Aneh, aku seperti terobsesi dengan cerita yang satu ini, sekalipun sebenarnya hampir mustahil aku mengalami kejadian ini. karena aku kenal betul bagaimana nakalnya anak-anak di stasiun. Mereka tak cuma dikenal kasar dan bandel, tapi juga sedikit kriminal. Kebiasaan melempari jendela kereta api dengan batu yang seringkali mengambil korban para penumpang yang tengah tertidur lelap dipinggiran jendela atau siapapun penumpang yang tengah berada di dekat jendela. Pecahan kaca bisa melukai mata dan muka.
Di setiap kesempatan setiap kali mengingt masa kecil antara percaya dan tidak, aku merasakan seperti pernah mengalami sebuah babak di masa kecilku. Aku pernah berkelahi dengan anak-anak rel kereta api.
Keseharianku meskipun tak sepenuhnya nakal, aku tak jarang berkelahi dengan teman sebayaku, terutama karena aku melindungi adik-adikku, atau karena persaingan permainan. Biasalah yang kalah tak terima dan berakhir dengan perkelahian kecil. Dua tiga hari kembali baikan, seperti tak pernah terjadi apa-apa.
Menurut ingatanku yang sedikit menipu, di hari peristiwa itu terjadi seperti biasa aku main di stasiun. Bagian rel dan bantalan kereta api berisi kumpulan kerikil kasar yang diambil dari sungai. Diantara kumpulan batu-batu itu kadang-kadang terdapat batu cantik, bening dan berwarna tertentu yang dicari juga oleh para pecinta batu cincin. Jadilah batu-batu cantik itu menjadi buruan, baik disengaja maupun tidak. maksudku, jika sesekali iseng melintas di sepanjang rel dan sambil mengamati batuan dan kebetulan menemukan batu cantik, tak ada salahnya membawa pulang.
Begitupun dengan aku. pagi itu aku menyusuri sepanjang rel kereta api, kuperkirakan sekilo lebih, karena jika terlalu jauh juga selain letih, lapar karena pagi belum sarapan dan panas matahari yang meninggi juga menambah haus tak tertahankan, sementara kami tak punya uang persediaan, kecuali dengan memanfaatkan air di kamar mandi stasiun. Sepanjang rel kami berusaha menemukan batu cantik, belakangan aku pikir untuk apa sebenarnya aku melakukan semua itu, karena toh aku tak pernah menjual batu cincin sebelumnya, atau katakanlah aku menemukan batu indah, tapi untuk apa, apa aku kemudian menyimpannya?.
Tapi di dalam kisahku aku tetap saja mencarinya, barangkali itu lebih didorong oleh rasa penasaran dari cerita orang tentang batu-batu indah yang bernilai jual tinggi, dan kemudian aku berharap menjadi salah satu orang yang beruntung menemukannya. Ketika itulah dalam perjalanan kami bertemu dengan kumpulan anak-anak stasiun kereta api, awalnya kami sama sekali tak menggubrisnya. Namun kemudian lagak dan gayanya mengesalkan dan ketika dipancing untuk kesekian kalinya, ditambah haus dan lapar, kami kemudian membalasnya dan terjadilah perkelahian itu. Aku tak kenal takut jika sudah dipancing, bahkan seingatku ketika aku kelas 3 SD aku berani melawan kakak kelasku di kelas 6 meskipun kalah pada akhirnya, setidaknya aku sempat mendaratkan pukulan diwajahnya yang pasti akan diingat sakitnya dan membuatnya jera untuk melawanku.
Dalam perkelahian itu aku satu lawan satu, aku melawan mungkin pimpinan atau ketua genk, aku berusaha tak mengalah dan menyerah, itu juga yang kemudian membuat teman-temannya tiba-tiba melerai dan kemudian membiarkan kami main di wilayah kekuasaan mereka.
Tapi anehnya, aku merasa cuma bermimpi setiap kali mengingat kejadian yang satu ini, antara yakin dan tidak. Bisa jadi awalnya aku menceritakan kisah ini untuk menunjukkan bahwa aku pemberani, aku peduli dengan adik-adikku, dan setiap kali aku bercerita dengan anakku aku selalu menyelipkan kisah ini. Tapi begitupun terlepas dari benar tidaknya kisah ini, aku memang dikenal tak penakut ketika kecil, kecuali dengan hantu!.
Stone Ring
by hans-acehdigest
Strange, I was obsessed with a story like this one, though I actually almost impossible to experience this event. for I know well how naughty children at the station. They are not only known for rough and tough, but also a little criminal. Habit of throwing stones at a train window that often takes its toll of the passengers who were asleep sidelines passenger window or anyone who was near the window. Broken glass could injure the eyes and face.
On each occasion every time mengingt childhood between believing and not, I feel like have had a round in my childhood. I've fought with the children railroads.
My daily is not entirely bad though, I often fight with peers, especially since I melndungi my sisters, or because of the competition game. You know who did not accept defeat and ended with a minor scuffle. Two three days back better, such as had never happened.
According to my memory a bit deceptive, on the day it happened as usual I was playing at the station. Rail section and rail pads contain a collection of coarse gravel taken from rivers. Among a collection of stones that sometimes there is a beautiful stone, clear and colored tertantu also sought by lovers of stone rings. Be beautiful stones to be hunted, whether intentional or not. I mean, if occasionally passing fad along the rail and watching the rocks and by chance found a beautiful stone, it's worth bringing home.
Likewise with me. morning I walked along the railroad tracks, I figured a kilo more, because if too much is also in addition to fatigue, hunger since the morning before breakfast and a hot sun that rises also increase thirst unbearable, while we did not have the money stock, except with the use of water at room shower stations. Along the tracks we tried to find a beautiful stone, later I thought to what I actually do all of that, because after all I've never sold before the stone ring, or let's say I found a beautiful stone, but for what, what I then save it?.
But in the story I'm still looking for it, perhaps it is driven more by curiosity than the story of beautiful stones are high value, and then I hope to be one of the lucky person to find it. When that's the way we meet a collection of children's train station, initially we did not listen. But then the annoying mannerism and style and when provoked for the umpteenth time, plus the thirsty and hungry, we went back and a fight broke it. I do not know if it provoked fear, even as I recall when I was 3rd grade I was dared to fight against brother my class in grade 6 though defeated in the end, at least I could land a punch on her face that will surely remember the pain and make it a deterrent against me.
I was in a fight one on one, I might fight gang leader or chairman, I try not to give in and surrender, which was also later made friends suddenly broke it up and then let us play on their turf.
But strangely, I feel just a dream every time recall this one incident, the sure and did not. It may be that initially I was told this story to show that I'm brave, I care about my sisters, and every time I talked with my son I always put this story. But as did regardless of whether or not this story, I was not scared when the little known, except by a ghost
Label
10 tahun tsunami.
(1)
2013
(1)
acehku
(1)
Adikku.
(1)
Aku
(5)
Among-among
(1)
Anak-anak
(1)
Anak-Anak Dikutuk
(1)
Angka ajaib
(1)
aqiqahku
(1)
Ayahku
(1)
babak baru
(1)
bakso
(1)
Barzanji
(1)
batu cincin
(1)
belimbing
(1)
Belut Loch Ness
(1)
Belut Sawah; Mancing Belut
(1)
Bibiku
(2)
bioskop misbar
(1)
birtdhday party
(1)
bisnis keluarga
(1)
busur dan panah
(1)
cafe
(1)
capung
(1)
Celengan bambu
(1)
China's Neighbords
(1)
Cibugel 1979
(1)
Cibugel Sumedang
(2)
cinta bunda
(1)
coffee
(1)
cracker
(1)
Curek; Inflammation
(1)
Dapur nenek
(1)
dejavu
(1)
Dian Kurung
(1)
distant relatives
(1)
Dremolem Or Dream Of Land
(1)
es dogger
(1)
es goyang
(1)
es serut
(1)
Fried Sticky Rice
(1)
Gadis Kecil
(1)
gambar desain
(1)
gambarku
(1)
Gandrung Mangu
(2)
golek;nugget cassava
(1)
harmonika kecilku
(1)
Ibuku
(11)
Ibuku Atau Kakakku?
(1)
Ikan
(2)
ikan dan ular
(1)
iseng
(1)
jalan kolopaking
(2)
Jalan Kusuma
(2)
jangkrik Jaribang Jaliteng
(1)
Jenang Candil
(1)
jogging
(1)
Juadah
(1)
Juz Amma
(1)
kakek dan nenek
(3)
kakekku
(3)
kecelakaan fatal
(2)
kelahiranku
(1)
Kelas Terakhir; the last class
(1)
Kembang api
(1)
kenangan
(1)
Kerupuk Legendar
(1)
kilang padi
(1)
Klapertart Cake
(1)
kolam ikan masjid
(1)
koleksi stiker
(1)
koleksi unik
(1)
koplak dokar dan colt
(1)
kota kecil dan rumahku
(1)
Kue tape
(1)
Kutawinangun
(1)
Lanting
(1)
Lebaran
(1)
little cards
(1)
Loteng rumah
(1)
lotere
(1)
lottery
(1)
mainan anak-umbul
(1)
makan
(1)
makkah
(1)
Malam Jum'at
(1)
Mancing Belut
(1)
masa kecil
(11)
masa kecil.
(1)
masa lalu
(3)
masjid kolopaking
(1)
meatballs
(1)
Mengaji
(1)
menu berbuka
(1)
Mercon
(1)
Minum Dawet
(1)
morning walk
(1)
my
(1)
my birth
(2)
my first notes
(6)
my mom
(4)
my note
(27)
Nama ibuku
(1)
Nenek Sumedang
(1)
new round
(1)
new year
(2)
others notes
(1)
ours home
(1)
padi sawah wetan
(2)
pande besi
(1)
Papan Tulis
(1)
Pasar dan Ibuku
(1)
Penculik dan Bruk
(1)
Pencuri
(1)
Perayaan
(1)
Perjalanan 25 Tahun Bag. Pertama
(1)
personal
(1)
Puasa
(3)
radio transistor
(1)
ramadhan
(1)
Roti dan Meriam Kauman
(1)
Rumah Ban
(1)
Rumah Kakek dan Nenek
(5)
rumah karang sari
(1)
rumah kecil di pojok jalan
(4)
rumah kelinci
(1)
rumah kutawinangun
(1)
Rumah Pojok
(1)
rumahku
(1)
Sarapan Apa Sahur?
(1)
saudara jauh
(1)
sawah utara
(1)
sawah wetan
(2)
SD Kebumen
(1)
Sepeda dan Meteor
(1)
shake es
(1)
shalat jamaah
(1)
sintren
(1)
special note
(1)
Starfruit for Mom
(1)
Stasiun Kereta Api
(2)
Sumedang 1979
(1)
Sungai Lukulo.
(1)
tahun awal
(17)
tahun baru
(1)
Taman Kanak-kanak
(1)
Tampomas I
(1)
tanteku
(2)
Tetangga Cina
(1)
The magic Number
(1)
tradisional
(1)
tsunami 2014
(1)
Ulang tahun
(1)
Visionary grandpa
(1)
Wayang Titi
(1)
