Aku memulai babak baru kehidupanku di sini. Jauh dari masa lalu, jauh dari ibuku dan rumahku. Sebenarnya aku tak tahu menahu soal keberangkatan itu, karena sebenarnya hal itulah yang hendak disembunyikan semua orang dariku. Aku tak merasa aneh ketika tiba-tiba ayahku datang setelah sekian lama menghilang, kata ibuku untuk studi. Dan kedatangannya yang tiba-tiba menjadi sesuatu yang surprise buatku, apalagi ayahku juga membawakanku buku-buku yang memang menjadi kesukaanku sejak kecil, aku bisa mengingatnya karena ada beberapa komik dan buku tentang Nabi-nabi yang dipenuhi gambar .
Setelahnya aku masih juga belum menyadari waktu aku diminta berbicara didepan teman-temanku karena aku akan pindah. Aku masih juga belum sadar ketika kemudian aku meninggalkan sekolah diiringi dengan tangisan dan lambaian tangan. Bisa jadi waktu itu ayahku bilang kepada mereka semua aku hanya sebentar pindah dan kemudian akan kembali untuk waktu yang tidak lama. Padahal ketika aku bisa memahami semuanya aku menyadari aku telah jauh dari semua, termasuk yang paling aku tidak sadari pada akhirnya aku harus kehilangan ibuku untuk waktu yang tak bisa aku tentukan kapan waktunya bisa ketemu lagi.
Dulu pernah dicoba untuk membujukku pulang, aku ingat karena baik nenek, kakek, tante maupun ibuku menjanjikanku akan membelikanku sepeda motor jika aku pulang, tapi persoalannya tak lagi sekedar ketemu dan kemudian aku berpindah lagi ketempat baru. Aku terlalu lama berpisah dari siapapun sehingga pada akhirnya membuat aku terbiasa untuk tak berempati, maksudku untuk soal-soal yang ada hubungannya dengan masa laluku. Saat itu aku berpikir aku sudah mempunyai dunia sendiri, baik atau buruk itu sudah menjadi bagian hidupku ketika itu. Sehingga sulit bagiku menerima kenyataan bahwa aku ternyata datang dari tempat yang jauh dari tempatku berada sekarang, tempatku dulu justru menjadi tempat asing buatku, lidahku tak bisa lagi menikmati makanan manis, atau budaya yang menurutku sekarang justru sangat asing.
Mungkin itu juga yang pada akhirnya membuatku makin terbiasa dengan tempat baruku tinggal, aku kemudian mulai berpikir seperti pemberontak yang pada awalnya terpaksa sekarang justru makin menikmati hidup baruku.
Sumedang, tepatnya Cibugel menjadi tempat singgahanku pertama, aku bertemu dengan teman-teman yang berbeda, berusaha saling dekat dan menjadikan mereka keluarga dan teman baruku. Aku juga mulai terbiasa dengan makanan dan pakaian yang jauh dari kebiasaanku dulu. Meskipun untuk yang satu ini aku belajar untuk menyesuaikan diri juga. Karena di tempat lamaku aku terbiasa santai dengan cukup memakai celana pendek sementara di tempat baruku yang berada jauh dipuncak gunung dengan udara yang mendekati titik nol, membuatku terbiasa dengan celana panjang dan jaket yang harus menutupi seluruh tubuhku, pengalaman baru dan menarik ini hanya berlangsung kurang lebih 3 atau 4 bulan, ketika aku baru memulai membangun pertemanan baru, ketika itu semuanya berganti. Aku mulai merasakan pengalaman yang aneh dengan hidupku yang berpindah-pindah dan berganti teman.
Di tempatku yang baru kualami selama kurang lebih 4 bulanan itu, aku menyimpan banyak sekali cerita masa lalu, tentang teman-teman yang aku sukai, maupun pengalaman lingkungan yang berbeda jauh dengan rumahku dulu. Terutama ketika aku mulai merasakan tak lagi kesulitan dengan soal makan dan pakaian. jauh sekali dengan pengalaman ketika aku masih bersama ibuku, yang hari-hariku selalu dipenuhi dengan pengalaman yang miris dan menyesakkan jika aku coba ingat kembali. Ketika kemudian kau menyadari kenyataan ini, aku juga berpikir, bagaimana ibuku selama itu bisa hidup dengan kehilangan salah seorang anaknya. Apakah ibuku benar-benar hanya sekedar sedih atau shock?. Bagaimana selanjutnya ibuku hidup dengan dua adikku, apakah ketika ayahku pulang ada kesepakatan baru untuk memberikan uang lebih? ataukah hanya sekedar mengurangi beratnya tanggungjawab ibuku dengan mengambil aku dan kemudian mengasuhnya?. Aku ingat soal berapa uang yang kami peroleh dari ayahku ketika studi atau ketika tak lagi tinggal lagi dengan kami. Aku hampir setiap bulan selalu diajak ibuku menuju kantor pos untuk antri menguangkan wesel pos yang dikirimkan ayahku. Barangkali sekitar 150 rupiah yang kami ambil setiap bulan, dan itu untuk kami bertiga termasuk juga uang sekolah dan makan kami selama sebulan, cukupkah?. Entahlah, karena ibuku tak pernah menceritakannya kepadaku, tapi yang masih juga terbayang dalam ingatanku, ibuku akan mengajakku belanja makanan kepasar sepulang dari kantor pos dan kami makan enak untuk beberapa saat.
Kunjungan singkatku ke sumedang menjadi kisah tersendiri yang mungkin bisa kuingat, mungkin akan aku coba tuliskan lagi dilain waktu. Sebagai bagian hidupku yang aku sadari kemudian merupakan bagian dari takdirku.
Towards Sumedang 1979
by hans@acehdigest
I'm starting a new chapter of my life here. Far from the past, away from my mother and my home. Actually I do not know anything about the departure that, because actually that's what everyone's going to be hidden from me. I do not feel weird when my father came suddenly after so long away, my mother said to the study. Arrivals and suddenly become something that surprise me, especially my dad also brought me books which is becoming a favorite since childhood, I can remember it because there are few comics and books about the prophets filled with pictures.
Afterwards I still did not realize when I asked to speak in front of my friends because I will move. I still did not realize when I left school later accompanied by weeping and hand waving. It could be time, my father told them all I only briefly and then will move back to a time not long. And when I could understand everything I realized I was far from all, including the most I did not realize at the end I had lost my mother for that time could not determine when it's time I could see you again.
Had once tried to persuade me to go home, I remember as my grandmother, grandfather, aunt and my mom would buy me a motorcycle promise if I go home, but the problem is no longer just met and then I moved again a new place. I was too long separation from anyone so in the end make me get used to not empathize, I mean to the questions that has to do with my past. At that time I think I already have my own world, good or bad it has become part of my life at that time. Making it difficult for me to accept the fact that I was coming from a place far from where I was, where I first became a foreign place for me, my tongue could no longer enjoy sweet foods, or who think culture is now very very strange.
Maybe that's what ultimately made me more and more accustomed to my new place to live, I then start thinking like insurgents who initially had now actually getting to enjoy my new life.
Sumedang, exactly Cibugel the first place I visit, I met with different friends, trying to close each other and their families and make new friends. I'm also getting used to the food and clothing away from the habit first. Although for this one I learned to adjust, too. Because at my old place I used to wear pretty casual with shorts while at my new place in far away mountain peaks with near-zero air, made me familiar with the trousers and jacket to cover my whole body, this new and exciting experience lasted less over 3 or 4 months, when I was just starting to build new friendships, when it all changed. I began to feel a strange experience with my life on the move and changing friends.
In the new place I've had for about 4 month, I save a lot of stories of the past, about my friends who I love, and experience a different environment away with my first. Especially when I started to feel no more trouble with the matter of food and clothing. much to do with experience when I was with my mom, my days are always filled with sad and suffocating experience if I try to remember back. When then you realize this fact, I also think, how my mother as long as it can live with losing one of his children. Did she really just sad or shocked?. How then my mother lives with two brothers, when my father came home whether there is a new agreement to provide more money? or just simply reducing weight by taking responsibility for my mother and then he feeds me?. I remember about how much money we get from my father when the study or when no longer lived longer with us. I almost always invited to my mother every month to the post office to cash a postal money orders queued sent my father. Probably about 150 dollars that we take every month, and it's for the three of us including our fees and meals for a month, enough?. I do not know, because my mother never told me, but who still imagined in my memory, my mother would take me food shopping to the market after returning from the post office and we eat well for a while.
My quick visit to sumedang be a separate story that could possibly remember, I'll probably try to write again next time. As part of my life that I realized later was part of my destiny.
Label
10 tahun tsunami.
(1)
2013
(1)
acehku
(1)
Adikku.
(1)
Aku
(5)
Among-among
(1)
Anak-anak
(1)
Anak-Anak Dikutuk
(1)
Angka ajaib
(1)
aqiqahku
(1)
Ayahku
(1)
babak baru
(1)
bakso
(1)
Barzanji
(1)
batu cincin
(1)
belimbing
(1)
Belut Loch Ness
(1)
Belut Sawah; Mancing Belut
(1)
Bibiku
(2)
bioskop misbar
(1)
birtdhday party
(1)
bisnis keluarga
(1)
busur dan panah
(1)
cafe
(1)
capung
(1)
Celengan bambu
(1)
China's Neighbords
(1)
Cibugel 1979
(1)
Cibugel Sumedang
(2)
cinta bunda
(1)
coffee
(1)
cracker
(1)
Curek; Inflammation
(1)
Dapur nenek
(1)
dejavu
(1)
Dian Kurung
(1)
distant relatives
(1)
Dremolem Or Dream Of Land
(1)
es dogger
(1)
es goyang
(1)
es serut
(1)
Fried Sticky Rice
(1)
Gadis Kecil
(1)
gambar desain
(1)
gambarku
(1)
Gandrung Mangu
(2)
golek;nugget cassava
(1)
harmonika kecilku
(1)
Ibuku
(11)
Ibuku Atau Kakakku?
(1)
Ikan
(2)
ikan dan ular
(1)
iseng
(1)
jalan kolopaking
(2)
Jalan Kusuma
(2)
jangkrik Jaribang Jaliteng
(1)
Jenang Candil
(1)
jogging
(1)
Juadah
(1)
Juz Amma
(1)
kakek dan nenek
(3)
kakekku
(3)
kecelakaan fatal
(2)
kelahiranku
(1)
Kelas Terakhir; the last class
(1)
Kembang api
(1)
kenangan
(1)
Kerupuk Legendar
(1)
kilang padi
(1)
Klapertart Cake
(1)
kolam ikan masjid
(1)
koleksi stiker
(1)
koleksi unik
(1)
koplak dokar dan colt
(1)
kota kecil dan rumahku
(1)
Kue tape
(1)
Kutawinangun
(1)
Lanting
(1)
Lebaran
(1)
little cards
(1)
Loteng rumah
(1)
lotere
(1)
lottery
(1)
mainan anak-umbul
(1)
makan
(1)
makkah
(1)
Malam Jum'at
(1)
Mancing Belut
(1)
masa kecil
(11)
masa kecil.
(1)
masa lalu
(3)
masjid kolopaking
(1)
meatballs
(1)
Mengaji
(1)
menu berbuka
(1)
Mercon
(1)
Minum Dawet
(1)
morning walk
(1)
my
(1)
my birth
(2)
my first notes
(6)
my mom
(4)
my note
(27)
Nama ibuku
(1)
Nenek Sumedang
(1)
new round
(1)
new year
(2)
others notes
(1)
ours home
(1)
padi sawah wetan
(2)
pande besi
(1)
Papan Tulis
(1)
Pasar dan Ibuku
(1)
Penculik dan Bruk
(1)
Pencuri
(1)
Perayaan
(1)
Perjalanan 25 Tahun Bag. Pertama
(1)
personal
(1)
Puasa
(3)
radio transistor
(1)
ramadhan
(1)
Roti dan Meriam Kauman
(1)
Rumah Ban
(1)
Rumah Kakek dan Nenek
(5)
rumah karang sari
(1)
rumah kecil di pojok jalan
(4)
rumah kelinci
(1)
rumah kutawinangun
(1)
Rumah Pojok
(1)
rumahku
(1)
Sarapan Apa Sahur?
(1)
saudara jauh
(1)
sawah utara
(1)
sawah wetan
(2)
SD Kebumen
(1)
Sepeda dan Meteor
(1)
shake es
(1)
shalat jamaah
(1)
sintren
(1)
special note
(1)
Starfruit for Mom
(1)
Stasiun Kereta Api
(2)
Sumedang 1979
(1)
Sungai Lukulo.
(1)
tahun awal
(17)
tahun baru
(1)
Taman Kanak-kanak
(1)
Tampomas I
(1)
tanteku
(2)
Tetangga Cina
(1)
The magic Number
(1)
tradisional
(1)
tsunami 2014
(1)
Ulang tahun
(1)
Visionary grandpa
(1)
Wayang Titi
(1)