Aneh sekali kedengarannya, tapi tidak buatku dulu. Karena makanan ringan jenis ini memang khas dan tradisional sekali. Berbahan baku ubi kayu dengan sedikit tambahan tepung dan bumbu. Berbentuk angka delapan dan besarnya tak lebih besar dari jari kelingking, berwarna kuning matang, dan diuntai dengan menggunakan tali dari bilah bambu. Cara menggorengnya juga unik, karena langsung dengan memasukkan golek yang diuntai tadi dengan bambunya sekalian. Golek rasanya hanya renyah dan gurih tak pernah disajikan dengan tambahan sambal atau saus dan harus dimakan begitu selesai digoreng sehingga akan terasa gurihnya. Jika kita membelinya dan kemudian membawanya pulang, begitu kena angin, golek akan dingin dan rasanya jadi kenyal. Begitulah makanan yang satu ini. Saat ini mungkin masih ada, atau justru hilang tergusur dengan jenis makanan yang lain yang makin beragam.
Snack itu menjadi makanan favoritku juga, selain kerupuk kuning yang dijual dipinggir koplak dokar. Aku bisa menghabiskan beberapa untai, ibuku paling hanya tersenyum senang melihatku rakus memakannya. Begitupun dengan kakek atau tante Muhibbah, adik ibuku setiap kali mengajakku jalan pasti membelikannya untukku, harganyapun tidak terlalu mahal untuk makanan tradisional sederhana tapi lezat itu.
Snack itu menjadi makanan favoritku juga, selain kerupuk kuning yang dijual dipinggir koplak dokar. Aku bisa menghabiskan beberapa untai, ibuku paling hanya tersenyum senang melihatku rakus memakannya. Begitupun dengan kakek atau tante Muhibbah, adik ibuku setiap kali mengajakku jalan pasti membelikannya untukku, harganyapun tidak terlalu mahal untuk makanan tradisional sederhana tapi lezat itu.
Biasanya ibuku jika berkesempatan jalan-jalan meski hanya sekedar cuci mata atau mencari angin segar, sambil bercerita tentang banyak hal, terutama tentang rumah, aku ,adikku dan kisah ibuku sendiri, pasti disempatkannya membelinya beberapa untai. Dalam ingatanku, jarang ketika jalan-jalan kami mengajak adikku, biasanya paling juga aku dan ibuku, aku tak tahu dimana adik-adikku ketika itu, paling juga dirumah nenek. Karena ketika itu kami tinggal di rumah pojok jalan di utara.
Kenangan paling manis dengan makanan ini sebenarnya bukan hanya pada snacknya, tapi karena setiap kali membelinya aku berkesempatan jalan dengan ibuku, aku biasanya cerewet bercerita tentang apa saja, sekolah, teman, rumah dan keinginan-keinginanku seperti untuk punya tivi sendiri, setiap kali melewati deretan toko elektronik, atau buku tertentu ketika melewati toko buku. Begitupun ibuku juga, kami bercanda dengan wajah berbinar karena bisa lepas dari rutinitas rumah yang kadang-kadang membosankan.
By hans@acehdigest
How strange it sounds, but not for me first. Because this type of snack food is typical and very traditional. Made from raw cassava with a little extra flour and seasonings. Figure of eight and magnitude no larger than your little finger, ripe yellow, and using a rope strung from bamboo.How to fry also unique, because it directly by entering a nugget that had been strung with bamboo as well. Find a crunchy and savory taste just was never served with extra sauce or gravy, and should be eaten immediately after being fried so it will taste delicious. If we buy it and then take it home, so got wind, the nugget will be cold and it feels so supple. That food on this one. While this may still exist, or even lost displaced by other types of food that an increasingly diverse.
It became my favorite snack foods as well, in addition to being sold alongside a yellow crackers koplak gig. I could spend a few strands, my mom just smiled most pleased to see me eat it greedily. Likewise with the grandfather or aunt Muhibah, whenever my mother's sister took the road definitely bought it for me, price is not too expensive for traditional food was simple but delicious.
Usually my mother if the opportunity to walk even just wash the eyes or looking for a fresh breeze, as he talked about many things, especially about the house, me, my brother and my mother's own story, surely the mother had bought a few strands. In my memory, rarely when the roads we took my brother, usually the most well me and my mother, I do not know where my brother at the time, most also home grandmother. Because when we lived in a house in the northern corner
The sweetest memories with this food is actually not only on snack, but because every time I had a chance to buy the road with my mother, I usually chatty talk about anything, school, friends, home and desire-my desire to have a television as his own, every time he passed a row of electronics store, or a particular book as it passes through the bookstore. So is my mother too, we joked with his face lit up because it can escape the routine of the house which is sometimes tedious.