled rubber, so that sometimes get not just tires but with all the car, the car can be utilized by grandparents parts. but somehow this one particular car was left for a long time is left intact. I love it to death, because I can just play with the cars original car, holden again. May not be second to none because this is a rare type of car.

Dapur Aneh? Weird Kitchen?

Dapurnya berbentuk ruangan kecil, mungkin lebih tepat jika disebut gudang. Aku tak tahu persis mengapa kakek dan nenek tak melengkapi dapurnya dengan sesuatu yang menarik sebagai sebuah dapur. Padahal nenek kemudian juga berbisnis warung nasi pada akhirnya. Tapi tetap saja dapur itu tak banyak berubah kecuali bertambah banyak alat dapurnya. Bagian belakang dapur langsung berbatas dengan kamar tante muhibah, sementara bagian depannya berbatas dengan sebuah mobil sejenis lamborgini berwarna hitam yang sangat menawan. dan dalam hidupku kemudian aku menyesalkan hilangnya mobil itu menjadi barang rongsokan tak berharga sama sekali.

Aku pernah bereksperimen di dapur aneh itu, untuk memasak mie instant, kejadiannya  justru aku dimarahi habis-habisan, karena dianggap main api. Aku cuma ingin sedikit membantu ibuku, mencoba memasak dan berharap akan sedikit meringankan beban ibuku tanpa perlu merengek untuk minta dimasakkan, ternyata malah sebaliknya.

Ada benarnya barangkali, karena jika terbakar bukan cuma dapur yang akan ludes terbakar, tapi juga seluruh bagian kamar tante, dan terutama rumah tetangga sebelah karena bagian dinding samping dapur langsung berbatas dengan dinding rumah tetangga yang beratap genteng.

Tentang dapur itu, anehnya aku tak pernah bisa mengingat dengan baik, bagaimana prosesi nenek memasak atau ibuku memasak untuk anak-anaknya, apakah memang benar mereka menggunakan dapur itu atau ada bagian lain dari rumah yang dapat dimanfaatkan untuk urusan masak-memasak. Setahuku masakan selalu sudah siap saji, bisa jadi karena sebagai anak laki-laki aku terlalu dimanjakan, maksudku itu pula yang menyebabkan aku tak pernah begitu peduli pada proses tapi pada hasil. Baik Kakek atau nenek dan mungkin juga ibu membiarkanku banyak main. Tepatnya aku yang berinisiatif untuk selalu bermain dan berusaha untuk tak berlama-lama di rumah.

Kisah dapur itu adalah kisah dua generasi di masaku, nenek, ibu dan tanteku. Selanjutnya aku tak tahu persis apakah dapur itu masih berfungsi dengan baik sebagai dapur atau malah menjadi gudang?. entahlah!.

Weird Kitchen?
by hans-acehdigest


shaped kitchen was a small room, perhaps more accurately called the warehouse. I do not know exactly why the grandparents did not equip the kitchen with something interesting as a kitchen. Though grandmothers rice stall then also do business in the end. But still, the kitchen was not much change except to grow a lot of kitchen tools. The back of the kitchen directly adjacent with auntie room goodwill, while the front is adjacent to a car with a black lamborgini very charming. and in my life and I regret the loss of the car becomes worthless junk at all.

I've experimented in the kitchen it's strange, to cook instant noodles, it happened I yelled it out, because they are playing with fire. I just want a little help my mother, trying to cook and hopes to slightly ease the burden of my mother without the need to whine to ask cooked, it turns out opposite.

There's probably true, because if the fire is not just a kitchen that will be sold on fire, but also throughout the room aunt, and especially the house next door neighbor because of the side wall of the kitchen directly adjacent with a neighbor's wall tile-roofed houses.

On the kitchen was, oddly enough I can never remember it well, how the procession grandmother or my mother's cooking cooking for children, whether it is true that they use the kitchen or any other part of the house that can be used for cooking affairs. As far as food is always readily available, it could be because as a boy I was too spoiled, I mean that is what cause I never really care about the process but on results. Both the grandfather or grandmother and mother may also let a lot of play. I am exactly who took the initiative to always play and try not to linger in the house.

The story of the kitchen is the story of two generations in my day, grandmother, mother and aunt. Furthermore I do not know exactly whether the kitchen was still functioning well as a kitchen or even a barn?. I do not know!.

Desain; Drawing designs

Hal lain yang hampir selalu menyita perhatianku selain bermain adalah menggambar. Aku menyukai gambar bentuk, mungkin desain produk barangkali. Aku menyukai bentuk persegi panjang kotak rinso di edisi awal kemunculan produk itu, maksudku di masa kecilku karena produk olahan unilever itu pastilah jauh lebih tua dari umurku.

Aku juga suka memperhatikan berbagai bentuk benda, seperti kotak atau bungkus rokok sintren milik kakek, atau gambar kotak korek dengan beragam gambar yang menarik. Aku bahkan selalu berusaha menggambarnya sebisa mungkin seperti aslinya, bahkan aku berusaha meniru gambar bayangannya. Menurutku itu artistik, gradasi warna hitam putih menarik hatiku sejak kecil, barangkali itu pulalah yang kemudian menyebabkan aku menyukai media pensil dan sketsa dengan goresan garis yang sederhana tapi memberikan kedalaman makna pada gambar yang mendapatkan sentuhan garis-garis sederhana itu.

Gambar sudah sejak lama menjadi bagian dari suasana hatiku, aku bebas mencurahkan segala bentuk keluh kesah pada gambar itu, tapi tidak di kertas, justru di papan tulis besar yang terpajang di depan ruang tamu atau beranda rumah tokoku. Menurut amatanku bakat itu mengalir dari ayahku persisnya begitu, sedangkan kakek meskipun selalu bekerja dengan penuh ketekunan dan ketelitian namun tidak dalam kesempatan untuk menggambar, tapi untuk mereparasi jam sebagai keahlian yang entah darimana ditemukannya, namun membutuhkan tidak saja kejelian tapi juga ketekunan yang mendalam. Minatnya pada beragam bentuk arloji dan jam dinding yang sebagiannya dikoleksi menunjukkan minatnya pada seni bentuk, tidak untuk digambarkannya, tapi untuk dinikmati keberadaan rasa seninya. Aku pikir darah seni itu juga pastilah mengalir dari sana.

Berbeda dengan aku, adik-adikku ketika kecil tak kuketahui dengan pasti minatnya, terutama dalam soal menggambar, sehingga setahuku ibu hanya bisa membanggakanku untuk semua jenis gambar yang biasanya aku ekspresikan di setiap buku catatanku, tak peduli matematika, IPA atau buku praktikum, apalagi untuk pelajaran menggambar, aku selalu mendapat nilai yang lebih dari cukup bahkan memuaskan.

namun waktu berganti dan kenyataan berbalik, aku menjadi tak begitu meminati gambar, tapi adikku justru kerja di spesialisasi gambar terutama desain interior, komik dan kartun. gambarnya sangat menawan, jauh meninggalkanku tanpa perlawanan sedikitpun. Pada akhirnya aku mengalah dan kupikir, menulis menjadi sesuatu yang menarik dan penuh tantangan juga, maka mulailah aku menulis!.

Drawing Designs
by hans-acehdigest

Another thing that is almost always caught my eye in addition to playing the drawing. I like the picture of the form, may perhaps product design. I love the rectangular box in the early edition Rinso product appearance, I mean in my childhood because of Unilever's products processed must be much older than I am.

I also like to consider a variety of shapes, such as boxes or packs of cigarettes sintren's grandfather, or a picture box of matches with a variety of interesting pictures. I always try to draw even as much as possible like the original, I even tried to imitate the shadow image. I think it's artistic, black and white shades appeal to me as a child, then perhaps that's what made me like the media with the stroke of a pencil and sketch a simple line but it gives a depth of meaning to the images that have a touch of simple lines.

Images have long been part of my mood, I was free to devote all forms of complaints on the picture, but not on paper, it big on the board displayed in the living room or front porch of my shop. According to the observations I was running from my father's talent is so exact, whereas grandparents while always working with great diligence and accuracy but not the opportunity to draw, but to repair the clock as the discovery of the expertise out of nowhere, but it requires not only foresight but also the persistence of deep. His interest in diverse forms of watches and clocks are partially collected showing interest on art form, not to describe, but to enjoy the presence of his artistic taste. I think it's also the art of blood must flow from there.

In contrast to me, my brother and sister as a child I did not know for sure his interest, especially in the matter of drawing, so far as the mother can only be proud of for all types of images that I normally expressed in any notebook, regardless of math, science or lab book, especially for drawing lessons, I always get a value that is more than enough to satisfy even.

but the time change and the reality turned, I was not really interested in drawing, but my brother actually work in interior design specializing in particular drawing, comics and cartoons. very charming picture, far left me without the slightest resistance. In the end I gave in and I thought, write into something interesting and challenging as well, then I start writing!

Klapertart Tape; Klapertart Cake

Toko roti itu berada persis di tengah kota, di sebelah kiri tugu lawet menghadap langsung ke utara. Sebuah etalase kaca berada di pintu masuk dan deretan kue salah satunya klapertart berada dalam pajangan itu. Aku tak ingat apakah kue itu memang menjadi menu sehari-hari atau hanya khusus ada di hari tertentu di setiap minggunya, bisa jadi salah bisa juga benar. Karena yang bisa mengingatnya dengan tepat pastilah tanteku jika memang begitu halnya, karena tante akan mengajakku ke toko itu hampir setiap kali ada waktu dan pastinya tahu benar kapan kue itu ada di pajangan dan kemudian mampir kesana membelikanku kue itu.

Kenapa tante harus membelinya setiap kali jalan-jalan, sebenarnya lebih karena permintaanku, setiap kali diberi penawaran aku cuma bisa mengingatnya kue yang satu itu, makanya tante cuma tahu aku suka dengan yang satu itu. Tapi kue itu seperti menjadi makanan kebangsaanku pada akhirnya, karena jika untuk sekian lama aku tak menemukannya aku akan mencari dan mencarinya lagi. Bahkan untuk waktu yang panjang setelahnya, aku masih bisa mengingatnya dengan baik, meskipun waktu dan kisah sudah berjalan begitu jauh meninggalkan masa lalu.

Kue itu berbentuk jajaran genjang, hampir mirip kue ade hanya saja berbahan baku tape dengan adonan tepung barangkali, bukanya ubi. Aku baru bisa mengingatnya lagi ketika tak sengaja membeli buku berisi kumpulan resep klapertart, untungnya buku itu tak mengecewakan, dicetak dengan edisi luks hard cover, aku tidak sekedar ingin menyimpannya sebagai buku, tapi juga sebagai kenangan dari masa laluku.

Kue itu mewah menurutku, aku bahkan jarang memakannya jika bukan karena dibelikan tante, di lain waktu aku hampir tak punya peluang dan kesempatan untuk menikmatinya, apalagi dengan ibuku. Ibuku mungkin tahu benar aku menyukai kue itu hanya saja karena faktor keuangan yang menghalangi ibuku memanjakanku dengan membelikannya kue itu. Dan ibu cuma bisa membiarkan dengan perasaan yang tak bisa kutebak, ketika tante mengajakku jalan dengan menjanjikan akan membelikan kue itu untukku.

Klapertart Cake
by hans-acehdigest

Bakery is located right in the middle of town, on the left pillar Lawet facing directly north. A glass display case at the entrance and a row of one of them klapertart cake in the display. I do not remember if the cake has become the daily menu, or just special in a certain day in every week, it could be wrong it could be true. Because who can remember exactly when it was my aunt must have been the case, because the aunt would take me to the store almost every time there is a time and must know when the cake is on display and then it stopped there to buy me a cake.


Why aunt have to buy every time the streets, actually more because of my request, each time given the offer, I can only remember the cake on that one, so aunt just knew I liked that one. But the cake was like a my national food in the end, as if for so long I do not find it I'll look and look again. Even for a long time afterwards, I can still remember it well, although the time and the story is going so far left of the past.

Parallelogram-shaped cake, almost like a cake ade only tape with dough made from flour perhaps, open it sweet. I could only remember it when it was accidentally buy the book contains a collection of recipes klapertart, fortunately it did not disappoint, printed with luxury hard cover edition, I do not just want to keep it as a book, but also the memories of my past.

I think the cake was a luxury I rarely even eat it if it were not for aunt bought, at other times I almost had no chance and the opportunity to enjoy it, especially with my mother. My mother probably knows that I love cake just because of financial factors that impede my mother spoiled me to buy him the cake. And the mother just let the feelings that can not guess, when the aunt took me by promising to buy the cake for me

Penculik dan Brug; Kidnappers and Brug

Apa hubungannya ya?. Tapi di masa kecilku dulu cerita ini menjadi bagian yang paling menarik dari kisah dan petualangan anak-anak. karena selain menakutkan, kisah ini dibumbui dengan berbagai kengerian yang membuat anak-anak jadi enggan main di sawah utara, terutama di brug yang berada di tengah jalan sepanjang satu kilometer menuju pabrik padi.

Menurut pengakuan para orang tua, tapi aku lebih senang menyebutnya sebagai cerita atau dongeng, karena kami curiga para orang tua menceritakan kisah ini karena ketakutan pada ulah kami yang keterlaluan ketika bermain di brug dan tak bisa dihalangi oleh siapapun, maka mereka mengarang cerita horor agar kami tak lagi mendekati brug yang berbahaya, karena bisa saja kita jatuh ke bawahnya yang dipenuhi bebatuan. Karena brug itu di buat dari kepingan batu gunung yang direkat semen dengan bagian luar batu bertonjolan keluar dan bisa menjadi tempat untuk didaki oleh anak-anak yang sedang berada di bagian bawah parit untuk memanjat ke atas.

Bagian brug yang dicor semen, katanya berisi anak-anak yang diculik yang digunakan para pembuat brug sebagai penolak bala. entah siapa yang mengganggu, barangkali, lagi-lagi para penunggu sawah atau jin yang bisa mengganggu proyek agar tidak gagal, sehingga harus mengorbankan anak-anak menjadi tumbal persembahan bagi para jin itu. Menurut aku ketika besar kemudian, sebenarnya sesajian itu diperlukan karena para kontraktor bersaing untuk memenangkan tender proyek dan mereka melakukan apapun untuk mendapatkan proyek dan memenangkan tender tadi sebelum direbut pesaing lain.

Begitulah cerita yang berkembang luas dan kami dengar hampir setiap hari terutama ketika kami hendak main ke brug dan para orang tua kuatir jika bukan penculik yang mengambil kami dan menjadikan kami tumbal, kami dapat saja di hari sial dan naas jatuh ke bawah jembatan yang berbatu dan berbahaya.

Bisa dibayangkan jika brug itu berukuran sangat besar, dengan diameter hingga puluhan meter, berapa banyak tumbal yang dibutuhkan untuk memuaskan para penunggu dan pengganggu yang harus dijanjikan tumbal?.

Kidnappers and Brug
by hans-acehdigest

What to do huh?. But in this story from my childhood to be the most interesting part of the story and adventures of the children. because in addition to daunting, the story is peppered with the horrors that made the kids so reluctant to play in the northern fields, especially in the Brug in the middle of the road along the one kilometer to the rice plant.

According to the parents, but I prefer to call it a story or tale, because we suspect the parents tell this story because we fear the act of going too far when playing in the Brug, and not be hindered by anyone, then they are making up horror stories for us Brug is no longer a dangerous approach, because we may fall into the rock-strewn bottom. Because Brug was made of volcanic rock fragments are bonded to the exterior of the stone cement bulging out and be a place to climb oleha children who were in the bottom of the trench to climb to the top.

Brug is casted parts cement, he said, contains the abducted children are used as a repellent makers Brug reinforcements. God knows who is annoying, perhaps was again the fields or guardian genie that can interfere with the project so as not to fail, so it had to sacrifice the children become casualties of offerings for the genie. I think when big then, the actual offerings were necessary because of the competing contractor won the tender for the project and they do anything to get the project and won the tender was won before the other competitors.

That story is a widespread and we hear almost every day, especially when we want to play to the Brug and parents worry if not the kidnappers who took us and makes us a scapegoat, we can just unlucky and ill-fated day the bridge fell into the rocky and dangerous .

It is conceivable if Brug was very large, with diameters up to tens of meters, how many casualties of that required to satisfy the gatekeepers and victimizing bullies who have been promised?

Padi Sawah Wetan 2, Northern lowland rice

Jalanannya memanjang kurang lebih satu kilometer, menuju arah utara dari tikungan tepat disebelah kiri rumahku. sepanjang jalan itu dipenuhi pepohonan trembesi dengan buah panjang berbiji yang berwarna kehitaman menggantung bertebaran di sekujur dahan dan flamboyan yang bunganya merah membara ketika musim semi tiba.

Hamparan sepanjang jalan seperti ditaburi bunga layaknya jalan para raja. Setiap kali mobil melintas bunganya berhamburan bercampur debu jalanan, sebagiannya beterbangan ke sawah, sebagiannya lagi masuk ke parit kecil dipinggiran sawah yang menjadi sumber irigasi. Bunga merah akan berkumpul di setiap sumbatan di dekat brug atau pembatas jembatan terbuat dari bilah batu besar yang direkat semen. Biasanya kami duduk mengamati, melihat air tertutup merah flamboyan, berputar seperti gasing karena tertahan dahan dan sampah dari parit di pinggiran kota yang sampahnya juga bertemu di tempat yang sama.

Seperti menari, kemudian hancur berhamburan dan masuk kedalam brug, kemudian dengan cepat kami juga akan berpindah dari ujung yang satu ke ujung brug yang lain untuk melihat kemana gerangan kumpulan kelopak bunga merah itu berlarian.

Bagi kami kesederhaan seperti itu menjadi kegembiraan yang menarik, apalagi ketika kami masuk kedalam parit memburu ikan kepala timah yang menari-nari di pinggiran irigasi meminta kami turun dan memburunya dan pulang dengan baju kotor bahkan compang-camping tersobek ilalang di pinggiran irigasi. Ditambah dengan kegembiraan memainkan layangan dengan angin kencang yang tak pernah meminta kami berhenti. Barulah ketika langit merah senja dan kumandang azan bergema dari mesjid agung kebumen, kami bergegas pulang dengan hati dan perasaan was-was, karena pastinya ibu sudah menunggu di balik pintu dengan alat pukulan yang siap menyambut kebandelan dan ketidakpatuhan kami. Tapi itu juga tak pernah membuat kami jera.

Sawah utara, jalanan, pepohonan, sawah, irigasi, belut, layangan, dan lumpur padi adalah "mainan", wahana kehidupan kami yang membuat kami layak disebut kanak-kanak, karena tak pernah peduli bahaya, kotor dan makian dari siapapun yang tak sepaham dengan kegembiraan kami.

Baiklah, kembali ke jalanan di sawah utara, biasanya kami bersepakat dengan banyak teman, tak peduli laki-laki dan perempuan. Lalu bersama-sama, berlarian, bersepeda satu dua, terutama yang perempuan. Jarak satu kilometer tak terasa jauh sama sekali, begitu deretan cemara sudah mulai nampak di kejauhan, kami bahkan akan saling berlomba saling mendahului untuk sampai kesana.

Pintu gerbangnya kokoh dari besi tempa dengan sebuah posko penjaga keamanan yang selalu kosong melompong. Didepannya terhampar lapangan dari semen cor halus dengan sebuah tiang bendera ditengahnya. dan dibelakangnya berupa deretan bangunan dengan kaca hitam, sesekali kami berpikir pastilah ada yang mengawasi kami dari kejauhan, karena kami tak dianggap mengganggu apapun, mereka tak perlu keluar dari ruang berkaca hitam untuk berteriak meminta kami pulang, kecuali sebuah kertas pengumuman di dekat pintu masuk dekat ruang penyimpanan kendaraan yang harus kami ingat dan waspadai, terutama tentang bahaya sekam panas yang bisa menjerumuskan kami kedalam bara yang menyala didalam gunungan sekam baru yang kekuningan dan di dekat cerobong berwarna putih sperti salju.

Kami bahkan sempat berpikir ruang berkaca gelap itulah yang membuat kami merasa angker, karena pastilah dihuni oleh hantu-hantu atau dedemit penunggu Kilang Padi Wanayasa itu. Belum lagi tentang kisah anak-anak yang ceroboh dan mengalami kecelakaan masuk ke dalam sekam yang membara dan akhirnya tak tertolong dan barangkali arwahnya masih bergentanyangan di sekitar kilang padi itu tak mau pergi, bahkan mungkin selalu bermain-main bersama kami setiap kali kami kesana. Karena barangkali juga mereka masih anak-anak, meskipun tak di dunia yang sama tetap saja berkawan dengan kami yang masih anak-anak. Barangkali itu pula yang menjadi magnet kami tetap ingin kesana, karena meskipun terkenal angker, terutama di bagian parit samping di sebelah utara mendekati bagian belakang bangunan, namun karena dingin, luas dan memiliki hamparan semen tempat jemuran yang bisa kami gunakan untuk banyak permainan maka jadilah tempat itu salah satu favorit kami.

ketika bosan kami akan berlarian ke dalam kilang, melalui pintu masuk satu-satunya dari gudang kendaraan. Di gudang itu, biasanya menjadi tempat petak umpet yang seru, dan deretan truk tangki menjadi tempat bersembunyi yang menarik lain dari tempat lain. Kamu bisa menyusup ke bagian belakang truk, atau bergantungan di bagian belakang yang memiliki tangga menuju ke atas tangki. Dengan catatan cukup di bagian belakang, karena jika ke atas selain mudah ketahuan kamu bisa berpeluang jatuh ke dalam lubang pengisian bahan bakar. Di hari yang tak bisa kuingat dengan persis karena aku tak hanya main di hari libur, aku ikutan main petak umpet, aku berusaha bergerak lincah dan cepat karena aku tak lagi anak bawang meskipun aku kelas satu SD. Ketika aku bingung memilih bagian mana yang akan menjadi tempat persembunyian akhirnya dalam kondisi darurat karena hitungan penjaga petak umpet mendekati sepuluh, maka secepat kilat aku melompat ke bagian samping truk di dekat tangki solar, nah disinilah musibah besar itu terjadi. Aku akan tetap bisa mengingatnya karena bekas luka yang cukup dalam dan parah masih tertinggal sampai aku besar kemudian.

Lutut kaki kananku tak sengaja menghantam bagian bagian pinggiran tangki solar, karena bagian tengah itu berupa sambungan dengan bagian yang agak tipis dan menjorok keluar maka dengan tepat lututku beradu, awalnya aku merasakan kesakitan yang tiada tara, tapi sesaat kemudian semuanya tak aku ketahui sama sekali bagaimana ceritanya, karena aku jatuh pingsan dengan pendarahan yang luar biasa yang membuatku kemudian hampir tak bisa berjalan untuk beberapa waktu lamanya. Luka itu tepat berada di bagian ujung lututku dengan luka mengangga di awal kejadian dan menjadi bagian bekas luka yang sedikit menonjol ketika sembuh. Dan setiap kali aku melihat luka itu, aku mengingat semua teman, sawah utara dan kilang padi angker yang menjadi tempat favorit kami. Entahlah bagaimana kondisinya kini, mungkin di satu waktu aku akan melihatnya lagi, setelah di kunjungan pertamaku di tahun 1998 aku gagal mengunjunginya.

Northern lowland rice
by hans-acehdigest


The road extends approximately one kilometer, heading north from the right corner on the left side of my house. along the street was filled with fruit trees tamarind seeds are colored black long hanging branches scattered all over the flamboyant and fiery red flowers when spring arrives.

Along a stretch of road as the road is paved like a flower of kings. Every time a car drove by scattering flowers mixed with road dust, some flying to the fields, partly into a small trench sidelines fields become a source of irrigation. The red flowers gathered in close to each blockage or restriction Brug bridge made of large stone blade was fused cement. Usually we sit watching, see the enclosed water flamboyant red, spinning like a top because it was blocked branches and debris from the ditch on the outskirts of the waste also met in the same place.

Like dancing, then crushed and scattered into the Brug, and then we will quickly move from one end to the other end of the Brug to see where the hell is a collection of red flower petals running.

For us the joy of simplicity as it becomes attractive, especially when we get into the trenches to hunt fish tin head dancing on the edge of irrigation have us go down and hunt and come home with dirty clothes and even ragged edges torn weeds in irrigation. Coupled with the excitement of playing kite with strong winds that never asked us to stop. It was only when the red evening sky and echoing call to prayer echoes from the great mosque Kebumen, we rushed home with a heart and feelings of anxiety, because the mother must have been waiting behind the door with a blow which is ready to welcome our obstinacy and disobedience. But it's also never made us wary.

Northern rice fields, roads, trees, rice fields, irrigation, eel, kites, mud and rice is a "toy", a vehicle for our lives that make us worthy to be called a child, because I never cared danger, dirty and insults from those who disagree with Our excitement.

Okay, back to the streets in the northern fields, we generally agree with a lot of friends, no matter men and women. Then together, running, cycling one or two, especially the women. Distance of one kilometer did not feel much at all, so a row of pine already visible in the distance, we will even compete with each other to get there ahead.

Solid gates of wrought iron with a security guard post which is always empty. In front lay the field of fine cast cement with a flagpole in the middle. and behind a row of buildings with dark glass, sometimes we think there must be watching us from a distance, since we could not be any bother, they do not have to come out of black glass to scream for us to go home, except for an announcement in the paper near the entrance near vehicle storage space that we should remember and be aware of, especially about the dangers of a hot chaff that could plunge us into a burning coal in the mountains of chaff new yellow and white near the chimney just as snow.

We even had time to think of space tinted windows that make us feel terrible, because it must be inhabited by ghosts or dedemit Wanayasa keeper Paddy's refinery. Not to mention the story of children who are careless and crashed into a smoldering husk and may finally broken and his spirit still bergentanyangan in rice plant would not go away, perhaps even always playing around with us every time we get there. Because perhaps they were children, though not in the same world still remains friends with our children. Perhaps it is also become a magnet we still want to go there, because even well-known haunted, especially in the ditch on the north side near the rear of the building, but due to the cold, vast expanse of cement and has a laundry that we could use for a lot of games then be the place it's one of our favorites.

when bored we would run into the refinery, through the only entrance of the warehouse vehicles. In the warehouse, it usually becomes a place of fun hide and seek, and a row of a tank truck into another interesting place to hide from other places. You could sneak into the back of the truck, or hanging on the back that has stairs leading to the top of the tank. With enough notes in the back, as if caught up easier than you could potentially fall into the pit refueling. On the day that I can not remember exactly because I do not just play on a holiday, I was playing hide and seek follow-up, I tried to move swiftly and quickly because I was no longer the underdog even though I was first grade. When I'm confused to choose which part will be the last hiding place in a state of emergency as a matter of hide and seek nearly ten guards, then as fast as I jumped to the side of the truck near the diesel tank, well this is where the big accident happened. I'll still be remembered as the scars were deep enough and are still lagging badly until I'm older then.

My right knee was accidentally hit the outskirts of the solar tank, because the center was a connection with the part that juts out a bit thin and then collided with the right knee, at first I felt the agony incomparable, but after a while all I do not know at all how story, because I fainted with remarkable hemorrhage and then almost made me unable to walk for some time. The cut was right in the end with the injured knee at the beginning mengangga events and become part of the slightly prominent scars when healed. And every time I saw the wound, I remember all the friends, paddy fields and refineries north of the armature of our favorite places. I do not know how it is now, perhaps at one time I would see him again, after my first visit in 1998 I failed

Kisah Andung, Fatal accident

cerita ini bukan tentang aku, tapi aku tak pernah bisa lupa yang satu ini, bisa jadi  ini untuk pertama kalinya aku melihat sesuatu yang fatal. Aku bahkan menjulukinya "penis tambalan", sejak peristiwa naas itu karena memang penisnya tersobek parah di kecelakaan fatal itu.

Kami berlima bergayutan di pohon waru di depan tungku pembakaran logam, pohon berdaun lebar dengan bunga kuning itu memang tumbuh tepat di pinggiran jalan tepat diseberang rumah yang ditinggali para penjaja es krem sorong alias es dung-dung, karena setiap kali penjaja lewat membunyikan sebuah benda berbentuk bulat dengan bagian tengah sedikit benjol yang biasa kami sebut dengan gong atau kenong kecil yang berbunyi dung-dung-dung setiap kali di pukul.

Pohon itu selalu menarik perhatian kami karena berdahan kuat dengan bagian batang besar pohon itu meliuk mendekati bagian permukaan air, apalagi jika air mengalir deras, kami bisa mengayunkan kaki menyentuh air, kemudian bergantian bergayutan. Namun di hari naas itu Andung kakak kelasku terjatuh, dan sialnya bagian bawah semak yang ditumbuhi bunga bersegi lima berwarna putih, baru saja dipangkas para pencari rumput untuk memudahkan memilah rumput, dan fatalnya lagi andung tepat jatuh diantara dahan yang sedang dalam keadaan terpotong, maka tak disangka oleh siapapun "anunya" terluka sayat yang cukup membuat aku tak sanggup makan selama beberapa hari.

Aku tak ingat kemudian bagaimana proses pertolongannya, dalam keadaan terluka parah, dibawa kerumah sakit terdekat dengan becak yang melintas di pinggiran jalan, dan seminggu kemudian kami sudah mendapatinya di rumah mengenakan sarung seperti habis sunat, dengan beberapa jahitan dibagian yang aku ceritakan tadi. Dan sejak itu pula resmilah ia menyandang predikat "penis tambalan". begitulah dalam dunia anak-anak, sesuatu yang menyakitkan tetap saja bisa menjadi kegembiraan, bahkan di kemudian hari Andung membanggakan "anunya" yang tak biasa itu.

Fatal Accident
by hans-acehdigest

This story is not about me, but I can never forget this one, it could be this for the first time I saw something fatal. I even called him "penis patch", since the ill-fated because his penis was badly torn in the accident was fatal.

Bergayutan five of us in the hibiscus tree in front of the furnace metal, broad-leaved trees with yellow flowers that are grown right on the edge of the road just opposite the house occupied by an ice cream ice sliding aka dung-dung, because every time a vendor through a ring-shaped objects rounded to the center of the little bumps that we call a gong or a ring of small kenong dung-dung-dung at each time.

The tree was always attracted our attention due to the strong branchy trunk of the tree close to the curved surface of the water, especially if the water flowed freely, we can swing leg touches the water, then turns hanging. But on that fateful day Andung brother dropped my class, and unfortunately the bottom of an overgrown bush pentagonal white flowers, freshly mowed grass seekers to facilitate the sort of grass, and fatal falls among right again grandmother who was in a state branch cut, then no suspected by anyone "his goods" slice injured enough to make me unable to eat for several days.

I do not remember then how to process his help, the state was seriously injured, was taken to the hospital closest to a passing rickshaw on a side road, and a week later we find him at home wearing a sarong like it had been circumcised, with a few stitches section that I told you. And since then also on the record he bears the title of "penis patch". that's how the world of children, something that still can be painful joy, even in later life Andung boasts "his goods" are not unusual

Selasa, 19 Juni 2012

Batu Cincin, Stone Ring

Aneh, aku seperti terobsesi dengan cerita yang satu ini, sekalipun sebenarnya hampir mustahil aku mengalami kejadian ini. karena aku kenal betul bagaimana nakalnya anak-anak di stasiun. Mereka tak cuma dikenal kasar dan bandel, tapi juga sedikit kriminal. Kebiasaan melempari jendela kereta api dengan batu yang seringkali mengambil korban para penumpang yang tengah tertidur lelap dipinggiran jendela atau siapapun penumpang yang tengah berada di dekat jendela. Pecahan kaca bisa melukai mata dan muka.

Di setiap kesempatan setiap kali mengingt masa kecil antara percaya dan tidak, aku merasakan seperti pernah mengalami sebuah babak di masa kecilku. Aku pernah berkelahi dengan anak-anak rel kereta api.

Keseharianku meskipun tak sepenuhnya nakal, aku tak jarang berkelahi dengan teman sebayaku, terutama karena aku melindungi adik-adikku, atau karena persaingan permainan. Biasalah yang kalah tak terima dan berakhir dengan perkelahian kecil. Dua tiga hari kembali baikan, seperti tak pernah terjadi apa-apa.

Menurut ingatanku yang sedikit menipu, di hari peristiwa itu terjadi seperti biasa aku main di stasiun. Bagian rel dan bantalan kereta api berisi kumpulan kerikil kasar yang diambil dari sungai. Diantara kumpulan batu-batu itu kadang-kadang terdapat batu cantik, bening dan berwarna tertentu yang dicari juga oleh para pecinta batu cincin. Jadilah batu-batu cantik itu menjadi buruan, baik disengaja maupun tidak. maksudku, jika sesekali iseng melintas di sepanjang rel dan sambil mengamati batuan dan kebetulan menemukan batu cantik, tak ada salahnya membawa pulang.

Begitupun dengan aku. pagi itu aku menyusuri sepanjang rel kereta api, kuperkirakan sekilo lebih, karena jika terlalu jauh juga selain letih, lapar karena pagi belum sarapan dan panas matahari yang meninggi juga menambah haus tak tertahankan, sementara kami tak punya uang persediaan, kecuali dengan memanfaatkan air di kamar mandi stasiun. Sepanjang rel kami berusaha menemukan batu cantik, belakangan aku pikir untuk apa sebenarnya aku melakukan semua itu, karena toh aku tak pernah menjual batu cincin sebelumnya, atau katakanlah aku menemukan batu indah, tapi untuk apa, apa aku kemudian menyimpannya?.

Tapi di dalam kisahku aku tetap saja mencarinya, barangkali itu lebih didorong oleh rasa penasaran dari cerita orang tentang batu-batu indah yang bernilai jual tinggi, dan kemudian aku berharap menjadi salah satu orang yang beruntung menemukannya. Ketika itulah dalam perjalanan kami bertemu dengan kumpulan anak-anak stasiun kereta api, awalnya kami sama sekali tak menggubrisnya. Namun kemudian lagak dan gayanya mengesalkan dan ketika dipancing untuk kesekian kalinya, ditambah haus dan lapar, kami kemudian membalasnya dan terjadilah perkelahian itu. Aku tak kenal takut jika sudah dipancing, bahkan seingatku ketika aku kelas 3 SD aku berani melawan kakak kelasku di kelas 6 meskipun kalah pada akhirnya, setidaknya aku sempat mendaratkan pukulan diwajahnya yang pasti akan diingat sakitnya dan membuatnya jera untuk melawanku.

Dalam perkelahian itu aku  satu lawan satu, aku melawan mungkin pimpinan atau ketua genk, aku berusaha tak mengalah dan menyerah, itu juga yang kemudian membuat teman-temannya tiba-tiba melerai dan kemudian membiarkan kami main di wilayah kekuasaan mereka.

Tapi anehnya, aku merasa cuma bermimpi setiap kali mengingat kejadian yang satu ini, antara yakin dan tidak. Bisa jadi awalnya aku menceritakan kisah ini untuk menunjukkan bahwa aku pemberani, aku peduli dengan adik-adikku, dan setiap kali aku bercerita dengan anakku aku selalu menyelipkan kisah ini. Tapi begitupun terlepas dari benar tidaknya kisah ini, aku memang dikenal tak penakut ketika kecil, kecuali dengan hantu!.

Stone Ring
by hans-acehdigest


Strange, I was obsessed with a story like this one, though I actually almost impossible to experience this event. for I know well how naughty children at the station. They are not only known for rough and tough, but also a little criminal. Habit of throwing stones at a train window that often takes its toll of the passengers who were asleep sidelines passenger window or anyone who was near the window. Broken glass could injure the eyes and face.

On each occasion every time mengingt childhood between believing and not, I feel like have had a round in my childhood. I've fought with the children railroads.

My daily is not entirely bad though, I often fight with peers, especially since I melndungi my sisters, or because of the competition game. You know who did not accept defeat and ended with a minor scuffle. Two three days back better, such as had never happened.

According to my memory a bit deceptive, on the day it happened as usual I was playing at the station. Rail section and rail pads contain a collection of coarse gravel taken from rivers. Among a collection of stones that sometimes there is a beautiful stone, clear and colored tertantu also sought by lovers of stone rings. Be beautiful stones to be hunted, whether intentional or not. I mean, if occasionally passing fad along the rail and watching the rocks and by chance found a beautiful stone, it's worth bringing home.

Likewise with me. morning I walked along the railroad tracks, I figured a kilo more, because if too much is also in addition to fatigue, hunger since the morning before breakfast and a hot sun that rises also increase thirst unbearable, while we did not have the money stock, except with the use of water at room shower stations. Along the tracks we tried to find a beautiful stone, later I thought to what I actually do all of that, because after all I've never sold before the stone ring, or let's say I found a beautiful stone, but for what, what I then save it?.

But in the story I'm still looking for it, perhaps it is driven more by curiosity than the story of beautiful stones are high value, and then I hope to be one of the lucky person to find it. When that's the way we meet a collection of children's train station, initially we did not listen. But then the annoying mannerism and style and when provoked for the umpteenth time, plus the thirsty and hungry, we went back and a fight broke it. I do not know if it provoked fear, even as I recall when I was 3rd grade I was dared to fight against brother my class in grade 6 though defeated in the end, at least I could land a punch on her face that will surely remember the pain and make it a deterrent against me.

I was in a fight one on one, I might fight gang leader or chairman, I try not to give in and surrender, which was also later made friends suddenly broke it up and then let us play on their turf.

But strangely, I feel just a dream every time recall this one incident, the sure and did not. It may be that initially I was told this story to show that I'm brave, I care about my sisters, and every time I talked with my son I always put this story. But as did regardless of whether or not this story, I was not scared when the little known, except by a ghost

Stasiun Kereta Kebumen, The Railway Station

Lajurnya berisi kurang lebih empat atau enam rel yang meliuk saling memotong. Seperti saling bertabrakan. semula kupikir dengan rel model begitu kereta api akan saling bertabrakan. Tapi ternyata tidak. Petugas rel akan memberikan kode untuk setiap kereta yang lewat dan memindahkan setiap rel yang akan dilewati dengan sistem mekanis.

Rel itu rupanya tak sepenuhnya saling menempel, ada bagian yang terlepas yang bisa disatukan dengan cukup mempertemukan potongan-potongan bagian itu menjadi sebuah rel utuh. Jika sempat melihatnya terlihat seperti proses robotik yang menawan. Aku adalah peminat proses mekanis yang teratur seperti proses di pabrikasi.

Makanya proses pindah rel menjadi saat yang seru untuk dinikmati. Kesempatan itu agak langka karena tak setiap saat kita main ke stasiun, bertepatan dengan  masuknya jadwal kereta api datang dan menggunakan jalur yang seharusnya dilewati dengan cepat dan tetap berada di jalur yang sama sampai di tujuan.

Stasiun kereta api itu berjarak 5 kilo dari rumahku di Jalan kusuma 31. Di pinggiran relnya berderet bangunan peron berwarna krem dengan garis biru putih seperti seragam baju masinis. Diantara rel berisi kerikil dan bantalah kayu keras, tapi sekarang ini sudah diganti dengan batangan besi karena sulitnya mendapatkan kayu-kayu keras sebagai bantalan rel. Hampir setiap bagian stasiun dimanapun kita lihat punya "seragam" yang sama. Kecuali hanya ukuran peronnya yang berbeda. Di satu stasiun bisa muat 4 kereta api di tempat lain cuma dua rel, di stasiun model ini kesibukan pindah memindah rel saat jenis kereta api tertentu melintas menjadi pemandangan yang unik dan menarik. Karena dua rel harus dilintasi banyak kereta api untuk jalur yang berbeda-beda.

Deretan pinggiran rel dipenuhi dengan deretan kawat atau kabel yang ditopang besi penyangga kabel, bagian real dibedakan dengan bagian lain ditinggikan dengan menumpuk bagian rel dengan kerikil kasar. Bagian itu juga dipenuhi dengan rambu-rambu kereta yang berbentuk aneh, seperti tanda kali besar berisi arah penjuru lintasan kereta berwarna hitam.

Di dalam peron berisi deretan bangku panjang terbuat dari baja dan kayu keras, kusam dan berbau khas karena diduduki oleh beragam orang dengan bau yang bermacam ragam. Dengan sebuah jam bulat besar dan dindingnya dipenuhi tempelan daftar jadwal perjalanan dan pengumuman untuk berhati-hati dari copet yang bekerja ekstra cepat secepat laju kereta api berjalan, jika  dompet lepas maka lepas sudah harapan untuk mengambilnya kembali kecuali kita bisa dengan cermat menandai wajah si pencopet dan berharap di lain waktu bisa ketemu untuk menagihnya, tapi itupun hampir mustahil, mungkin satu diantara seribu yang berhasil.

Peron merupakan bangunan tua dengan tiang dan kayu penopang berukuran besar dengan tiang menjulang tinggi langsung ke atap, seringkali tanpa plafon. Jadi kita bisa melihat bagian atas atap dari bawah dengan jelas dan hampir semua peron dibangun sejak jaman penajajahan Belanda dulu. Rancangan itu rupanya tak sembarangan karena di rancang untuk tetap mempertahankan suasana tetap dingin di daerah tropis yang beriklim panas dan sedang dengan dua musim yang panjang-panjang per 6 bulanan, penghujan dan panas.

Dindingnya tebal hingga beberapa inchi, cukup untuk menahan gempuran bom yang dijatuhkan dari pesawat ketika perang dunia kedua. Di bagian atas depan gerbang digantung nama stasiun, dan dipinggirannya juga dipasang papan nama stasiun yang sama dengan ukuran lebih kecil, tapi tetap dengan les biru putih dengan huruf kapital yang besar berwarna hitam.

Dan untuk memisahkan bagian stasiun dengan bagian yang bisa dilintasi lalu lintas dari luar di tanam balok-balok baja sisa rel yang aus dan tak terpakai dengan dipajang memanjang menjadi pagar pembatas. Halamannya berkerikil dengan sedikit becek disana-sini dan areal itu dijadikan tempat mangkal para penarik becak. Berderetan memanjang mendekati bagian paling dekat dengan pintu keluar dan masuk stasiun sekaligus. Setiap kali mendapat jatah penumpang becak lain akan bergeser menggantikan posisinya begitu seterusnya bergantian supaya ada keadilan diantara sesama tukang becak, tanpa harus berebut rezeki hariannya, tak ada yang mengatur kecuali kesepakatan tak tertulis yang disepakati bersama.

Yang paling menarik dari bagian stasiun adalah para pedagang asongan dengan beragam barang yang dijajakan yang berkeliling diseantero stasiun, menawarkan beragam makanan tradisional, pecal pedas agak kering, rujak, teh dingin, teh panas adalah menu standar. Sedangkan jajanan lain berupa kue atau makanan tradisional khas daerah untuk bekal dan oleh-oleh yang tak boleh terlewatkan, karena pasti akan ditagih jika kita pulang dengan kereta api. Aku tak pernah melewatkan kesempatan ini, meskipun sebenarnya peron maksudku stasiun bukan tempat yang nyaman untuk makan jajanan karena baunya yang tak bisa diajak kompromi. Tapi memang tak terelakkan, jadi nikmati saja makanannya dan ajaibnya semua makanan distasiun diolah oleh tangan-tangan yang terampil dan bermutu ala chef, yummy.

Anehnya sepanjang aku main di stasiun tak pernah sekalipun ingat tentang kisah kecelakaan, tapi kewaspadaan harus selalu dijaga. Stasiun memang menjadi tempat menarik untuk mengamati banyak hal, lalu lalang orang, keseriusan penumpang yang menunggu kereta datang dengan cemas, kesal dan sebagiannya bahkan biasa saja bahkan cuek bebek. Duduk dipinggiran rel sambil ngemil atau membaca berita hangat harian terbaru. Atau tadi menikmati jajanan, nasi pecal dan segelas teh panas atau dingin yang dijajakan penjualnya sambil berjalan dengan deretan gelas teh sambil diayun-ayun atau berayun-ayun mengikuti gerak luwes penjualnya yang seperti sudah menjadi "bagian tubuh" sehingga tak terlintas lagi perasaan kuatir tumpah, sambil sesekali berteriak memekikkan dagangan, apapun jenisnya jika mau melewati kerumunan dengan cepat selalu meneriakkan yel yang sama, "air panas, air panas, air panas mau lewat!. dan secepat kilat setiap orang akan menghindar seperti gerakan refleks kungfu menghindari tangkisan dan tendangan. Sesekali itu bisa menjadi bahan tertawaan mengobati jenuhnya menunggu kereta datang.

Belum lagi pemandangan orang tidur, yang cuek bahkan terkadang seperti tak sadarkan diri, meregangkan badan seenaknya tak perduli sekeliling. Karena jamaknya stasiun selalu punya dinamika sendiri, jadi orang merasa cuek saja dengan semua  yang terjadi, kecuali yang sudah mengganggu betul. Begitulah stasiun, semuanya bisa terjadi disana diluar dugaan, tapi menurutku stasiun adalah tempat paling menarik untuk mengamati perilaku beragam orang dengan beragam warna wataknya.

Kebumen Railway Station
by hans-acehdigest

track contains about four or six tracks that intersect flicker. As collide with each other. I think the model of the original tracks so trains will collide. But it did not. Rail officials will provide the code for each passing train and move any rail that will be passed to the mechanical system.

Rel it apparently did not entirely mutual sticking, there are parts which irrespective which can be incorporated with enough bring together the pieces of part it become a rel intact. If you had seen him look like a charming robotic process. I was interested as a regular mechanical process in the manufacturing process.

Hence the process of moving rails into an exciting time to be enjoyed. It is rather a rare opportunity because not every time we play to the station, to coincide with the entry of train schedules to come and use the path should be passed quickly and stay on the same path until the destination.

The railway station is within 5 miles of my house in Jalan kusuma 31. On the outskirts of the platform tracks lined cream-colored building with blue stripe white uniform shirt machinist. Among the tracks contain gravel and hardwood pads, but now it's been replaced with an iron rod as the difficulty of getting hard as wood sleepers. Almost every part of the station where we see a "uniform" the same. Unless a different platform sizes only. At one station can fit four trains in other places only two tracks, the station is busy moving the model to move the train tracks when certain types across a landscape of unique and interesting. Because the two rails to cross train for many different paths.

Rows of edge rails lined with wire or steel cable suspended cable support, the real distinguished from other parts exalted by stacking the rails with coarse gravel. Part it also filled with signposts the train who shaped odd, like a sign times the big contains the direction corners of trajectory trains black colored.

On the platform contains a long row of benches made of steel and hard wood, dull and peculiar smell as occupied by a variety of people with a wide range of odors. With a large round clock and the walls were filled with patch list of itineraries and patch announcements to be careful of pickpockets who work extra fast trains running as fast as the rate, if the purse off the hope of escape was to take it back unless we are able to carefully mark the thief's face and hope in the future can be met to collect, but even then it is almost impossible, maybe one in a thousand who succeed.

Peron is an old building with pole and wooden cantilever of large size with pole towered directly into the roof, often without ceiling. So we can see the top of the roof from the bottom with a clear and almost all of the platform built since the Dutch first. The design is not arbitrary because it is apparently designed to keep the atmosphere cool in the tropics and warm climates with two seasons is a long-term per 6 months, the rainy and hot.

The walls are thick to several inches, enough to withstand the onslaught of bombs dropped from aircraft when the second world war. At the top of the front gate hung a station, and also posted a sign next to the same station with a smaller size, but still white with blue les with large capital letters in black.

And to separate the stations that can be traversed by the traffic from the outside in planting the rest of the steel beams and rails are worn with a display unused lengthwise into the guardrail. Gravel yard with a little muddy here and there and the area was used as a hangout of the rickshaw pullers. Lined lengthwise near the closest exit and enter the station at once. Every time another rickshaw passenger quota will shift his place and so on alternately so that there is justice between fellow pedicab driver, without having to fight for his daily sustenance, no one set of unwritten agreement unless mutually agreed.

The most interesting part of the station are the hawkers with a variety of goods sold is around diseantero station, offers a wide array of traditional foods, spicy pecal somewhat dry, salad, cold tea, hot tea is the standard menu. While the other snacks in the form of cookies or the traditional food for lunch and a gift that should never be overlooked, as it surely will be billed if we go by train. I never miss this opportunity, even though the station platform I mean not a comfortable place to eat snacks because of the smell that can not cooperate. But it was inevitable, so just enjoy the magic of food and all food is processed at the station by the hands of a skilled and qualified chef style, yummy.

Surprisingly long as I play on the station was never even remember story about the accident, but caution should always be maintained. Station is a place interesting to observe many things, people passing by, the seriousness of passengers anxiously waiting for the train coming, upset and some even mediocre even ignored me. Sitting rail sidelines while snacking or reading the latest current events daily. Or was enjoying snacks, rice and a glass of tea pecal hot or cold retailer sold while walking with rows of cups of tea as he rocked or swayed to follow the fluid motion as the seller who has become "the body" so that no longer feel anxious spill occurred, while occasionally shouting shouting merchandise, of any kind if you quickly through the crowd chanted always the same, "hot water, hot water, hot water coming through!. and as fast as everyone would like a dodge to avoid reflex defense and martial arts kicks. Occasional It could be the laughingstock of treating saturated waiting for the train to come.

Not to mention the sight of people sleeping, sometimes even ignorant as unconscious, no matter how casually stretched around. Because the plural is always a dynamic of its own station, so people feel ignored it with everything that happened, but that was really disturbing. That station, all the unexpected can happen there, but I think the station is the most interesting places to observe the behavior of diverse people with different character colors.

Senin, 18 Juni 2012

Ikan Super Besar, Super Big Fish

Dari mana mulainya aku tak ingat, hanya saja, hari itu menjadi saat pertama kalinya kolam di belakang rumah, maksudku kolam orang bukan kolam milik kakekku, dikuras. Karena seingatku sejak aku kecil aku tak pernah melihat kolam itu dikuras. Jadi begitu air mulai surut dan lumpur mulai muncul dipermukaan orang pencari ikan berhamburan masuk ke kolam, tapi tidak untuk anak-anak, kami harus sedikit bersabar menunggu. Setelah hampir habis ikannya, begitu juga dengan seluruh kesabaran kami maka aku langsung melompat  ke dalam kolam.

Tapi meskipun sudah berjam-jam tak ada juga ikan yang lumayan bisa memuaskan, tapi diluar dugaanku, ketika sedang berjalan diantara lumpur aku  tak sengaja menginjak benda lebar, dingin dan empuk. semula kupikir potongan batang pisang yang banyak tumbuh dipinggiran kolam. Namun ketika tangan aku ulurkan untuk mengambilnya ternyata itu seekor ikan nila besar, ikan paling besar yang pernah kulihat dalam hidupku.

Mungkin karena pusing dengan keruhnya air, ikan menjadi lemas dan tenang, tapi begitu aku angkat dan menghirup udara bebas dengan cepat ikan memberontak dan menepis dari tanganku dan dengan leluasa menghilang dalam keruh air. Giliran para pencari ikan yang panik dan berusaha keras menangkapnya.

Aku hanya bisa merasa sedikit beruntung bahwa di hidupku aku pernah "hampir" bisa menangkap ikan besar, paling besar mungkin, karena ukurannya saja hampir sebesar ukuran tubuhku.

Aku juga tak ingat apakah para pencari ikan berhasil menangkapnya atau tidak. tapi seandainya tidak pastilah ikan itu menjadi induk ikan paling besar dan dengan cepat akan mengisi kolam itu dengan anak-anaknya yang baru.

Tapi sudahlah berarti belum hari baikku.

Super Big Fish
by hans-acehdigest

Where to start I do not remember, it's just that, that day became the first time in the pond behind the house, I mean people are not swimming pools owned by my grandfather, drained. Because I can remember since I was little I never saw the pool was drained. So once the water begins to recede and the mud began to appear on the surface of the fish finder jump into the pond, but not for the kids, we need a little patience to wait. After running out of fish, as well as all our patience, so I immediately jumped into the pool

But even after many hours there are also fish that can be quite satisfying, but beyond the expected, while walking among the mud I accidentally stepped on a wide body, cold and soft. originally I thought that many pieces of banana growing pool sidelines. But when I reached to pick it up hand it was a large tilapia fish, big fish Paing I've ever seen in my life.

Perhaps because of dizziness with murky water, fish become lethargic and quiet, but once I lift it and breathe free air quickly rebelled and rejected fish from my hand and conveniently disappeared in murky water. Turn the fish finder to panic and tried hard to catch.

I can only feel a little lucky in my life that I've "almost" can catch big fish, most likely, because of its size alone almost as big as the size of my body.

I do not remember whether the search of fish caught him or not. but if the fish must not be holding the biggest fish and will quickly fill the pool with new children.

But anyway, is not yet my good days

Jumat, 08 Juni 2012

Dejavu

ketika melintas di depan taman kanak-kanak Blang Padang, aku seperti sedang melalui bagian dari masa laluku. Aku merasa tak asing dan pernah mengalaminya tapi entah kapan?, seingatku ketika aku kelas 1 sekolah dasar. Orang bilang itu Dejavu.

semuanya terasa sama, persis di setiap bagian, waktu dan saat, sehingga sempat membuatku tercenung beberapa saat seperti sedang melintas waktu. Aku tiba-tiba teringat ibuku, menggandeng tanganku menyusuri pagar depan kantor pos kebumen setelah turun dari becak.

Kami berdua berjalan riang untuk menguangkan wesel pos, meskipun menurut ibuku uang itu tak pernah cukup memenuhi kebutuhan kami, padahal kami telah mengencangkan ikat pinggang. Ada perasaan gembira dan sedih ketika kami harus menunggu datangnya pos wesel berwarna abu-abu dengan logo pos di sebelah kirinya. Seperti kertas ajaib, kami harus mengikuti antrian dan ketika petugas menyerahkan beberapa lembar uang ratusan, hati kami hampir meledak gembira.

Kami memaksa diri harus ke pasar, membeli keperluan dan belanja pertama di awal bulan memuaskan sedikit keinginan yang mewah dengan membeli ayam dan ikan peda pindang. Aku  bisa melihat wajah gembira ibuku, begitupun aku bisa merasakan kegembiraannya yang meluap.

Dan aneh juga, kenapa dejavu itu baru muncul sekarang ini tidak jauh-jauh hari, meskipun setiap kali melintas di depan TK Blang padang, aku selalu berusaha merasakan sesuatu yang seperti memaksa keluar dari hati dan perasaanku.

Dejavu membantu membangunkan masa laluku, yang telah mengantarku begitu lama dan jauh hingga ke detik ini. Masa lalu memang lekat dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari peristiwa dan hati, keduanya tersambung tali yang tak kasat mata. Sepahit apapun masa lalu tetap menyisakan sedikit kebahagiaan dan seringkali kita masih bisa tersenyum setiap kali mengingatnya.

Dejavu
by hans-acehdigest

when passing in front of kindergarten Blang Padang, I like going through a part of my past. I felt strange and never experienced it but who knows when?, I remember when I was an elementary school classroom. People said it was Dejavu.

all taste the same, exact in every part, time and time, so had got me was a moment like he was passing the time. I suddenly remembered my mother, holding my hand along the front fence Kebumen post office, after the fall of the rickshaw.

We both walked cheerfully to cash a postal money order, even though my mother was never enough money to meet our needs, but we have to tighten their belts. There is a sense of joy and sadness when we have to wait for postal money orders with a gray logo on his left post. Like the magic paper, we have to follow the queue and when the officer handed a few bills of hundreds, our hearts almost bursting joy.

We have to force themselves into the market, buying and shopping purposes at the beginning of the first few months of satisfying the desire of luxury by buying chicken and fish pindang bike. I could see my mother's happy face, as well as I could feel the joy that overflowed.

And strange, too, why it's dejavu emerging now is not far-distant day, though each time passing in front of TK Blang field, I always try to feel something like a force out of the heart and feelings

Dejavu help awaken my past, who had walked so long and far up to this moment. The past has been closely and become an integral part of the event and the liver, both connected to an invisible rope. Any bitter past, while still leaving a little happiness and often we can still smile every time to remember.

Aceh-Blitar-Bagian Pertama; The Trip Part One

Entah pada tahun berapa, aku melakukan kunjungan pertama kaliku, setelah hampir duapuluh lima tahun aku meninggalkan Kebumen. Kota kecil dipeta yang tak pernah kuingat dimana noktahnya untuk waktu yang sangat lama.

Kunjunganku kali inipun sebenarnya juga tak berencana, hanya saja aku mendapat titipan pesan dari ibu mertuaku untuk  mengantar surat penting, maka jadilah aku memulai sebuah perjalanan panjang. Dimulai dari pesawat, taksi, kereta api, hingga becak yang di dorong pengemudinya dari belakang bukan dari depan seperti di tempatku di Aceh.

Setelah mengikuti kunjungan kegiatan, lepas dari acara aku langsung menuju stasiun kereta api gambir, memesan tiket, setelah sebelumnya dipusingkan dengan kesana-kemari mencari stasiun, karena takut dibohongi para tukang becak aku memilih angkot, sialnya aku justru tertipu oleh perasaan takutku sendiri. Aku sengaja memilih kereta api bisnis, sialnya lagi,aku kehabisan tiket dan harus rela antri di kelas ekonomi. bayangan buruk kelas itu memang tergambar betul, bukan cuma soal ketidaknyamanan, tapi lebih soal keamanan. kalau semrawut, barangkali cuma sekedar bumbu dari begitu banyak dan panjangnya persoalan di kelas ekonomi.

Cibugel, Sumedang 1978

Kurang lebih tiga atau empat bulan, aku tinggal di Cibugel, selama itu aku punya banyak kenangan, karena saat itu sebenarnya menjadi tahun-tahun terakhir aku bertemu dengan ibuku. Mungkin karena sejak awal ayahku tak mau membuatku banyak bertanya-tanya, jadi aku tak pernah dapat penjelasan dan alasan kenapa aku harus berada disana untuk waktu yang lama sebelum akhirnya aku berangkat ke aceh, karena ayahku mendapat undangan dari Pak Ali Hasmy almarhum untuk menjadi salah seorang dosen di IAIN Ar-Raniry.

Tahun itu juga menjadi tahun kesedihanku yang paling dalam karena pada akhirnya aku menyadari betapa jauhnya aku dengan ibuku, karena aku harus melintasi banyak pulau dan melakukan perjalanan kapal hingga 3 hari 4 malam untuk sampai ke serambi mekkah. Aku tetap merasa sendirian, sekalipun saat itu aku ditemani nenek dari pihak ayahku yang memang punya kedekatan secara personal denganku. Pada akhirnya ketika kemudian nenek juga pulang ke Gandrungmangu aku benar-benar merasa bahwa aku memang sendirian.

Ada perasaan menyesal yang terlambat aku rasakan, terutama ketika apada akhirnya nenek dan kakek juga meninggal dan aku tak juga bisa hadir kesana untuk menjenguknya terakhir kali.

Aku membayangkan betap berat ibuku menjalani semua kenyataan yang aku rasakan sendiri saja begitu berat, apalagi bagi seorang ibu yang harus kehilangan dan berjauhan dengan anaknya untuk waktu yang tak pernah bisa ditentukan. Kesedihan dan kenyataan itu yang membuatku pada akhirnya menjadi kebal rasa karena keinginan untuk bertemu ibuku yang tak pernah kesampaian.

Bahkan untuk waktu yang sangat lama, barulah kami memiliki cara untuk berkomunikasi melalui surat yang penuh rahasia. Meskipun di awal aku tak menyadari kenyataan betapa rumitnya memulai hubungan melalui surat itu karena persoalan menjaga hati orang lain. Aku juga kemudian menyadari mengapa komunikasi itu lama sekali baru kami lakukan, karena persoalan, barangkali karena aku masih anak-anak susah untuk menjaga rahasia dan berhati-hati, sehingga setelah beranjak dewasa barulah kami, maksudku aku dan ibuku memulai kemunikasi melalui surat tadi.

Cibugel dan Sumedang menjadi catatan sendiri buatku untuk waktu yang sangat panjang, karena sudah menjadi bagian kisah hidupku.

Cibugel, Sumedang 1978
by hans-acehdigest

Approximately three or four months, I lived in Cibugel, during which I have many memories, because when it's actually become the last years I met with my mother. Maybe because since the beginning of my father did not want to make many wonder, so I never could the explanation and the reason why I should be there for a long time before I finally went to Aceh, because my father received an invitation from Mr. Ali Hasmy the deceased to be one lecturer at IAIN Ar-Raniry.

That year also became the year's most in my grief because in the end I realized how far I was with my mother, because I have to cross many of the islands and ships to travel up to 3 days 4 nights to get to the porch mecca. I still feel alone, even when I accompanied my grandmother from my father's side who did have a personal closeness with me. In the end, when the then grandmother is also home to Gandrungmangu I really felt that I was alone.

There is a feeling of regret that late I'm feeling, especially when apada finally grandparents also died and I could also be present there to see him one last time.

I imagine my mother's heavy betap fact that I live all alone feeling so heavy, especially for mothers who have lost and far from his son for the time that could never be determined. The sadness and the realization that made me eventually become immune to feeling the desire to meet my mother who was never accomplished.

Even for a very long time, then we have a way to communicate through letters full of secrets. Although in the beginning I did not realize how complex reality to start a relationship through letters because the issue of keeping the hearts of others. I also then realized why communication is so new we do long, because the issue, perhaps because I was a child hard to keep secrets and be careful, so that after growing up before us, I mean me and my mother had started communication by mail.

Sumedang Cibugel and became its own record for me for a very long time, because it has become part of my life

Pesan dari Mekkah, Short Message from Mecca

Kisah ini seperti melompat dari catatanku, cuma karena bersambung dengan kisahku dulu aku memaksa menyambungnya. Pesan singkat itu mengingatkanku kembali kapan aku mula sekali menginjakkan kaki di tanoh serambi mekkah. Ibuku berkisah sepulang ayahku dari Pulau Selayar, sulawesi selatan, sebuah pulau kecil digugusan kepulauan di sulawesi yang penduduknya seluruhnya muslim. Tak lama setelahnya ayahku membawaku berlayar jauh menuju Aceh. mungkin melanjutkan kesan perjalanan jauhnya ke Selayar.

Kisah ini sekaligus menguak ingatanku kembali, tentang kesedihan yang teramat berat ketika aku harus meninggalkan ibuku yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Karena semua terjadi di luar pengetahuanku, kupikir orang dewasa ketika itu bermuslihat agar aku tak berkeluh kesah dan bersedih berkepanjangan.

Begitupun aku mencatatnya sebagai bagian dari periode kelam yang mestinya kujadikan catatan namun aku tak mau mengingatnya berlebihan. Aku mengingatnya hanya sebagai bagian dari hidup yang telah membesarkan dan membantuku tumbuh menjadi pribadiku sendiri seperti sekarang ini.

Sungkan rasanya mencatatkan kisah ini, jika pada akhirnya menyiratkan ada penyesalan yang tak berkesudahan. Tapi catatan ini tetap saja menarik minat hatiku untuk memasukkannya dalam catatan panjang yang baru kumulai sebagiannya. Masih banyak lainnya, dan mungkin lebih musykil dan dramatis, hanya saja aku belum bisa sepenuhnya mengingat dengan baik.

Short Message from Mecca
by hans-acehdigest

This story is like jumping from my notes, just continued on with my story because I used to force the dial. The short message reminded me when I first set foot on the Tanoh Seramoe Mecca. My mother told me about my father's story of Selayar Island, South Sulawesi, a small island in  cluster Sulawesi island in the whole Muslim population. Shortly after my dad took me sailing away into Aceh. may continue the journey to Selayar impression.

This story reveals once again my memory, about grief is very heavy when I had to leave my mother that I never imagined before. Because all happened outside my knowledge, I think adults when it cover up so I did not complain and prolonged grief.

Likewise I recorded it as part of the dark period that should make me want to record but I do not remember too much. I remember it only as a part of life that has been encouraging and helped me grow into my own personal today.

Feel free to record the story, if in the end implies there is an endless remorse. But these records still attract me to include it in the newly begun a long track record in part. Many more, and perhaps more improbable and dramatic, it's just that I can not fully remember it well.