Dibelakang rumahku ada pintu keluar terbuat dari besi yang bisa didorong untuk membukanya, pintu itu terhubung ke bagian belakang rumah, menyusuri parit kecil comberan yang dipenuhi ribuan cacing tanah, yang biasanya kami pakai juga untuk memancing.
Dari situ ada jalan tikus, melintasi sumur yang berisi belut "besar" seperti yang pernah kuceritakan dulu, tempat para ibu-ibu mencuci, hampir mirip dengan sumur umum, karena para kusir dokar juga mengambil air disana untuk memberi minum kuda dan memberi campuran dedak dan air untuk makanan kuda.
Dan disebelah kiri sumur itu ada halaman luas milik orang kaya lama di pinggiran kota kami, beberapa anaknya sakit dan telah lama meninggal sehingga hanya tinggallah nenek itu sendirian dengan Hisbullah anaknya yang bungsu yang juga menderita sakit ingatan sejak lama dan tinggal terkurung di bagian kamar depan rumah itu, dengan jendela berjeruji kayu yang selalu terbuka. Kami biasanya mengganggunya, meskipun kadang-kadang kami merasa kasihan, tapi namanya anak-anak kadang-kadang memang bertingkah aneh, sesekali baik besoknya berubah nakal dan iseng dengan begitu cepatnya.
Dan di halaman yang lumayan besar hampir seribu meter itu, menjadi tempat arena permainan kami, bermain layangan, engklek, berkejaran, tapi hanya disiang hari, dimalam hari tempat itu menjadi sunyi karena selain didepannya berbatas dengan jalan sepi yang berseberangan dengan pabrik plastik dan las cat duco yang di malam hari tutup. Ditambah lagi rumah sebelah kanan halaman itu juga mempunyai kebiasaan aneh suka memajang poster film bioskop, bahkan film yang paling horor sekalipun, penghuninya juga suka aneh-aneh kelakuannya. Kami anak-anak berpikir, jangan-jangan gambar itu pada malam hari akan menyelinap keluar dan mengganggu kami, makanya kami malas main disana pada saat malam hari kecuali di malam terang bulan, itupun sesekali jika ramai teman yang mengajaknya, kami biasanya bubar jika malam makin larut atau para pemilik rumah berteriak mengusir kami untuk segera pulang karena kami dianggap membuat keributan.
Di halaman besar itu juga nenek pemilik rumah itu selalu menjemur, sejenis kerupuk yang biasa kami sebut "legendar", kerupuk dari nasi atau ketan berwarna kuning hampir mirip kerupuk tempe. Kerupuk dijemur di atas lembaran sejenis tampi yang berbentuk persegi empat terbuat dari lembaran bambu yang dianyam. Dan agar tidak terganggu binatang terutama ayam atau anak-anak, kerupuk tadi dijemur dengan digantung. Karena kerupuk itu selalu menggoda kami, terutama ketika kami sehabis bermain dan tak memiliki apapun yang bisa menjadi camilan, sementara makanan lain tak ada. Karena kalau kami bosan, selalu makan anak nangka yang masih kecil maupun anak mangga mentah, maka satu-satunya pilihan adalah berusaha memanjat atau menggunakan galah untuk merontokkan beberapa kerupuk legendar yang telah kering, dan berebutan memakannya. Dengan satu syarat tak boleh terlihat oleh nenek itu, karena bisa marah besar dan akan mengusir dan mengejar kami meskipun dengan jalannya yang sudah membungkuk pasti kalah cepat dengan kami anak-anak yang berlari riang dan lincah. Tapi sebenarnya nenek itu tak begitu mempermasalahkan, karena kalau memarahi kami, hanya untuk mengingatkan agar kami tidak mengambilnya berlebihan, secukupnya saja. Karena toh jika dimakan sendiri oleh si nenek dan anaknya, kerupuk sebanyak itu tak akan habis, kecuali kalau tanpa sepengetahuan kami nenek itu juga menjualnya kepasar, jika itu benar maka hebat juga si nenek dengan kondisi yang begitu renta dan sendiri dirumahnya yang besar, masih sanggup mandiri, tak pernah mau berhenti bekerja.
Kerupuk legendar mungkin memang salah satu jenis camilan khas di tempatku,tapi aku tak tahu pasti, hanya saja namanya yang tak asing buatku, meskipun aneh menunjukkan jenis camilan itu memang sudah terbiasa ada di tempatku. Biasanya sebelum digoreng, legendar berukuran kurang lebih lima kali lima centi meter tapi jika sudah digoreng dan dibiarkan tanpa dilipat dua besarnya menjadi hampir sebesar setengah lembar buku tulis. Berwarna kuning dengan rasa yang sedikit aneh, pahit gurih, mungkin karena menggunakan ragi untuk membuatnya sedikit mengembang. Kerupuk ini juga tak terlalu tebal, sehingga renyah, begitupun dalam kondisi mentah jika sudah kering terjemur matahari seharian akan terasa renyah juga.
Dan soal nenek tadi, beliau akan tahu kerupuknya hilang jika seharian kami mencurinya terlalu banyak, sehingga ada satu bagian dari lempengan bambu tak lagi terisi, tapi jika kami mengambilnya acak dari semua bilah lembaran bambu nenek itu tak akan menyadari kalau seharian tadi kami sudah mencurinya. Tapi kebiasaan itupun hanya kami lakukan sesekali, terutama jika kami tongpes alias kantong kempes, karena kami tak punya uang sepeserpun.
Crackers Legendar
by hans@acehdigest
Behind my house there is a door made out of iron that could be encouraged to open, the door is connected to the rear of the house, down a small trench gutter filled with thousands of earthworms, which normally we use also for fishing.
There's a way of mice, through the wells containing the eel "big" as I told you before, where mothers wash, almost similar to public wells, because the coachman gig there as well to fetch water to water their horses and gave a mixture of bran and water for horse food.
And to the left of the well there is a rich woman's broad pages long on the outskirts of our town, some of the sick child and has since gone so just stay with my grandmother was alone with Hezbollah his youngest son who also suffered from memory for a long time and stay cooped up in the front room of the house that, with wooden bars on the windows are always open. We used to bother him, although sometimes we feel sorry, but the children sometimes do behave strangely, occasionally both naughty and fun the next day changed so quickly.
And in a fairly large page nearly a thousand feet, it becomes the arena where our games, flying kites, engklek, chased each other, but only in the daytime, at night it becomes quiet because in addition to front boundary with the road opposite the deserted factory welding plastic and workshop paint duco that close in the night. Plus the house right of the page it also has a strange habit of posters like movie theaters, even the best horror films though, residents also like strange behavior. We all the children think, lest the picture at night would sneak out and bother us, so we are lazy to play there at night except on moonlit nights, and even then sometimes if busy friend who asked, we usually disband when the night more soluble or homeowners yell drive us to go home because we considered making a fuss.
In the yard of the homeowner was also grandmother was always hanging out, a type of crackers which we call "legendar", crackers from rice or glutinous yellow almost like tempeh crackers. Dried crackers on the sheet of tampe kind of rectangular sheets made of woven bamboo. And that is not compromised animals, especially chickens or children, crackers were dried by hanging. Since crackers are always teasing us, especially when we have after every play and not anything that could be a snack, while other foods do not exist. Because if we get bored, always eating the young jackfruit or raw mangoes, then the only option is to try to climb or use the pole to shed a few crackers legendar dry ones, and scrambling to eat it. With one condition must not be seen by the old woman, because it can be furious and will repel and pursue us even with the course that has been bent will lose quickly with our children who ran cheerful and lively. But the grandmother was not actually so concerned about, because if you scold us, only to remind so we do not take excessive moderation. Because after all if eaten alone by grandmother and her son, crackers as much as it would not be exhausted, unless unbeknownst to our grandmother was also sold to the market, if it were true it's also great grandmother to the condition that is so old and alone at home is great, still able to independent, never want to stop working.
Crackers legendar may indeed one kind of typical snacks in my place, but I do not know for sure, it's just a familiar name for me, although the odd indicates the type of snacks that are already accustomed to in my place. Usually before frying, legendar measuring approximately five times five centi-meter, but if it is fried and left without folded in half to nearly the size of half a sheet of notebook. Yellow with a slightly odd taste, savory bitter, probably because of using yeast to make it a bit fluffy. Crackers are also not too thick, so crispy, as well as in raw condition if it is dry in the sun all day it will feel too crunchy.
And about the grandmother said, she would not know that cracker lost if we steal it too much all day, so there is one part of the bamboo plate is no longer occupied, but if we pick at random from all the sheets of bamboo slats grandmother would not have realized that we had stolen a day earlier. But our ability to do even then only occasionally, especially if we are "tongpes" or we have nothing in our pockets, we means money.
Label
10 tahun tsunami.
(1)
2013
(1)
acehku
(1)
Adikku.
(1)
Aku
(5)
Among-among
(1)
Anak-anak
(1)
Anak-Anak Dikutuk
(1)
Angka ajaib
(1)
aqiqahku
(1)
Ayahku
(1)
babak baru
(1)
bakso
(1)
Barzanji
(1)
batu cincin
(1)
belimbing
(1)
Belut Loch Ness
(1)
Belut Sawah; Mancing Belut
(1)
Bibiku
(2)
bioskop misbar
(1)
birtdhday party
(1)
bisnis keluarga
(1)
busur dan panah
(1)
cafe
(1)
capung
(1)
Celengan bambu
(1)
China's Neighbords
(1)
Cibugel 1979
(1)
Cibugel Sumedang
(2)
cinta bunda
(1)
coffee
(1)
cracker
(1)
Curek; Inflammation
(1)
Dapur nenek
(1)
dejavu
(1)
Dian Kurung
(1)
distant relatives
(1)
Dremolem Or Dream Of Land
(1)
es dogger
(1)
es goyang
(1)
es serut
(1)
Fried Sticky Rice
(1)
Gadis Kecil
(1)
gambar desain
(1)
gambarku
(1)
Gandrung Mangu
(2)
golek;nugget cassava
(1)
harmonika kecilku
(1)
Ibuku
(11)
Ibuku Atau Kakakku?
(1)
Ikan
(2)
ikan dan ular
(1)
iseng
(1)
jalan kolopaking
(2)
Jalan Kusuma
(2)
jangkrik Jaribang Jaliteng
(1)
Jenang Candil
(1)
jogging
(1)
Juadah
(1)
Juz Amma
(1)
kakek dan nenek
(3)
kakekku
(3)
kecelakaan fatal
(2)
kelahiranku
(1)
Kelas Terakhir; the last class
(1)
Kembang api
(1)
kenangan
(1)
Kerupuk Legendar
(1)
kilang padi
(1)
Klapertart Cake
(1)
kolam ikan masjid
(1)
koleksi stiker
(1)
koleksi unik
(1)
koplak dokar dan colt
(1)
kota kecil dan rumahku
(1)
Kue tape
(1)
Kutawinangun
(1)
Lanting
(1)
Lebaran
(1)
little cards
(1)
Loteng rumah
(1)
lotere
(1)
lottery
(1)
mainan anak-umbul
(1)
makan
(1)
makkah
(1)
Malam Jum'at
(1)
Mancing Belut
(1)
masa kecil
(11)
masa kecil.
(1)
masa lalu
(3)
masjid kolopaking
(1)
meatballs
(1)
Mengaji
(1)
menu berbuka
(1)
Mercon
(1)
Minum Dawet
(1)
morning walk
(1)
my
(1)
my birth
(2)
my first notes
(6)
my mom
(4)
my note
(27)
Nama ibuku
(1)
Nenek Sumedang
(1)
new round
(1)
new year
(2)
others notes
(1)
ours home
(1)
padi sawah wetan
(2)
pande besi
(1)
Papan Tulis
(1)
Pasar dan Ibuku
(1)
Penculik dan Bruk
(1)
Pencuri
(1)
Perayaan
(1)
Perjalanan 25 Tahun Bag. Pertama
(1)
personal
(1)
Puasa
(3)
radio transistor
(1)
ramadhan
(1)
Roti dan Meriam Kauman
(1)
Rumah Ban
(1)
Rumah Kakek dan Nenek
(5)
rumah karang sari
(1)
rumah kecil di pojok jalan
(4)
rumah kelinci
(1)
rumah kutawinangun
(1)
Rumah Pojok
(1)
rumahku
(1)
Sarapan Apa Sahur?
(1)
saudara jauh
(1)
sawah utara
(1)
sawah wetan
(2)
SD Kebumen
(1)
Sepeda dan Meteor
(1)
shake es
(1)
shalat jamaah
(1)
sintren
(1)
special note
(1)
Starfruit for Mom
(1)
Stasiun Kereta Api
(2)
Sumedang 1979
(1)
Sungai Lukulo.
(1)
tahun awal
(17)
tahun baru
(1)
Taman Kanak-kanak
(1)
Tampomas I
(1)
tanteku
(2)
Tetangga Cina
(1)
The magic Number
(1)
tradisional
(1)
tsunami 2014
(1)
Ulang tahun
(1)
Visionary grandpa
(1)
Wayang Titi
(1)