Aku harus menuliskannya karena kisah ini tetap menyentuh hatiku setiap kali aku mengingatnya. Kadang-kadang aku berpikir, apakah seharusnya aku bertindak bodoh dengan mengomel dan memarahi adikku berlebihan karena kesalahan yang sama sekali tak bisa dijelaskan alasannya. Anehnya aku tetap mengingat peristiwa ini, aku ingat betul bagaimana marahnya aku, bagaimana sedihnya adikku. Acara memancing yang tadinya seru menjadi hambar, adikku diam, ketakutan dan bahkan setiap kali kailnya ditarik ikan sekalipun dia ragu, apakah seharusnya di tarik atau dibiarkan?. Sebetulnya kejadiannya sepele, karena ini cuma soal memancing.
Siang itu kami memancing, persis di lorong kecil di samping masjid Kolopaking. Kolam itu persis dibelakang gudang Bus Merdeka, tempatnya memang enak karena selalu dipenuhi dengan ikan. Kami membawa beberapa pancing yang kami buat sendiri jorannya dari bilah bambu. Umpan cacing aku ambil dari belakang rumah, tanpa perlu mencangkulnya. Hampir dua jam lebih kami berada disana dengan panas yang mulai terik, jadi aku biarkan pancing tergeletak di atas rumpun kangkung, sementara kami bersembunyi di rimbunan pohon pisang, nanti kalau ada tanda-tanda ikan menariknya barulah aku tarik dengan kuat, sebelum ikan menyeretnya kedalam belitan akar rumpun kangkung.
Ketika sedang santai, salah satu pancing ditarik ikan dengan cepat, karena satu-satunya orang yang dekat dengan pancingku itu adalah adikku, kuminta dia dengan cepat menariknya. Tanpa aba-aba dan hampir reflek, dia menariknya dengan sangat kuat. Akhirnya seekor ikan gabus, ukuran besar keluar dari air, langsung terlempar ke dinding dan mati!.
Aku kesal, karena aku pikir tadi bisa saja di tarik tanpa perlu membentur dinding dan mati. Padahal kalau aku yang menariknya, barangkali ikannya bukannya mati mungkin hancur, karena terlalu bersemangat. Adikku cuma bilang, tadi kan aku meminta menariknya dan kalau tidak cepat ditarik, ikan membawa lari pancing atau lebih buruk lagi, ikan meloloskan diri. Tapi aku tetap saja tidak terima dengan tindakannya. Aku pitam dan marah besar!.
Tapi selanjutnya kusadari kisah itu sebagai sesuatu yang membuatku merasa terus bersalah, dan berkecil hati. Tapi itu juga menjadi pelajaran berharga dan penting buat hidupku selanjutnya. Terutama kemudian ketika aku memiliki putra dan putri.
The Fish and Pond Side Mosque
by hans@acehdigest
I have to write it because this story still touches my heart every time I remember it. Sometimes I think, should I act stupid with my brother's nagging and scolding redundant fault entirely inexplicable reason. Strangely enough I still remember this incident, I remember very well how angry I am, how sad my sister. Fishing event that was fun to be bland, he was silent, frightened and even every hook she pulled the fish even if he doubted, whether it should in drag or left?. Actually a trivial incident, because this is also just fishing.
That afternoon we were fishing, just in a small alley next to the mosque Kolopaking. The pool was just behind the bus barn Merdeka, the place is good because it is always full of fish. We carry some of our own making fishing hook from bamboo. I took the bait worms from the back of the house, without the need for digging. Nearly two hours we were there to begin scorching heat, so I let the rod lying on the grove swamp, while we hid in a banana tree hedge, later if there are signs that I pulled the fish with a strong pull, before the fish dragged him into the entanglement root clumps of watercress.
When you're relaxed, one reel the fish is pulled quickly, because the only people close to pancingku it is my brother, ask him to withdraw it quickly. Without warning and almost a reflex, he pulled it very strong. Finally, a fish cork, large size out of the water, immediately thrown into a wall and die!.
I was upset, because I think it could have been in drag, do not necessarily have to hit the wall and die. And if I had pulled it, probably not only the dead may be destroyed, because it was too excited. My brother just said, did not I ask a quick pull and if not withdrawn, the fish carry off a fishing line or even worse, the fish escaped. But I still did not accept his actions. I was furious and outraged!.
But then I realized the story as something that continues to make me feel guilty, and discouraged. But it is also a valuable and important lessons for the next life. Especially later when I have a son and daughter.
Label
10 tahun tsunami.
(1)
2013
(1)
acehku
(1)
Adikku.
(1)
Aku
(5)
Among-among
(1)
Anak-anak
(1)
Anak-Anak Dikutuk
(1)
Angka ajaib
(1)
aqiqahku
(1)
Ayahku
(1)
babak baru
(1)
bakso
(1)
Barzanji
(1)
batu cincin
(1)
belimbing
(1)
Belut Loch Ness
(1)
Belut Sawah; Mancing Belut
(1)
Bibiku
(2)
bioskop misbar
(1)
birtdhday party
(1)
bisnis keluarga
(1)
busur dan panah
(1)
cafe
(1)
capung
(1)
Celengan bambu
(1)
China's Neighbords
(1)
Cibugel 1979
(1)
Cibugel Sumedang
(2)
cinta bunda
(1)
coffee
(1)
cracker
(1)
Curek; Inflammation
(1)
Dapur nenek
(1)
dejavu
(1)
Dian Kurung
(1)
distant relatives
(1)
Dremolem Or Dream Of Land
(1)
es dogger
(1)
es goyang
(1)
es serut
(1)
Fried Sticky Rice
(1)
Gadis Kecil
(1)
gambar desain
(1)
gambarku
(1)
Gandrung Mangu
(2)
golek;nugget cassava
(1)
harmonika kecilku
(1)
Ibuku
(11)
Ibuku Atau Kakakku?
(1)
Ikan
(2)
ikan dan ular
(1)
iseng
(1)
jalan kolopaking
(2)
Jalan Kusuma
(2)
jangkrik Jaribang Jaliteng
(1)
Jenang Candil
(1)
jogging
(1)
Juadah
(1)
Juz Amma
(1)
kakek dan nenek
(3)
kakekku
(3)
kecelakaan fatal
(2)
kelahiranku
(1)
Kelas Terakhir; the last class
(1)
Kembang api
(1)
kenangan
(1)
Kerupuk Legendar
(1)
kilang padi
(1)
Klapertart Cake
(1)
kolam ikan masjid
(1)
koleksi stiker
(1)
koleksi unik
(1)
koplak dokar dan colt
(1)
kota kecil dan rumahku
(1)
Kue tape
(1)
Kutawinangun
(1)
Lanting
(1)
Lebaran
(1)
little cards
(1)
Loteng rumah
(1)
lotere
(1)
lottery
(1)
mainan anak-umbul
(1)
makan
(1)
makkah
(1)
Malam Jum'at
(1)
Mancing Belut
(1)
masa kecil
(11)
masa kecil.
(1)
masa lalu
(3)
masjid kolopaking
(1)
meatballs
(1)
Mengaji
(1)
menu berbuka
(1)
Mercon
(1)
Minum Dawet
(1)
morning walk
(1)
my
(1)
my birth
(2)
my first notes
(6)
my mom
(4)
my note
(27)
Nama ibuku
(1)
Nenek Sumedang
(1)
new round
(1)
new year
(2)
others notes
(1)
ours home
(1)
padi sawah wetan
(2)
pande besi
(1)
Papan Tulis
(1)
Pasar dan Ibuku
(1)
Penculik dan Bruk
(1)
Pencuri
(1)
Perayaan
(1)
Perjalanan 25 Tahun Bag. Pertama
(1)
personal
(1)
Puasa
(3)
radio transistor
(1)
ramadhan
(1)
Roti dan Meriam Kauman
(1)
Rumah Ban
(1)
Rumah Kakek dan Nenek
(5)
rumah karang sari
(1)
rumah kecil di pojok jalan
(4)
rumah kelinci
(1)
rumah kutawinangun
(1)
Rumah Pojok
(1)
rumahku
(1)
Sarapan Apa Sahur?
(1)
saudara jauh
(1)
sawah utara
(1)
sawah wetan
(2)
SD Kebumen
(1)
Sepeda dan Meteor
(1)
shake es
(1)
shalat jamaah
(1)
sintren
(1)
special note
(1)
Starfruit for Mom
(1)
Stasiun Kereta Api
(2)
Sumedang 1979
(1)
Sungai Lukulo.
(1)
tahun awal
(17)
tahun baru
(1)
Taman Kanak-kanak
(1)
Tampomas I
(1)
tanteku
(2)
Tetangga Cina
(1)
The magic Number
(1)
tradisional
(1)
tsunami 2014
(1)
Ulang tahun
(1)
Visionary grandpa
(1)
Wayang Titi
(1)